Chapter 6

102 28 25
                                    

Author POV

Bima membawa Bella kerumah pohon miliknya. Sebenarnya, rumah pohon ini berada di halaman belakang rumah Bima.

Tapi ada yang berbeda dengan rumah pohon ini. Rumah pohon itu sudah dihiasi oleh beberapa foto anak seumurannya.

"Ayo naik bel," ajak Bima.

"Manjat lagi? aku lagi luka," tanya bella sambil memutar matanya malas.

"Yaudah, sana naik ayunan di samping. Biar aku yang narik dari atas." ucap Bima. Ia melanjutkan panjatannya untuk ke atas. Kemudian ia memegang tali untuk menarik ayunan tsb keatas.

Bella berjalan menuju ayunan. Ia mengikuti intruksi dari Bima untuk duduk di ayunan. Bima mulai menarik tali tsb, ayunan sedikit demi sedikit tertarik keatas.

"Aduh capek," keluh Bima. keringat membasahi sekujur tubuhnya.

Bella mengedarkan pandangannya ke sekitar. Satu foto yang menarik perhatiannya. Seorang lelaki seumuran dengannya sedang merangkul seorang perempuan yang seumuran dengannya juga.

"Ini siapa?" tanya Bella penasaran.

Di foto, perempuan itu sangat cantik dilengkapi oleh rambut yang panjang.

"Bian," ucap Bima singkat.

Raut muka Bima berubah drastis. Sorot matanya memperlihatkan kesedihan yang mendalam.

"Maaf bim," ucap Bella. Perasaan bersalah menyelimuti diri Bella.

"Bian, sahabat aku. Ia sekarang nggak tau ada dimana. Tapi kayaknya dia bahagia deh," ucap Bima. Kata-katanya seakan memperlihatkan luka yang lama kembali terkuak. Pancaran mata yang sendu. Entah kenapa, melihat Bima begini, Bella seakan ikut merasakan juga.

Bella mencoba untuk mencari topik pembahasan yang lain.

"Bim, kamu suka makan batu nggak?" tanya Bella asal. Ia tak tahu bagaimana cara mencairkan rasa canggung antara mereka.

"HAHAHAHA, Bella kenapa si sakit?"
tanya Bima sambil tertawa terbahak-bahak.

Melihat Bima tertawa, Bella tersenyum lega. Ternyata mood Bima mudah diubah olehnya.

"Bel, jangan kayak Bian ya. Ninggalin tanpa alasan," ucap Bima dan mengangkat jari kelingkingnya.
Matanya menilik Bella dengan tajam. Seakan mata elang menangkap bayangan mangsanya.

Bella bergidik ngeri tetapi ia mengangguk dan menautkan jari kelingkingnya ke jari kelingking Bima.

Mereka menghabis kan waktu bersama. Tanpa mereka sadari, senja sudah mau pulang ke peraduannya. Bima mengajak Bella turun dari rumah pohon.

"Bim, kaki ku masih sakit," rengek Bella.

"Yaudah sini aku gendong lagi," tawar Bima. Bima mengantar Bella pulang kerumahnya.

Sesampainya dirumah Bella. Mereka berdua melihat seorang laki-laki paruh baya sedang mondar-mandir di beranda rumahnya.

"Sore om hehehe," sapa Bima cengengesan.

"Kenapa kamu bawa kabur anak saya?!" bentak papanya Bella.

Bima tak merespon apapun. Ia tertunduk kebawah.

"Mulai besok, kamu nggak usah kesini lagi!" ucap papanya.

"Tapi pa, Bima nggak salah," ucap Bella.

"Masuk sana Bella, bandel ya kamu sekarang!" Papanya membentak Bella. Otomatis Bima mengadahkan kepalanya keatas.

Bella masuk kerumahnya. Air matanya perlahan jatuh dari pelupuk mata.

"Saya kasih kamu satu kesempatan lagi, Kamu boleh ketemu Bella kalau kamu udah selesai ujian," tegas papanya Bella.

Lelaki itu masuk kerumahnya dan meninggalkan Bima ditengah senja menuju malam.

Bima pulang dengan perasaan yang bercampur aduk.

Ia bertekad akan menyanggupi semua perkataan papanya Bella.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Bersambung.
Jangan lupa vote ya💚

My Memories Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang