Tourist // Harry Styles

746 40 8
                                    

Harry membanting tubuhnya dikasur, ia baru saja sampai di kamar hotelnya. Harry  menatap langit-langit hotel yang bercat keemasan sembari merapikan rambut keritingnya-nya yang berantakan. Kemudian, kakinya bergerak menuju kamar mandi untuk mandi.

Aku beri tahu, Harry adalah seorang turis. Ia sudah sering berkelana, diberbagai belahan dunia. Harry memilih Paris sebagai objek liburannya selanjutnya karena dia tertarik dengan kota Paris yang katanya indah dan sangat romantis. Omong-omong soal romantis, Harry baru saja putus dengan mantan kekasihnya; Kylie. Tapi jika begitu, mengapa ia memilih Paris sebagai objek liburannya? Entahlah, hanya Harry yang tahu. 

Setelah lima menit didalam kamar mandi, Harry keluar dengan handuk yang menutupi kepalanya. Lalu, seseorang mengetuk pintu hotel Harry dengan sangat keras dan terkesan tidak sabaran. Harry mendesah, baru saja sampai sudah diganggu, batinnya. Namun, Harry tetap membukakan pintu untuk tamunya itu, siapa tahu itu tamu penting. Munculah, seorang gadis berambut coklat pendek sambil tersenyum renyah. Harry hanya menatapnya datar. "Siapa kau?" tanya Harry.

Gadis itu melihat papan jalannya sebentar, lalu menaikan kacamatanya yang sedikit merosot. "Aku Ditha, tepatnya aku ini seorang pemandu wisata. Hotel ini menawarkan jasa pemandu wisata kepada setiap tamunya. Well, kau tidak menyuruhku masuk terlebih dahulu?" 

Harry mendesah, lalu membukakan pintunya lebar-lebar untuk Ditha, "Masuk!" kata Harry singkat. Ditha mengangguk kemudian melangkah masuk kekamar hotel Harry, dan duduk disofa. "Begini, akan ku jelaskan. Besok kau akan blablabla...."

"Oke, dengar. Aku sama sekali tidak butuh pemandu wisata. Aku sudah dapat peta, dan aku bisa menentukan jadwal perjalananku. Itu artinya, kau bisa pergi sekarang!" 

Hati Ditha mencelos, bagaimanapun ini adalah luang untuk mendapatkan pekerjaan yang layak dihotel ini. Jika Ditha bisa menjadi pemandu wisata Harry dalam tiga hari, ia bisa ditempatkan dihotel ini. Artinya, Ditha sangat membutuhkan pekerjaan saat ini.

"Harry, tolong aku. Aku butuh pekerjaan ini. Aku harus membiayai adikku dirumah sakit." Yang satu itu, Ditha tidak berbohong, adiknya memang sakit keras sekarang dan ia butuh uang makanya dia butuh pekerjaan. 

Akhirnya Harry luluh juga dan menerima Ditha dengan syarat. Ya, syaratnya adalah Ditha tidak boleh menganggu Harry, dan menurut apa yang dikatakan Harry. 

...

Keesokan harinya, Harry sudah siap untuk berjalan-jalan disekitar Paris. Dia hanya memakai kaus biasa dengan celana selutut, tidak lupa kamera kesayangannya yang selalu menggantung dilehernya. Tidak lama, Ditha datang untuk turut menemani Harry.

"Bonjour, monsieur. Jadwal perjalanan kita hari ini adalah Eiffel tower. " kata Ditha sambil tersenyum, Harry mengangguk. "Come on."

Mobil yang dikendarai Harry dan juga Ditha sudah sampai di menara Eiffel. Kemudian, Harry langsung berlalu tanpa menunggui Ditha yang masih kerepotan dengan barang-barang miliknya. Setelah mendapat tempat yang menurut-nya bagus, Harry langsung mengambil kesempatan untuk memotret.

Ceklek.

Ceklek.

Ceklek.

"Hei, kau memotret diriku." kata Ditha yang tiba-tiba ada dihadapan Harry. Harry mendengus kesal. "Kan sudah kubilang, jangan menggangguku!" ucap Harry sambil menekuni kamera miliknya, kemudian senyum tipis mengembang.

"Harry, aku kan pemandu wisata jadi aku akan menjelaskan padamu tentang menara Eiffel yang ada didepan kita, oke? Aku bisa kena marah jika tidak melakukannya." 

Harry menoleh kearah Ditha. "Tenang saja, kau tidak perlu melakukan itu kepadaku. Aku tidak akan mengadu pada atasanmu."

"Janji?"

Harry tersenyum. "Janji."

...

Karena merasa lelah berjalan-jalan seharian ini, Harry memutuskan untuk makan siang terlebih dahulu. Tentu, Ditha masih bersamanya. Harry membukakan pintu restoran, pun Ditha masuk diikuti Harry dari belakang. Mereka memilih tempat dipojok ruangan. Kemudian, pelayan datang menyodorkan menu makan, setelah mencatat pesanan Harry dan Ditha, ia pergi. 

 "Sebenarnya adikmu sakit apa?" tanya Harry sambil memandangi Ditha. 

Ditha membelalak kaget, karena Harry menanyakannya dan tiba-tiba sekujur tubuhnya lemas karena harus membicarakan keadaan adiknya. "Carla terkena kanker stadium akhir. Dia sudah melakukan kemo beberapa kali, tapi dokter harus mengangkat kanker-nya dengan operasi, aku membutuhkan uang untuk operasi Carla."

Harry mengangguk-ngangguk paham. "Aku turut prihatin dengan keadaan adikmu, kapan-kapan aku bisa kan menjenguknya?"

"Tentu saja, Harry."

Pembicaraan mereka terhenti karena pelayan sudah menyajikan makanan diatas meja. Harry menatap makanan itu sebentar lalu memakannya. Ditha hanya memperhatikan Harry makan, dia sudah tidak nafsu makan setelah pembicaraannya tadi. Merasa diperhatikan, Harry mengangkat kepala dan menatap Ditha dengan makanannya yang sama sekali belum tersentuh olehnya. "Makanlah, aku yang traktir." suruh Harry, Ditha menggeleng. "Aku sudah kenyang, terima kasih." jawabnya.

Harry menaikan bahu dan kembali memakan makanannya. Acara makan siang selesai, Harry kembali ke hotel sedangkan Ditha akan ke rumah sakit menemui adiknya. Terlintas dipikiran Harry, dia harus menjenguk Carla dan memberi semangat kepada anak itu, Harry yakin yang Carla butuhkan hanya penyemangat walaupun dari orang asing sekalipun.

Harry menanyakan alamat rumah sakit Carla kepada manager hotel tersebut, pastinya ia memiliki berkas-berkas tentang Ditha. Dan benar saja, lima menit kemudian Mr. Riley datang dan membawa apa yang Harry perlukan. Harry menjabat tangan Mr. Riley dan mengucapkan terimakasih setelah dia mendapatkan alamat rumah sakit yang menangani Carla, rencananya besok dia akan kesana. 

Entah apa yang membuat Harry perduli dengan Ditha dan juga adiknya, Harry merasa dirinya harus membantu. Mata Ditha yang selalu berkaca-kaca saat menceritakan Carla membuat Harry seakan-akan rapuh, dia sama sekali tidak tega melihat Ditha. Dan sekarang ia tahu apa artinya itu. Ia jatuh cinta, ya, jatuh cinta. 

Setelah sampai dikamar, Harry merebahkan dirinya dikasur dan menatap kertas bertuliskan alamat rumah sakit Carla membuatnya tersenyum. 

...

"Akhirnya, sang putri tahu perasaannya terhadap sang pangeran." Harry baru saja selesai membacakan dongeng kepada Carla, anak yang masih berumur lima tahun itu pun tersenyum. 

"Memangnya sang putri memiliki perasaan apa kepada pangeran?" tanya Carla polos. 

Harry tersenyum dan mengusap dahi Carla. "Sang putri jatuh cinta kepada pangeran, begitu juga sebaliknya." jawab Harry.

"Apa kau pernah merasakan hal seperti itu, Harry?" 

"Tentu saja, aku mencintai seseorang." 

"Pasti dia sangat beruntung, siapa gadis itu?" tanya Carla lagi.

"Kakakmu, Ditha."

Senyum mengembang dipipi Ditha begitu mendengarnya, dia masuk kekamar Carla dan mendengar semuanya. 

 "Well, ternyata kau mencintaiku, ya?" ledek Ditha.

Sontak membuat Harry kaget dan menghampiri Ditha yang tidak jauh dari tempatnya. "Kata ibuku, tidak baik menguping pembicaraan orang, camkan itu!" kata Harry halus sambil memainkan rambut milik Ditha.

Ditha tersipu. "Oh, maaf yang penting sekarang aku tahu perasaanmu kepadaku. I love you, Harry."

"I love you more, babe." 

"Ehem." desis Carla membuat Harry dan Ditha melangkahkan kaki ke gadis kecil itu, dan mereka tertawa bahagia bersama. 

 .......

Halo, kak ditha. Gimana suka gak? maaf abstrak karena aku gak begitu tahu tentang tour guide gitu, jadi yang ada diipikiran aja hahaaha. Maaf lama ya kak:)

Daydreamer ⇨ Random One Shot{s}Where stories live. Discover now