Chapter 15

75 18 27
                                    

Hari ini rencananya, Bella akan pergi nonton bioskop. Tentu saja ditemani Billy, Bian dan Bima. Mereka sudah merencanakan ini dari jauh hari. Salah satu film horror menarik minat para lelaki. Hal itu tentu saja disanggah oleh para perempuan. Tapi apa boleh buat, tim lelaki lebih unggul. Jadi mereka memutuskan untuk menonton film horror. Sambil menunggu, mereka memesan popcorn untuk menemani mereka menonton.

"4 popcorn manis ukuran sedang sama 4 minumannya ya mbak" ucap Bian.

"Gue yang jumbo dong" protes Billy.

"Ye, masih untung di traktir lu" balas Bian seraya mengeluarkan beberapa lembar uang. Mendengar ucapan Bian, Billy mengacak pelan rambut Bian. Membuat senyum Bian mengembang dengan sempurna di bibirnya. Sedangkan Bella, hanya menatap mereka tak bersemangat. Pandangannya teralihkan pada lelaki di sebelahnya. Bima masih saja asik dengan handphonenya. Memainkan game yang ada di handphonenya. Seakan tersadar dari tatapan Bella. Bima segera menutup gamenya. Tanpa sengaja Bella melihat wallpaper handphone milik Bima. Kalau ia tak salah lihat, seorang perempuan kecil sedang tersenyum menjadi wallpapernya.

"Wallpapernya bagus" puji Bella. Rona merah menghiasi pipi Bima. Jelas sekali itu foto Bella beberapa tahun yang lalu.

"Biasa aja" ucap Bima senormal mungkin. Bella tahu, ia pasti sedang berusaha menyembunyikan rasa malunya. Salah tingkah membuat Bima tak berani menatap mata Bella.

"Ketua geng bisa malu-malu juga ternyata" Bella merayu Bima dengan sengaja. Membuat Bima semakin salah tingkah. Bima berdiri akan menjauhi Bella jika saja Bella tak menahan tangan Bima untuk tinggal.

"Gue mau ke toilet" ucap Bima. Masih tampak jelas di raut mukanya rasa grogi. Tapi ia pandai sekali meminimalisir rasa groginya menghadapi Bella.

"Kirain mau pergi"

"iya pergi ke toilet. Kenapa? mau ikut?" Tanya Bima menggoda. Bibir sisi kanannya ia tarik sedikit keatas. Tak lupa alisnya ia naikkan sebelah. Melihat tingkah Bima, sekarang Bella yang malu-malu. Rona merah berganti alih ke pipi nya. Menanggapi perkataan Bima, Bella hanya menggeleng cepat. Bima tersenyum puas melihat ekspresi Bella. Sedangkan Bella hanya bisa mencebikkan bibirnya kedepan. Sepertinya pipinya sudah seperti buah apel yang merah ranum dan siap di makan. Bima melangkah menjauhi mereka bertiga. Pergi ke toilet sebenarnya hanya menjadi alasan untuk memutarbalikkan keadaan agar ia yang menggoda Bella, bukan Bella yang menggodanya.

'Pintu teater tiga telah dibuka'

Bunyi pengumuman bahwa teater 3 telah dibuka menggema di seluruh penjuru bioskop. Billy langsung menarik kedua tangan perempuan yang ada disampingnya. Bermaksud untuk mengajak mereka masuk. Sayangnya, Bella melepaskan genggaman tangan Billy dari pergelangan tangannya. Billy sontak melihat kearah Bella, keningnya berkerut seakan bertanya 'kenapa?'.

"Eh, aku mau ke toilet sebentar. Kebelet." ucap Bella asal. Sebenarnya ia ingin tetap berada di luar. Karena sejak tadi Bima belum menampakkan batang hidungnya keluar dari toilet.

"Yaudah hati-hati ya sayang" tutur Billy. Ia sedikit menggoda Bella, membuat Bella sedikit salah tingkah dibuatnya. Bella hanya mengangguk, tak lupa ia mengembangkan senyum dari bibirnya.

"Gue sama Billy masuk duluan ya. Nih tiketnya." ujar Bian sambil menyodorkan dua tiket. Bella mengambil tiket yang diberikan oleh Bian. Billy kembali menarik tangan Bian masuk kedalam teater. Seharusnya ia cemburu bukan melihat Billy memperlakukan Bian lebih spesial darinya. Ntah kenapa, Bella tak merasa apapun. Biasa saja tak ada rasa cemburu sedikitpun.

Sudah sepuluh menit ia menunggu Bima di kursi tunggu. Bella menggerutu kesal. Awalnya ia ingin masuk saja tanpa memperdulikan Bima. Tapi apa daya, otak dan perasaan berbeda pendapat. Otak menyurunya untuk masuk tanpa menunggu. Tapi perasaan? ia malah menurutinya. Bella menyusul Bima ke toilet cowok. Betapa kesalnya Bella, ia melihat Bima sedang duduk santai di kursi tepat di depan toilet lelaki.

My Memories Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang