When the Doctor Meet Love // Harry Styles

675 34 8
                                    

A/N: Sebelumnya gue gak tau title yang pas buat part ini. jadi yah begitu deh haha.

enjoy ! x 

*

“Kondisinya belum stabil, Ny. Styles harus mengundur waktu kepulangannya.” Ujar Shania yang notabene-nya adalah seorang dokter pada salah satu rumah sakit ternama di London.

Lelaki itu mendesah pelan, “Tapi, istri saya ingin pulang, dok.” Tutur lelaki tersebut. Ia adalah suami dari salah seorang pasien yang Shania tangani. Penyakitnya sudah lumayan parah dan berada pada stadium akhir namun istri dari Harry Edward Styles tak kunjung kehilangan semangat, gadis itu sangat tegar menghadapi cobaan yang menimpa dirinya, Shania sendiri sangat terkagum-kagum pada istri lelaki yang bernama Harry itu.

Shania mengulas senyum, “Saya tahu betapa istri anda ingin sekali pulang namun kondisinya belum stabil mana lagi sel-sel kanker yang ada ditubuh istri anda semakin merajalela mengrogoti hampir ke seluruh bagian tubuh, Ny. Styles.”

“Separah itu kah?” Tanyanya dengan nada parau yang tidak dibuat-buat. Harry sendiri seakan turut merasakan apa yang istrinya rasakan, semuanya begitu rumit bagi Harry.

“Ya, kami akan selalu berusaha melakukan apa yang terbaik untuk istri anda.” Jawab Shania. Ia memperhatikan Harry yang ada diseberang tempat duduknya dari atas sampai bawah, sejenak terlintas dipikiran Shania, betapa beruntungnya Ny. Styles mendapatkan suami seperti Harry. Mana lagi Harry sangat perhatian dan juga tidak pantang menyerah mengingat kondisi istrinya yang begitu rapuh. Itu semakin membuat Shania menggagumi pasangan suami istri tersebut.

Mimik wajah Harry berubah menjadi masam dan terkesan melecehkan, “Memang itu yang harus kau lakukan nona. Aku ingin istriku sembuh total.” Ucap Harry sarkastik.

Merasa sudah biasa diperlakukan seperti ini oleh banyak orang, mengingat Shania sudah berpengalaman dalam bidang kedokteran, gadis itupun hanya tersenyum singkat sebagai balasan. “Tentu tuan.”

“Well, tidak ada yang perlu dibicarakan lagi kan? Dan uh, kau belum memeriksa istriku.”

Shania memutar bola mata, baru sekali ini ia diperintah oleh seorang suami dari pasien-nya mengenai jadwal kunjungan pemeriksaan. “Ah ya, selepas makan siang saya akan segera kesana tuan.”

Pun Harry mengangguk dan bangkit berdiri dari tempatnya, sejurus kemudian ia berlalu. Shania masih terpaku ditempat, entah apa yang membuat ia diam seperti itu yang jelas semua karena pria tadi. Karakternya, cara bicaranya, wajahnya, dan uh semua yang ada pada lelaki itu membuat Shania tertarik dan tak kunjung melupakannya. Seolah tersadar dari lamunannya, iapun ikut bangkit dari tempatnya dan keluar dari ruangannya menuju kantin rumah sakit untuk makan siang.

*

“Halo ibu dokter.” Sapa seorang anak kecil yang mendudukan dirinya disebelah Shania. Gadis itu hampir tersedak karena dikagetkan namun cepat-cepat ia mengambil minumannya dan menegaknya.

Bocah pria yang kira-kira berumur Lima tahun terpingkal-pingkal melihat Shania yang tersedak mana lagi ekspresi wajahnya yang menurut bocah itu sangat lucu.

“Halo pria kecil.” Shania membalas sapaan anak itu sambil tersenyum manis. Ia menyingkirkan semangkuk buburnya dan menatap anak itu lekat-lekat.

Mirip seseorang tapi siapa? Batin Shania.

“Ibu dokter, panggil aku Josh. Aku bukan pria kecil nyatanya minggu kemarin aku sudah berkencan dengan seorang gadis sebayaku.”

Shania tertawa mendengar Josh berbicara. “Kau juga jangan memanggilku dengan sebutan ibu dokter, oke? Aku masih mudah tahu. Okay, aku memanggilmu Josh.”

Daydreamer ⇨ Random One Shot{s}Where stories live. Discover now