15. Day By Day

6.7K 984 120
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



"Detak jantungnya stabil, tekanan darahnya normal, seharusnya dia sudah baik-baik saja," jelas dokter tanpa mengalihkan pindaian mata dari berkas di tangannya.

Aku sudah mandi pagi-pagi sekali karena Top mengajakku bersepeda dan mencari sarapan sungguhan. Lagi. Kami nggak menyangka Tante Yoona dan Dokter David akan datang sepagi ini. Pantas Tante Tif sudah menghilang bahkan sebelum seorang pun di rumah bangun. Top bilang dia mengirim pesan yang mengatakan baru akan pulang kalau dikabari Tante Yoona sudah pergi.

Lalu, bahkan sebelum kami mencerna pesan tersebut, mobil Tante Yoona sudah sampai.

"Lalu kenapa dia belum bangun juga?" tanya wanita itu, agresif seperti biasa.

Dokter mengerutkan dahi, memandangi pasiennya yang tidur nyenyak seperti bayi, "Tidak ada yang tahu," katanya.

"Apa nggak ada cara untuk memicu alam bawah sadarnya supaya bangun?" Top bertanya.

"Ada," jawab dokter cepat. "Ya, ada."

Aku dan Tante Yoona serempak menyahut, "Bagaimana?"

"Coba perbanyak interaksi dengannya," ujar dokter serius. "Dia mungkin koma, tapi ada kemungkinan dia bisa mendengar apa yang kalian ucapkan. Tentu saja kemungkinan besar yang mendengar adalah alam bawah sadarnya dan belum tentu dia bisa mengingat apa yang dia dengar saat tak sadarkan diri. Namun, tidak mustahil akan ada respon jika dia terus mendengar suara orang-orang yang dia kenal."

Tak seorangpun menanggapi, kecuali aku, "Maksud dokter ... kita harus bicara dengannya? Dalam keadaan tak sadar? Apa dokter yakin dia akan merespons?"

"Kemungkinan ... seperti yang kubilang tadi, alam bawah sadarnya masih bisa mendengar. Tidak ada ruginya memberikan rangsangan supaya dia tidak makin tenggelam dan tidak punya keinginan untuk bangun lagi. Sebab ... sejak awal dia berusaha untuk mati, meski kita belum tahu apakah dia melakukannya dengan sengaja atau tidak ... khawatirnya kalau keinginannya sebelum koma lebih besar dari kemampuannya, kondisinya akan makin buruk."

Aku yakin semua orang di dalam ruangan itu menahan napas sepertiku saat mendengarnya.

"Kalau dia terus menerus begini, kondisi tubuhnya akan makin lemah. Organ-organnya akan makin malas bekerja karena terus dibantu, lambung yang terus tidak beroperasi karena kebutuhannya akan makanan dipenuhi oleh cairan infus akan makin lemah. Kalau kondisinya terus begini, alam bawah sadarnya pun bisa ikut lemah, keinginannya untuk bangun akan semakin hilang."

Tante Yoona sontak menatapku, pun aku, sementara Top tetap tenang dengan padangan lurus ke arah dokter. Menyimak setiap penjelasan dengan saksama. Jujur saja, aku tidak terlalu peduli lagi kapan Raksa akan bangun. Maksudku bukan yang nggak peduli dia akan bangun atau tidak, tapi sekarang ini. Detik ini. Aku ingin pertemuan ini lekas selesai supaya aku dan Top bisa jalan-jalan seperti kemarin.

Second LeadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang