27. Best Birthday

4.5K 335 3
                                    

Teriakan dari Rozan mampu membuat Revan bangun dari tidur nya, lalu melempar laki-laki itu dengan bantal yang ia gunakan. "Bacot, monyet!"

"Ye si tai, ada yang nungguin lo tuh di luar!" Sungut Rozan marah.

"Siapa? Tukang sayur pagi-pagi gini nyariin gue?!"

"Bukan tolol, si anu siapa ya nama nya aduh---oh Farah!"

"Farah? Far--ah? Ngasal, gue ga punya temen yang nama nya kayak cewek." Jawab Revan sambil menutup seluruh tubuh nya dengan selimut.

"EMANG CEWEK VAN, DIA EMANG CEWEK! BUJUG BUSET DAH YA!" Teriak Rozan, tangan nya dengan ganas memukul kepala Revan dengan bantal yang tadi di lemparkan. "NAIK DARAH GUE NGOMONG SAMA LO!"

"Apaansi? Bilangin gue mau tidur lagi gitu, orang baru jam dela---"

"Eh nama nya Sarah deng."

"SARAH?!" Revan terlonjak kaget, tubuh nya sudah berdiri di depan Rozan, menunggu laki-laki itu untuk mengkonfirmasi.

Rozan mengangguk, "ANJIR!" Pekik Revan kemudian.

----

Hamparan rumput luas dengan beberapa pohon rindang menjadi pemandangan Revan sekarang. Sambil melihat tangan nya yang di genggam oleh Sarah di depan, laki-laki itu tersenyum. Tidak ada orang lagi selain mereka berdua. "Ini apaan si, Sar?"

"Ini tanah."

"Nenek-nenek sekarat juga tau kalo ini tanah."

Sarah sempat tertawa sebentar. "Gatau pantes di sebut nya apa, taman? Engga ini bukan tempat umum, lahan kosong? Mungkin."

"Lo tau ini dari mana?" Tanya Revan, ia berhenti sebentar saat menatap pemandangan di bawah, ternyata dari tadi Sarah mengajak nya naik ke atas puncak lahan kosong ini. Tidak ada yang istimewa memang, pemandangan nya hanya atap rumah-rumah perumahan, juga pohon-pohon. Tapi Revan malah menyukai nya.

"Kan ini di komplek rumah gue, makanya tadi jangan bengong aja di jalanan. Masa sampe ga nyadar kalo lo gue ajak balik lagi ngelewatin rumah gue." Ujar Sarah lalu meringsut duduk di atas rerumputan. Ia tadi memang ke rumah Revan untuk mengajak laki-laki itu ke luar--ke tempat ini. Tapi Revan tidak sadar kalau Sarah sebenarnya mengajak Revan ke komplek rumah nya, bukan jalan-jalan seperti yang di maksud.

Revan ikut duduk di samping Sarah, matahari pagi yang datang membuat kedua nya menyipitkan mata. Baru pukul sembilan pagi. "Oiya, kok lo tau rumah gue si Sar?"

"Gue cenayang."

"Awkarin bawa sajadah, iyain aja dah."

"Huehehe, gue nanya ke Leo dimana rumah lo." Jawab Sarah jujur, itu pengorbanan Sarah pagi ini. Masalah nya, Leo itu mulut nya 'rese'. Tadi saja ia sempat bertengkar terlebih dahulu di chat bersama Leo karena laki-laki itu mengatakan kalau Sarah menyukai Revan--ya walaupun benar.

"Van tutup mata dah." Bukan nya menurut apa kata Sarah, laki-laki itu malah melotot bercanda. "Tutup bentar doang, ih!"

Revan sempat bingung, tapi akhirnya menutup mata nya dengan kedua tangan sampai yang bisa ia lihat hanya warna hitam. Sarah tersenyum lantas memutar tubuh nya agar berhadapan dengan Revan, lalu mengeluarkan kue black forest ukuran kecil yang di atas nya sudah ada satu lilin kecil menyala. "Buka!"

Revan tidak bersuara, mulut nya dengan sempurna terbuka membentuk huruf O. "Happy birthday Revan, happy birthday Revan, happy birthday happy birthday, happy birthday to you." Bahkan sampai Sarah menyelesaikan nyanyian nya, Revan masih tidak bergeming.

"Revan!" Tegur Sarah ketika menyadari kalau Revan malau melamun.

Laki-laki yang mengenakan kaos lengan pendek hitam dengan logo ceklis di tengah nya itu kemudian tersenyum lebar. Tanggal 2 Juni, hari ulang tahun nya. Astaga, ia baru ingat kalau hari ini adalah hari ulang tahun nya.

Revan kemudian meniup lilin tersebut hingga padam. "Makasih Sar! Astaga, gue aja lupa hari ini gue ulang tahun. Lo kok tau si?"

"Lo aja yang bego, liat aja sekarang group line angkatan isi nya cuma ngucapin lo hbd doang." Jawab Sarah setengah jengkel, tapi beberapa detik kemudian tersenyum lagi. "HAPPY SIXTEEN BIRTHDAY REVAN!" Teriak nya.

"Potong dong kue nya Van, gue laper nih." Ujar Sarah sambil menaruh kue tersebut di tangan Revan, lalu ia mengeluarkan pisau plastik dan tidak lupa piring plastik. Sedangkan Revan tertawa sambil menuruti apa kata Sarah tadi.

Setelah memberi potongan kue tersebut ke Sarah, laki-laki itu kemudian meminjam ponsel Sarah untuk sekedar mengucapkan terima kasih kepada teman-teman nya di group--ia lupa membawa ponsel.

Sarah Galena: makasih semuaaa -revan

Kalimat itu sontak membuat teman-teman nya heboh. Ada yang menanyakan dimana mereka berdua sekarang. Tapi Revan tidak menanggapi, laki-laki itu mengunci ponsel Sarah ketika perempuan tersebut mengeluarkan kamera polaroid.

"Ayo foto!" Seru nya, Revan kemudian mengambil tempat lebih dekat dengan Sarah, lalu tangan laki-laki itu terjulur melingkar manis di pundak Sarah.

Setelah jadi, Sarah memfoto polaroid tersebut dari ponsel nya. Ia tersenyum cerah saat memandang foto tersebut, disana mereka berdua tersenyum lebar memperlihatkan deretan gigi-gigi putih, lalu tangan Revan yang ada di pundak nya menambah kesan sesuatu di foto tersebut.

"Sini polaroid nya buat gue, nanti sepuluh tahun lagi gue balikin ke lo." Ujar Revan kemudian mengambil polaroid tersebut.

Sarah mengangguk sambil mengambil piring kue nya yang tadi belum habis, lalu mendorong nya ke wajah Revan. Sukses, Revan diam tidak bisa berkutik saat tangan Sarah membaluri seluruh wajah nya dengan krim kue yang ada.

Cekrek. Sarah mengambil foto wajah Revan yang sedang di lumuri nya. Tidak ada wajah Sarah, hanya ada tangan kanan nya yang sedang melumuri wajah tersebut. Setelah di lihat, foto polaroid tersebut sangat bagus. Tumblr gitu, menurut nya.

"Fix ini harus gue masukin ke instagram!" Ujar nya memberi tahu Revan, sementara Revan tidak kalah dengan menunjukan polaroid mereka berdua tadi. "Ini juga gue masukin instagram!" Balas Revan.

Kedua nya tertawa, tangan Sarah kemudian kembali terjulur untuk membersihkan wajah Revan dengan tissue kering yang ia bawa. "Aduh nak kok makan sampe acak-acakan gini sih."

"Gatau nih, yang nyuapin nya ga pake otak, masa sampe muka-muka gini ikut kena." Sarah tertawa lebar, tahu betul kalau Revan menyindir nya.

Revan hanya tersenyum saat tangan Sarah membersihkan wajah nya. Dalam hati, ia sangat senang akan hal ini. Keluarga nya memang tidak ada yang ingat, tapi ia tetap bahagia. Kehadiran Sarah di samping nya sudah cukup membuat laki-laki itu tenang, seakan hidup nya tidak mempunyai masalah.

****

Haiii. Maaf buat visual polaroid nya aku ga nemu yang pas kayak gitu jadi imajinasi kalian aja ya hehehe.

Oiya, aku masa tiba-tiba kepikiran. Mau nanya dong, kalian tau cerita ini dari mana? Terus kenapa mau baca? Kesan pertama nya apa?

Banyak tanya ya wkwkwk, tapi kalo bisa di jawab demi kelancaraan aku mau update lagi atau engga👌 (soalnya update kalo lagi mood baik doang huehehe)

Makasi gaes💞

EvanescetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang