Chapter 10

91 28 31
                                    

3 tahun kemudian.

Bella sudah siap dengan seragam putih abu-abunya. ia menatap dirinya lamat-lamat di depan kaca. Membayangkan apa yang akan terjadi di sekolah nanti. Apa ia akan mendapat teman? Apa justru sebaliknya?

Indonesia.
ya, sudah seminggu Bella pulang ke Indonesia. Papanya menepati janji mengizinkan Bella untuk bersekolah di sekolah negeri. Walaupun, papanya tak bisa pulang ke Indonesia karena ada perpanjangan kontrak perusahaan disana.

Bella melirik ke arah jam dinding di kamarnya. Waktu menunjukkan pukul 06.30 Ia segera mengambil perlengkapan sekolahnya dan turun dari kamarnya. Suasana rumahnya masih sama, Sepi. Hanya ada 2 orang asisten rumah tangga.

"Bi, Bella pergi sekolah dulu ya" Pamit Bella kepada asisten rumah tangganya. Pembantunya hanya mengangguk dan tersenyum.

***

"Mana sih angkotnya, bisa telat nih" gerutu Bella. Sudah hampir 10 menit ia menunggu kendaraan umum lewat. Tetapi tak ada yang lewat. Bagaimana ia tak kesal, dan yang paling parah 20 menit lagi bel sekolah akan berbunyi.

"Lo tunggu sampe nicky minaj duet sama opick juga ga ada yang bakal lewat"

Suara lelaki dibelakangnya membuat Bella kaget. Ia menengok ke belakang dan mendapati sesosok laki-laki berseragam putih abu-abu. Tampaknya seumuran dengannya sedang duduk santai diatas motor ninjanya tanpa melepas helm yang dipakai.

Bella bingung dan lebih memilih pergi menjauhi lelaki itu. Sialnya, ia mengejar Bella.

"Yaelah, cantik-cantik galak" candanya yang dibalas oleh tatapan sinis oleh Bella. "Anak garuda ya? Yaudah bareng yuk pada lo telat" lanjutnya.

Bella menggeleng cepat menolak ajakan lelaki itu. Kenal aja nggak udah mau ngajak pergi bareng. Bella berpikir yang tidak-tidak. Bagaimana jika ia nanti diculik terus dijual ke luar negeri. Memikirkannya saja membuat Bella bergidik ngeri.

"Gua ga bakal macem-macem kok hahaha cuma satu macem. Candanya.

Bella diam tak menghiraukan ucapan lelaki itu.

"Lagi puasa ngomong ya? Yaudah kalau ga mau gue duluan" Ucap lelaki itu. Ia segera menghidupkan kembali motornya dan mulai melaju menjauhi Bella. Bella terpaku, dia tak tahu bagaimana cara ia bisa pergi kesekolah. Sedangkan 10 menit lagi gerbang bakal ditutup.

Belum sampai setengah perjalan lelaki itu berhenti dan memutar balik motornya.

"Naik" paksanya. Ia turun dari motornya dan menarik tangan Bella. Bella kaget dan tanpa sengaja mendorong lelaki itu sampai terjatuh.

"Gila ya lo, ditolongin bukannya makasih malah dorong sampe jatuh"

"Kan, gue ga minta" Jawab Bella tegas. Ia mengepalkan kedua tangannya seperti atlet tinju yang ingin menyerang lawannya.

"Gemes deh" ucapnya sambil mencubit pelan pipi Bella. Bella refleks menampar pipinya tapi sayang lelaki itu tinggi sehingga tamparan yang Bella layangkan mendarat mulus hanya di dagunya.

Bella melotot tajam pada lelaki itu. Yang hanya dibalas olehnya tawaan puas. Lelaki itu kembali menarik tangan Bella, kali ini Bella menurut saja karena waktu sudah menunjukkan pukul 06:55. Yang artinya 5 menit lagi gerbang akan di tutup.

Bella segera memasang helm yang diberikan lelaki itu.

"Pegangan, gue bakal ngebut" perintah lelaki itu tak dihiraukan oleh Bella sedikitpun.

Bella kekeuh dengan pendiriannya ia hanya mengandalkan keseimbangan dirinya tanpa berpegangan pada lelaki itu. 

Polisi tidur membuat Bella terhentak maju ke depan. Ia hampir saja jatuh, jika ia tak memeluk lelaki di depannya itu. Lelaki itu malah menambah kecepatan laju motornya. Sehingga, mau tak mau Bella harus berpegangan pada lelaki itu.

***
Sial, saat Bella sampai di depan sekolah. Gerbang sudah ditutup dan tampak beberapa satpam sedang berjaga di depan halaman sekolah.

Bella menggerutu dalam hatinya. Jika saja, ia tadi memesan taksi dan tak berdebat pada lelaki di depannya mungkin ia tidak akan telat seperti ini.

Lelaki itu melajukan kembali motornya. Bella sontak memukul bahu belakang lelaki itu.

"Mau kemana?" Tanya Bella, tapi pertanyaan Bella tak ditanggapi oleh lelaki itu. Ia terus saja mengendarai motornya dan berhenti tepat di depan warung.

Ia memarkirkan motornya dibawah pohon mangga disamping warung. Ia turun dan melepas helm nya. Bella tertegun sesaat melihat lelaki di depannya. Rambut hitam nya terlihat sedikit berantakan. Iris matanya yang hitam kecoklatan menatap mata Bella dengan tatapan yang sulit diartikan. Alis yang tebal serta hidung yang mancung menambah kesan 'tampan' lelaki itu.

"Udah puas liatin gue?" tegur lelaki itu membuyarkan lamunan Bella.

Bella memutar bola matanya dengan malas. Tak sedikitpun bergeming mendengar ucapan lelaki itu. Lelaki itu kembali menarik tangannya dan mengajaknya berjalan melalui gang-gang sempit. Ia tak tahu lelaki ini membawanya kemana, bahkan ia tak tahu lelaki ini siapa.

"Sampai" ucapnya tiba-tiba. Di hadapannya ada sebuah pohon besar. Bella bingung, ia memberikan tatapan bertanya kepada lelaki itu.

"Yaudah manjat" ajaknya santai. Bella membelalakkan matanya, bagaimana ia akan memanjat sedangkan ia memakai rok.

Lelaki itu tak memperdulikan tatapan Bella. Ia mulai memanjat dan sampai diatas tembok.

"Ayo naik" ajaknya.

"Caranya?" tanya Bella.

"Lo injak kayu yang ada di batang pohon itu, terus lo melangkah ke tembok ini"

Bella mulai melakukan intruksi dari lelaki itu. Perlahan-lahan ia menginjak satu persatu kayu yang ada di batang pohon besar itu. Tak lama ia sudah ada disamping lelaki itu. Dan, ia melihat kebawah. Jarak antara tembok dan tanah lumayan tinggi.

Lelaki disampingnya melompat duluan tanpa memberitahu Bella.

"Lompat" suruhnya.

"Gila ya lo, takut gue" Ucap Bella. Badannya bergetar ketakutan melihat ketinggian dari tembok atas.

"Lompat gue tangkap" Ucapnya.

"Ga berani ishh"

"Yaudah, gue tinggal ya" ejeknya.

"Ehh, tunggu. Iya gue lompat tapi tangkep ya"

Lelaki itu melengkungkan senyumnya. Dan segera meluruskan tangannya bersiap menangkap Bella.
Bella memejamkan matanya. Ia mengumpulkan keberanian untuk terjun kebawah.

1...
2..
3..

"Brukk..."
Bella sukses jatuh menimpa lengan lelaki itu. Kakinya tergores ranting dan kaca yang berceceran di halaman belakang sekolah. Ia meringis.

"Gila, berat banget. Makan apa sih?" tanyanya.

Bella menyadari satu hal. Ia dejavu yang mengingatkan kembali pada sesosok lelaki yang ia sangat rindukan. Sudah berapa lama mereka tak bertemu. Jarak menjadi penghalang. Waktu pun tak bisa mengerti. Hanya doa dan harapan yang bisa di andalkan.

"Bima Al-vendra dimanapun kau berada kuharap kau tetap bahagia"
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
bersambung.
Jangan lupa voment nya ya guys
Jangan sider hehehe😚💚

My Memories Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang