You Belong with Me // Zayn Malik

777 34 2
                                    

“Am,” panggil Zayn. Dia sangat kacau sekarang ini karena Perrie yang lagi-lagi marah kepadanya karena alasan yang tidak jelas. Pun yang dipanggil menoleh. “Hm?” gumam Amira sambil menekuni buku pelajarannya.

“Perrie marah kepadaku lagi, Amira. Aku harus apa?” Tanya Zayn sedih sambil meremas rambutnya keras-keras. Amira menatap nanar Zayn yang notabene-nya adalah sahabatnya sendiri. “Zayn, aku enggak mau mencampuri hubungan kalian, pikirkan sendiri jalan keluarnya oke? Tidak lihat aku sedang belajar huh?” jawab Amira sarkastik dan kembali menekuni bukunya. Zayn mengambil kedua tangan Amira, sontak Amira dibuat kaget olehnya. “Aku mohon.” Ujar Zayn. Amira yang tadinya ingin menjauh, malah tidak tega melihat orang yang dicintainya sedari dulu membutuhkan pertolongannya. Jujur, itu membuat Amira makan hati karena selalu membantu Zayn dengan Perrie, agar hubungan keduanya tetap baik.

Amira menghela nafas pelan, lalu mengangguk. “Ceritakan apa yang terjadi!” kata Amira halus. Zayn yang masih menggenggam tangan Amira berbinar-binar setelah mendapat kesempatan darinya. “Aku dan Perrie bertengkar, tadi saat dikantin aku melontarkan lelucon knock knock andalanku dan dia marah katanya itu sama sekali tidak lucu.” Jelas Zayn. Amira hanya melongo. Jadi hanya karena itu, batin Amira kesal.

“Astaga, Zayn. Perrie marah kepadamu hanya karena leluconmu yang tidak lucu? Dan kau menjadi sekacau ini, lihat dirimu! Kau benar-benar kacau. Zayn, kau tinggal minta maaf dan semuanya selesai.” Ujar Amira menekankan kata ‘kau benar-benar kacau’ sambil menarik tangannya yang digenggam oleh Zayn.

Zayn mendengus kesal lalu melangkahkan kaki menuju pintu apartemen milik Amira. “Amira, aku kacau karena dirinya dan itu artinya aku mencintainya! Kau tahu, percuma aku datang kesini kau sama sekali tidak membantuku. Ada apa denganmu, huh?” kata Zayn dengan nada tinggi.

“Zayn, maafkan aku. Aku tahu aku ini sahabatmu, kau bisa hadir dalam keadaan apapun kepadaku tapi Zayn, mohon mengertilah aku tadi sedang belajar. Akhir-akhir ini nilaiku hancur karena terus memikirkanmu Zayn. Dan kau malah datang kesini dan menceritakan masalahmu. Apa kau pikir aku juga tidak punya masalah huh?” Amira memberhentikan perkataannya, sedangkan Zayn membeku ditempat. Kemudian dia melanjutkan, “Aku selalu mendengarkanmu, keluh kesahmu tapi kau apa, Zayn. Menanyakan kabarku saja tidak pernah. Baiklah jika ini maumu, kau menyesalkan punya sahabat sepertiku karena aku sama sekali tidak berguna. Jawab aku, Zayn. Jawab! Aku rasa cukup sampai disini.” Sambung Amira sambil menitikkan air matanya.

“Amira…” panggil Zayn. Amira semakin terisak. "Just go away from here, Zayn. We're not best friend anymore. You're very selfish, childish, and...... i hate you!" pekik Amira.

Ia sedih mendengar apa yang baru saja keluar dimulutnya. Dia terus menunduk, dia tidak ingin melihat wajah Zayn, dan itu akan membuatnya merasa bersalah karena mengatakan ini.

“Fine! Is this what you want?, huh? I’d go!” ujar Zayn sambil berlalu.

Amira terduduk dan menekuk lututnya, wajahnya dibenamkan pada kedua sisi lututnya. Ia menangis, terisak-isak. Ia ingat kalau dulu ia menangis seperti ini, Zayn pasti akan datang bak superhero dan menghiburnya sambil mengelus-ngelus puncak kepala Amira. Stop thinking about him again, Amira, batin Amira.

Sementara Zayn, ia pulang dengan perasaan kalut. Hanya ada Perrie dan juga Amira didalam pikirannya. Membuat ia resah dan kembali meremas rambutnya dan meninju stir mobilnya, tak lama, ia menjalankan mobilnya. “Bedebah, kenapa sih dia? Aku hanya datang meminta sarannya, tapi, dia malah seperti itu. Bukankah dia selalu ada untukku?!” gumam Zayn. Ia memilih untuk pergi ke pub malam itu, dia hanya menghubungi Harry memberitahu bahwa ia pulang agak telat ke flat mereka karena ingin bersenang-senang terlebih dahulu.

“Whiskey, please.” Kata Zayn setelah sampai, bartender itu mengangguk dan langsung memberi apa yang diminta Zayn. Zayn meneguk habis whiskey itu. “Satu gelas lagi.” Pinta Zayn. Bartender itu memberikannya lagi.

Dua, tiga, empat, dan kini gelas ke lima. Zayn sudah mabuk berat, sampai-sampai pandangannya sedikit buram, akhirnya ia memutuskan pulang dan tiba-tiba saja.

Bruk.

“Morning. Glad to see you, again.” Sapa Amira seraya duduk dikursi samping tempat tidur Zayn.

Zayn memaksakan untuk tersenyum, kepalanya masih terasa pusing. “Where i am? Are you don’t mad with me anymore?” Tanya Zayn.

“Kau ada dirumah sakit, seseorang menemukanmu pingsan didepan pub dan membawamu kemari. Untungnya, mereka meneleponku jadi aku segera datang.” Jawab Amira sambil menyuapi Zayn dengan bubur.

“Kau datang semalam?” Tanya Zayn, lagi. Amira mengangguk. “Kau sudah memberitahu Perrie keadaanku?”

Amira menatap Zayn sedih. “Sudah, dia tidak ingin datang katanya ada keperluan dan oh, dia masih marah kepadamu. Nanti aku akan memaksanya datang kesini, janji!” jawab Amira sambil menyunggingkan senyum.

A smile can hide 1,000,000,000 tears. Kurasa itu benar, dan berlaku bagi Amira. Amira hanya merutuki dirinya karena itu, sungguh, dia tidak suka orang munafik. Tapi, lihat sekarang dirinya. Benar-benar munafik. Ia mencintai Zayn, tapi tidak ada keberanian untuk mengatakannya, dia sudah senang jika Zayn bahagia bersama Perrie. Tapi, Perrie? Dia hanya menganggap Zayn sampah, Zayn sakit pun dia tidak menjenguknya. Amira habis pikir dibuatnya. Amira mencoba menghilangkan perasaan buruk yang melanda otaknya dan kembali menyuapi Zayn.

“Aku ingin dengar leluconmu, hm, aku tahu Perrie tidak tertawa tapi, aku akan selalu tertawa walaupun tidak lucu sekalipun.”

Zayn mengerutkan kening, “Sungguh?”

Amira mengangguk cepat. Jika, Perrie tidak melakukan ini kepadanya, dia akan menggantikannya. Apa pun akan ia lakukan demi Zayn. “Tapi, satu syarat.”

“Apa?”

“Jangan pergi ke pub lagi oke?”

Zayn tersenyum dan mengangguk lalu mengacak-ngacak rambut Amira sebentar. “Knock knock.”

“Who’s there?”

“Marry.”

“Marry who?”

“Marry you.”

Sejenak, Amira berpikir kalau saja Zayn benar akan melamarnya. Tapi, hft, ingat Amira dia hanya sedang melontarkan lelucon, dan kau seharusnya tertawa bukan malah melongo macam ayam berkokok. Ayolah! Batin Amira dalam hati.

Dia pun tertawa, walau agak lama. “Lucu sekali, oh, Zayn.”

“Jangan berbohong. Aku sedang tidak ingin mendengar tawamu!”

Amira berhenti tertawa, menatap Zayn aneh. “Lalu?”

“Yang terakhir itu aku serius tahu.” Kata Zayn sambil mendengus kesal.

“Yang terakhir yang mana? Aduh, kau ini kenapa sih? Apa kepalamu ada yang salah setelah pingsan semalam?”

Zayn berusaha untuk duduk, dibantu oleh Amira. Kemudian, ia mengambil mangkuk berisi bubur yang ada ditangan Amira dan menaruhnya diatas nakas. Lalu, ia menggenggam tangan Amira. Amira kaget dibuatnya, dia merasakan jantungnya serasa mau copot. “Amira..” panggil Zayn.

“Ya, Zayn.”

“You belong with me.”

Amira gugup. "A-apa maksudmu?"

"I just realized, you're the best, you're always there when I need, you're always listening to my sighing, you getting hurt but you want me to be happy. And I just realized, that i think i love you better now."

...

Halo, amira, gimana? Maaf gak sesuai sama keinginan kamu hehe... 

fatma x

Daydreamer ⇨ Random One Shot{s}Where stories live. Discover now