From my Balcony // Zayn Malik

1.2K 64 8
                                    

Aku sama sekali tidak mengenalnya, apalagi sekedar mengetahui namanya aku hanya memandanginya setiap hari dari balkon kamarku.

 "Ismi, makan dulu nak!" suruh mama seraya menghampiriku dibalkon.

Aku merangkul mama dan mengulas senyum kepadanya. "Nanti ya ma, nanti Ismi turun kebawah"

"Kamu ngeliatin siapa sih Ismi?" tanya mama.

"Eh, enggak ngeliatin siapa-siapa kok ma. Yaudah mama turun duluan aja ya"

Setelah mama pergi, aku kembali memperhatikan dia. Dari balkonku, aku melihatnya setiap harinya. Mungkin dia merasa kalau dirinya diperhatikan maka dari itu dia melihat ke arahku dan tersenyum kepadaku, mata kami bertemu tapi detik selanjutnya aku berlari masuk ke kamarku.

"Ya tuhan, dia melihatku" aku berteriak kegirangan saking senangnya karena dia tahu aku ada, dia tahu kalau aku sering memperhatikannya.

.

.

.

"what's happened to that girl, she's just likes looking at me from her balcony everyday" gumamku setelah melihat cewek itu kembali masuk kedalam kamarnya.

"Maybe she's likes you dude" kata Liam

"Really?"

"Ya menurutku begitu, coba kau dekati dia Zayn"

"Harus?”

“Yaampun Zayn, mungkin dia directioner”

“Uh. Okay”

.

.

.

Keesekokan harinya, aku membawa sekantung belanjaanku. Aku disuruh mama untuk pergi ke supermarket dan membeli bahan-bahan memasak, sebenarnya aku malas melakukan ini tapi apa boleh buat aku tidak bias menolak perkataan ibuku.

Sepulang dari supermarket, aku menenteng kantung belanjaan yang sangat banyak dan terlihat kerepotan.

“Ugh, shit” gerutuku.

“Ah, cmon!” Saking banyaknya, kantung belanjaan ku jatuh, semua sayuran yang ada di dalamnya pun keluar dari tempatnya.

Stupid Ismi ughhhh” gumamku sambil membereskan kantung belanjaan yang terjatuh.

Need a help?”

Aku mendongakan kepalaku.

Astaga.

“Eh, um-ya” kataku gugup.

Dia membantuku membawa kantung belanjaanku, senyuman terukir indah diwajahnya.

“Jadi namamu siapa?” tanyanya, dia membawa kantung belanjaan ku.

“Ismi, kau? Um ini biar ku pegang sendiri saja!” kataku seraya meraih kantung belanjaan dan dia menggelengkan kepala lalu menatapku dengan tatapan ‘tidak usah, biar aku saja’ pun aku menurut. “Terima kasih”

“Sama-sama, namaku Zayn”

Lagi-lagi dia tersenyum. Aku meleleh dibuatnya.

“Oh, Zayn” ujarku bersikap santai, sebenarnya aku merasa degup jantungku tidak beraturan sekarang, aku harap dia tidak mendengarnya. Tentu saja dia tidak mendengarnya, bodoh.

Hening sesaat.

“Kau sering melihatku dari balkon kamarmu ya?” dia memulai percakapan.

Deg.

Daydreamer ⇨ Random One Shot{s}Where stories live. Discover now