17|Pierce

4.5K 574 65
                                    

|hyunnrc|

Warning: yaoi, boyslove, drama, angst, mature, typo(s)
.

.

.

Happy Reading!

"Ada apa?" nadanya setajam pandangan yang dilemparkan. Tanpa sadar tangannya sudah mengepal kuat.

"Kami ingin bertemu Taehyung. Aku tau dia di sini." begitu juga Jungkook. Tak ada nada ramah sedikitpun yang terselip dalam kalimatnya.

"Hyung, biarkan aku bertemu adikku."

Cih. Hoseok tertawa mengejek. Apa barusan? Adik? Masih dianggap toh.

"Kubilang dia tidak ada di sini." semakin lama semakin menajam. Jimin menutup kelopaknya, muak dengan semuanya, termasuk diri sendiri.

Hoseok hyung sudah tau tentang masalah ini sepertinya. Dilihat dari tatapan serta raut wajahnya yang sangat enggan bertemu dengan mereka, juga perkataan dingin yang sebelumnya tak pernah dilontarkan.

Jimin dan Jungkook masih berusaha memaksa Hoseok untuk mempertemukan mereka dengan Taehyung. Hingga tatapan Hoseok terhenti pada satu titik dibelakang mereka.

"Jika kalian ke sini untuk mengajakku pulang, sebaiknya kalian segera pergi."

Sebuah suara sontak menjadi perhatian utama. Taehyung telah berdiri dibelakang kookmin. Wajah serta lehernya dipenuhi peluh, napasnya sedikit terengah.

"Taehyung, mari bicarakan ini baik-baik."
.

.
Hoseok memberikan mereka ruang dan waktu untuk membicarakan ini dengan kepala dingin. Taehyung masih diam, suasana begitu kaku. Ia mulai memandang kakak laki-lakinya yang sekuat tenaga menahan tangis. Ia tak pernah melihat Park Jimin serapuh ini. Hatinya ikut sakit.

[jk pov]

"Apa yang diinginkan oleh pasangan baru ini?" tanyanya menyindir. Bibir yang tersenyum sinis membuatku mengernyit tak suka. Tak akan mudah untuk mendapat kata maaf dari Taehyung.

Baru beberapa hari, pipinya sudah menjadi agak tirus, kantung matanya menghitam. Mata yang dulu selalu berbinar hangat, kini mulai meredup. Taehyung duduk tegak didepan kami. Rasanya aku benar-benar bersalah.

Jimin hyung tidak berbeda. Bibir gemuknya daritadi digigiti, entah menahan isakan, atau gugup. Sepuluh jarinya terpaut untuk saling meremas.

Aku menghela napas tak kentara. Semua terlalu menyesakkan, tak akan selesai jika hanya terus seperti ini. Aku akan membuka suara saat Jimin menghentikanku.

"Biar aku dulu." bisiknya membuatku menoleh lalu mengangguk kecil. Aku menatap mereka bergantian, Taehyung bahkan menolak untuk menatap balik kakaknya.

"T-tae, maafkan hyung." kata itu keluar tersendat dari bibir gemuk Jimin. Taehyung masih sedatar tembok, seringainya bertambah tajam.

Taehyung. Kumohon.

"Hyung, h-hyung minta maaf. Hyung telah menghancurkanmu." Jimin masih mencoba menahan isakan. "W-waktu itu hyung sudah lelah, rasanya ingin menyusul eomma saja jika tak ingat Hyunwoo dan kau. Hyung minta maaf, h-hyung yang salah."

Tidak hyung, bukan. Jangan terus menerus menyalahkan dirimu seperti ini. Tapi aku masih diam, tak mencoba membela Jimin.

"Hyung puas sekarang? Apa hyung sudah tidak lelah lagi?" Taehyung mengalihkan pandangan sambil menahan bulir yang akan keluar dari pelupuknya.

Hanya kalimat itu yang ia keluarkan untuk mewakili campur aduk perasaannya. Kurasa Taehyung sudah lelah untuk uring-uringan, lelah untuk berkeluh kesah. Karena tak mungkin hanya itu yang ingin diutarakannya.

Jimin terlihat kaget. Mungkin hatinya tak siap dengan semua perubahan Taehyung. Bibirnya digigit lagi. "Maaf," Ia mulai tertunduk. Hatiku seperti diremas kuat.

"A-aku minta maaf, Tae." tak tahan lagi, aku mulai menyentuh bahunya, ingin memberi ketenangan padanya. "—maafkan aku karena mencintai Jungkook."

Gerakanku terhenti.

Itu menjelaskan semuanya,

Bahwa Jimin hyung mencintaiku.

[pov end]

Taehyung menahan napas, sama sekali tak menyangka kalimat itu akan keluar dari Jimin. Mulutnya seketika sulit terbuka.

Katakan apapun sumpah serapah pada Jimin, Jimin tak akan protes. Tapi ini keputusan Jimin, menjelaskan semuanya tentang perasaannya yang mungkin itu tak banyak membantu. Dan malah membuat adiknya makin sakit hati. Tapi Jimin ingin ini segera selesai.

"H-hyung.." Taehyung menyerukan pikirannya.

"Aku yang bersalah." suara Jungkook menyahut sebelum Taehyung melanjutkan kalimatnya. Nadanya setenang air, tapi Jimin menyadari ada rasa sakit yang disembunyikan.

"Aku benci mengatakannya, tapi aku memang berkencan dengan kakakmu, kakak iparku, Park Jimin. Aku yang memulai semuanya. Aku yang berengsek."

Hati Jimin seperti digenggam sangat kuat, yang seketika dapat membuat sesak. Itu pengakuan dari sisi Jungkook. Sorot Taehyung berubah, menajam berkali-kali lipat.

"Apa maumu, bocah? Tak cukup denganku, kau masih menginginkan kakakku untuk kau miliki?!" Jimin tak menyangka Taehyung masih mau memanggilnya begitu.

Kilatan emosi menguasai manik jernih Taehyung. Ia ingin menghajar Jeon Jungkook lagi.

"Aku minta maaf Taehyung." pemuda itu tak berusaha menjelaskan secara detail setelah terdiam lama. Hanya ekspresi penyesalan samar yang ia tunjukkan. Tapi sesungguhnya hatinya sangat tertekan.

Taehyung balas mendengus keras. Hatinya sudah mati rasa, seakan tak dapat merasakan apapun. Terlalu banyak luka yang ditorehkan.

"Park Taehyung." Jungkook melanjutkan. "Apa kau masih sudi kembali padaku?"

Mendadak jantung Jungkook berdegup kencang. Bisakah ia kembali dengan Taehyung? Terdengar konyol memang, Jungkook bersumpah akan menerima apapun jawaban Taehyung. Itu terserah pada sosok didepannya.

Sementara itu Taehyung sibuk perang batin semenjak pertanyaan kurang ajar itu dilontarkan. Semakin lama semakin rumit, semakin menyesakkan juga. Jimin terdiam tak mampu lagi mengeluarkan kata.

Apa Jungkook masih mencintaiku? Apa kami masih bisa bersama? Bersatu kembali. Apa aku harus menerima ajakan perdamaian ini? Tapi Jim hyung?

Mungkin masih bisa.

Atmosfernya begitu menyesakkan saat seorangpun tak berniat membuka suara. Detik jam mengambil alih semuanya. Taehyung mulai menarik napas dalam membuat kedua orang didepannya mendongak cepat.

Semoga mereka baik-baik saja. Kembalilah, Tae.

"Aku sudah tak mencintaimu. Mari berpisah secara baik-baik mulai sekarang, Jungkook-ssi."

Tak ada yang mengetahui apakah pernyataan Taehyung itu sebuah kebohongan atau kebenaran.

Mereka telah berakhir.
.

.
"Kamu harus berusaha lebih keras."
.

.
TBC

note: dosa nggak sih ngaret kek gini?:'vv

Kabur aja lah.

Muahh:*

29 Juli 2017

When love have to choose | kookminWhere stories live. Discover now