Chapter 11

1.3K 128 11
                                    

Melody

Rasa sesal menghantui pikiranku, Rasa bersalah terus saja terpantri dalam diri. Tak pernah ingin aku sakiti hatinya, Maafkan aku.

Aku yakin, Raffi masih marah karena kejadian tadi di UKS. Bukannya Aku sudah mempunyai teman baru lalu melupakan Raffi, namun Aku hanya ingin Raffi tidak melarangku berteman dengan murid lain. Sedari tadi aku tidak bisa beristirahat, pikiranku masih tertuju kepada Raffi.

"Kenapa selalu aja ada masalah sih?" Gumamku pelan lalu mendesah, menyisir pelan rambutku menggunakan jari lalu menatap Pintu UKS yang terbuka.

Raffi datang. Dengan wajahnya yang kusut, Mata kami saling memandang, Sorot matanya menandakan Ia kecewa padaku.

"Oke, kalau lo sekarang mau berteman dengan siapapun. Tapi ingat, kalau mereka buat lo sedih ataupun susah jangan datang ke gue."

Hatiku mencelos, apa maksudnya? Apakah Raffi tidak ingin menjadi temanku lagi, Begitukah?

"Datang ke sahabat lo yang baru itu! Yang lo belain, si Juan, gue kecewa sama lo Melody."

Pandangan kami masih saling beradu, Raffi segera memutuskan kontak mata kami. "Affi.."

"Stop call me like that." Tangan Raffi menggantung diudara, Ia menatapku tajam. "Jangan panggil gue kayak gitu lagi, Im not your Affi anymore."

Pandanganku menjadi kabur, aku yakin bila sekali aku berkedip jatuh sudah Air mata ini.

"Makasih buat selama ini. Gue bener-bener kecewa sama lo, gue butuh waktu untuk terima semua ini. Sahabat gue satu-satu nya yang berjanji bakal tetap stay sama gue, ternyata mengkhianati gue."

"DENGERIN GUE DULU!!" Teriakku, Air mata yang sedari tadi aku tahan sudah jatuh mengalir membuat sungai kecil dipipi ku. "Gue nggak belain Juan ataupun belain lo Raff... gue cuma pengen lo ngebiarin gue berteman dengan siapapun. Gue pengen punya banyak teman Raff.."

Raffi mengernyit, "Bukannya gue udah bilang tadi? Silahkan... tapi, jangan datang ke gue waktu lo susah!"

Aku menggeleng, tak mengindahkan air mata yang terus jatuh. Dalam lubuk hati ku, Aku sangat ingin Raffi datang lalu merengkuhku masuk kedalam pelukannya dan menghapus air mata ku.

"Raff, please... ini nggak seperti yang lo pikirin. Gue emang mau berteman dengan semuanya, tapi gue juga tetap mau lo Jadi sahabat gue."

"Sorry, gue harus pergi."

Dan lagi, Raffi pergi meninggalkan ku seperti beberapa minggu yang lalu. Apakah ini akhir dari kisah persahabatan ku dengan Raffi?

--

Hari-hari ku sudah tidak seindah dulu, sekarang aku pergi ke sekolah dengan Ayah. Tidak ada lagi, Raffi yang selalu menggangu ku. Aku sendirian, benar-benar sendirian.

Nada juga terlihat seakan menjauh dariku, dan hubungannya dengan Raffi terlihat semakin Akrab, dan terlihat seperti Nada menggantikan posisiku di pandangan Raffi. entah, mungkin hanya perasaanku saja. Tapi bukannya ini yang aku inginkan?

Raffi dan Nada menjadi dekat, dan Aku menjadi bebas. Maksudnya, Bebas sepertu bisa bermain dengan siapapun, berkenalan dengan murid di SMA tempat aku belajar ini. Sebelum semua terlambat. Aku tidak ingin, nanti saat Reuni aku merasa canggung karena tidal mengenal satu pun dari mereka.

Kadang aku sedikit cemburu pada Nada, baru beberapa minggu bersekolah disini, Nada sudah mempunyai banyak teman. Tidak seperti ku. Itu semua karena Raffi.

"Hai,"

Aku terlonjak kaget, menatap orang yang berada dihadapanku. Juan. Ia tersenyum lebar hingga gigi nya yang rata dan putih terlihat.

Stay ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang