Chapter 5

134 33 23
                                    

"Aku dimarahin papamu...."

-------------------------------------

Bima POV

"Kamu siapa? ada urusan apa mencari anak saya?" tanya seorang lelaki paruh baya yang disebut papa oleh Bella.

"Saya Bima temannya Bella om," Jawabku santai. Lelaki itu melirik pada jam tangannya.

"Sekarang jam 09.00 kamu bolos?"

"Iya om, bosen belajar mulu,"

"Kelas berapa kamu?"

"Kelas 6 hehehe"

"Gimana cara kamu masuk kesini?"

"Manjat pohon samping om,"

"gasopan, dimana rumah kamu?"

"Kelang 5 rumah dari rumahnya om,"

"Anak pak Sudir ya. Kamu kalau masih mau ketemu atau temenan sama Bella, kamu hanya boleh datang jam 3 sore atau selepas kamu pulang sekolah,"

"Sebentar dong mainnya om hehehe"

"Dan tolong jaga Bella."

Aku tersentak atas perkataan terakhir dari papanya Bella. Ia tak salah dengar? papanya Bella sangat tak bersahabat dengannya, tapi mengapa ia menitipkan Bella padaku?

"Baik om." Aku mengangguk. Anak perempuan turun dari atas menuju tempat ku berada. Ia terlihat manis dengan blouse berwarna merah dipadukan dengan celana selutut bewarna hitam.

Papanya berbicara dengannya sebentar lalu meninggalkan kami berdua diruang tamu.

Banyak pertanyaan yang dilontarkan oleh perempuan itu. Pusing sekali aku menjawabnya ditambah dengan aku haus. Sialnya, aku tak ditawari minum sejak tadi.

"Aku dimarahin papamu," cuma itu yang aku jawab.

Ia tertegun mendengar perkataanku. Aku tertawa bebas di dalam hati karena melihat muka Bella yang sangat sangat lucu menurutku. Seperti bingung dan penasaran menjadi satu.

"Main yuk," ajakku untuk memecah keheningan.

Bella mengangguk setuju, aku membawanya keluar rumah. Menariknya ke tembok samping.

"Kita mau kemana?" Tanya Bella setelah kami berhenti tepat di depan tembok samping.

"Melakukan tantangan," jawabku.

"Jangan bilang mau manjat," ucap Bella.

"Tau aja," aku segera mengambil tangga yang sudah tersandar di pojok dinding, Ya aku memang mengambil nya dari halaman belakang rumah Bella saat Bella tak kunjung keluar dari rumahnya. Aku mengitari halaman belakang rumah Bella. Tak sengaja, aku menemukan sebuah tangga dan segera membawanya ke tembok samping. Tapi sayangnya, setelah aksi mencuri tangga, aku ketahuan oleh papanya Bella. Yang menyebabkan aku diwawancarai olehnya tadi.

"Aku takut Bim," ucap Bella.

"Tenang, selama ada aku. Kamu ga perlu takut. Aku bakal jagain kamu kok. Ga peduli apapun yang terjadi sama aku. Kamu tetap jadi prioritas pertama aku." Aku mengucapkan kata-kata itu dan berhasil membuat Bella tersenyum.

Aku membantu Bella memanjat keluar. Awalnya Bella takut tapi dengan keyakinan yang aku beri akhirnya ia mau menuruti perkataanku.

"Lompat Bel, ayoo," teriak ku dari bawah.

"Kamu gila? Bima aku takut," ucap Bella. Kulihat ujung matanya ada setitik air mata yang hampir mengalir. Matanya berkaca-kaca dan badannya bergetar ketakutan.

"Tenang, Lompat aja! aku bakal tangkap kamu," seru ku keras. Meskipun aku tak yakin dengan perkataanku, tapi tak ada jalan lain untuk meyakinkan Bella.

"Bener ya ditangkap, aku takut jatuh,"

"Kalau jatuh mah jatuh aja. Pasti jatuhnya kebawah," candaku. Bella menjelit tajam kearahku.

"Aku lompat nih," teriak Bella.

1..
2..
3..

Brukkk....
Badan Bella sukses menimpa badanku yang terlungkup.

"Gila, berat banget. Makan apa sih lu Bell?"

Bela bangun dan tertawa sambil meringis. Ekor mataku melirik kearah kakinya Bella. Kakinya berdarah akibat tergores tembok. Ia hampir menangis. Matanya berkaca-kaca.

"Aduh bim sakit," ringis Bella.

"Gitu doang, cemen banget," ledekku.

Bella memajukan bibirnya. Ia mungkin sangat kesal padaku hari ini.

"Kenapa kita ga keluar lewat gerbang aja si?" tanya Bella.

"Gak ada tantangannya tau. Sakit ya? yaudah sini aku gendong. Aku mau nunjukkin sesuatu sama kamu,"

Bella menuruti perkataanku. Ia naik ke punggung belakangku. Aku menggendongnya. Sebenarnya badan Bella tidak terlalu berat. Tubuhnya yang kurus dan kecil. Rambutnya panjang sepinggang. Kulitnya putih. Bibirnya yang tipis. serta hidung nya yang tak terlalu mancung.

"Udah sampai," ucapku.

Bella tercengang dengan pemandangan di depannya.

"Bim, ini serius?" Tanyanya lagi.

Aku tertawa kecil di dalam hati. Bella sangat lucu. Entah kenapa, kalau melihat muka Bella bawaannya pengen ketawa mulu. Dan Bella selalu bisa membuatku penasaran.

"Iya, serius kok," ucapku..
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Bersambung.
Jangan lupa vomentnya ya guys💚

My Memories Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang