SM

489 17 4
                                    


Maaf banget gue lagi berada di mood yang jelek dan mager banget karna cape juga, gak sempat ngetik waktunya gak ada sekalinya libur guenya males+cape 😂😂😂

Harap bersabar ya ini ujian hahha, eh gak ada yang nunggu juga kan, aku lagi hobinya baca cerita orang aja untuk sekarang, wkwkkwk dah ah cuusss Semoga gak muntah ya✌

Happy reading gaes!!!

Sudah tiga bulan berlalu kepergian Ali, kini Illy lagi menunggu kelahiran sang jagoanya buah hatinya sama Ali, saat ini Illy lagi duduk santai di teras belakang sambil menikmatin angin sore menunggu senja datang, kelahiran jagoanya tinggal menghitung hari saja, dia antara senang dan sedih, sedih karna Ali udah gak ada, senang karna sebentar lagi akan menjadi ibu untuk anak kandung nya, soal Leon dia sudah ikut Rusma, atas bujukan Illy karna Illy gak mau lagi jadi desakan Rusma dan gangguan Rusma, bukan dia gak sayang sama. Leon dia sayang banget malah, tapi dia gak mau egois membiarkan Leon membenci ibu kandungnya, biar giamana pun Rusma adalah ibunya Leon, meski pun kepeutusanya itu mendpat tentangan Irma sama Wijaya yang tak setuju kalau Leon ikut Rusma, namun akhirnya mereka mengalah dengan pendpat Illy,

"Illy kamu yakin sayang sama yang kamu pikirkan itu. Membiarkan Leon Ikut Rusma?"

"Ya mam, gimana pun dia ibunya Leon mam,"

"Mama si gak setuju sayang dulu dia kemana aja? kenapa baru sekrang dia peduli?"

"Mam, mungkin dulu dia khilaf sekarang biarkan dia menebus dosanya sama Leon."

"Hhhh.... Mama mau ngomng dulu sama papamu,"

"Ya mam. Semoga papa setuju sama pendapat Illy mam."

"Mama gak yakin sayang,"

"Coba dulu mam, kasian Leon, papanya sudah gak ada kita jangan membiarkan dia membenci Rusma, mam."

"Ya tuhan betaapa baiknya hatimu sayang,"seru Irma terharu dia meluk Illy kalah itu, Illy teringat akan oebrolan nya sebulan lalu, Leon ikut Rusma tapi dua minggu sekali dia akan menginap di rumah Wijaya sang Opa. Itu perjanjian Wijaya sebelum, dia mengijinkan Rusma membawah Leon, saat itu menangis dia kekeh ingin tinggal bersama Illy dia gak mau ninggalin Illy, karna dia mau menjaga Illy sama dedek tuturnya pada saat itu. Kalau boleh jujur Illy ingin sekali Leon tetap tinggal bersamanya, tapi apalah daya dia gak punya hak atas itu,

"Non masuk udah sore ni!"seru Bik Ijah mengaketkan Illy dari lamunanya.

"Bibik ngagetin aja iihh,"cibir Illy,

"Heheh maaf Non, ayo kedalam!"

"Ya ga papa bik, ya bik ini juga udah mau kedalam."Illy bangkit dari kursinya,

"Ngelamun lagi Non?"

"Gak kok bik,"

"Kog gak dengar bibik panggil-panggil tadi,"tanya bik Ijah penuh selidik,

"Heheh sedkit,"ucap Illy nyengir.

"Hhhh si non ma."

"Sudah ayo kedalam!"titah Illy biar bik Ijah gak banyak tanya lagi mengalihkan pembicaraan.

"Ya sudah ayo,"

'Siapa yang menemani aku lahiran nanti ya, mama lagi dirumah kaka pula, mam semoga cepat pulang, aku butuh mama, saat nanti melahir suamiku juga gak ada mam, mama irma juga lagi umrah sekarang ya tuhan berilah aku kekautan, saat ini aku butuh dukungan orang yang aku syangi.'batin Illy gak terasa air matanya jatuh membasahi pipi gembilnya,

"Bik aku kekamar dulu ya mau mandi."pamit Illy.

"Ya non."

Illy keatas sungguh dia bingung siapa yang akan menemani lahiran nanti, namun dia harus sabar dan ga boleh stres.

***

Sekarang Illy lagi di Rumah Sakit, sudah saat nya dia melahir yang rencana awal mau normal namun tak bisa dan pada akhirnya Illy harus oparasi karna keadaan yang tak mingkin untuk dia melahirkan normal, Illy dengan di temani sahabatnya Putri, dia merasa sendiri pasalnya tak ada satu pun keluarga yang datang untuk ngasih dukungan. Hanya ada abang beserta istrinya saja itu pun belum datang masih dalam perjalan karna jauh dan makan waktu yang panjang, dulu Illy sempat berharap bisa di temani mamanya namun harapan itu harus iya telan dengan pahit, karna sang mama tak datang masih berada di rumah kakanya yang paling tua. Illy sedih, merasa sendiri namun dia gak boleh lemah demia anaknya, Putri selalu nemaninya untung saja suami sahabatnya itu baik dan bisa ngerti dengan keadaan dia, hanya Putri bisa dengan leluasa menemani dari awal dia merasa sakit dari dua hari lalu sampai saat ini, dari jam 11 dini hari dia gak tidur karna menemaninya begadang karna kontraksinya.

"Lo harus kuat demi anak lo!"semangat Putri saat Illy akan masuk ruang oprasi.

"Ya. Makasih lo udah mau nemani gue, dan urus semuanya."ucap Illy tulus.

"Itulah gunanya sahabat."kata Putri tersenyum manis lalu dia menggenggam tangan Illy yang bebas dari infusnya.

"Lo emang sahabat terbaik gue dari dulu, lo selalu ngertiin gue."

"Lo juga selalu ada buat gue selama ini!"

Mereka berpelukan Illy meneteskan air mata harunya, sungguh jarang jaman sekarang ada sahabat yang mau beluangkan waktunya hanya untuk menemani sahabatnya. Putri memeluk sahabatnya itu dengan erat dia tau kalau sahabatnya itu seberna rapuh, sedih, terluka. Namun dia terlalu pintar untuk menutupinya dia selalu berusaha tersenyum, sungguh Ia gak tau jika dia berada di posisi sahabatnya itu apa dia bisa setegar itu dan sekuat itu, menghadapinya sendirian.

"Sudah jangan nangis lagi, lo harus masuk ruang oprasi!"

Illy hanya mengangguk kepala lalu dia melepaskan pelukanya, dia menghapus air matanya lalu dia tersenyum dia mengatakan kalau dia baik-baik saja tak ada yang perlu di kwatirkan.

"Gue minta maaf kalau gue punya salah sama lo nyet!"

"Gue udah maafin lo, sekarang lo harus fokus sama perjuangan lo, gue nunggu lo dluar lo harus berhasil!"

"Ya... Do'a in gue ya"

"Gue selalu do'a in lo."

"Terima kasih!"

Lalu para perawat mendorong masuk ranjang Illy, Putri menatap ranjang itu sampai ranjang itu hilang di telan pintu, saat pintu tertutup, jatuh air matanya yang di tahan sejak tadi, dia menangis dalam diam. Sudah menelpon dua hari sebelumnya meminta keluarga Illy datang secepatnya namun mereka bilang ada yang gak akan datang dan abang sama kaka iparnya saja yang datang itu pun gak bisa cepat, dan benar saja Illy sudah mau lahirkan mereka pun tak ada yang datang, dia berharap setelah ini Illy bisa mendapatkan kebahagian dia sudah gak sanggup lagi melihat penderitaan sahabatnya itu.

'Gue harap lo bahagia sama anak lo suatu saat nanti. Ly gue berharap lo bisa menemukan kebahagian lo sesungguhnya bukan senyum palsu lo itu, bukan canda tawa lo yang penuh dangan luak itu Ly, gue selalu berdo'a untuk kebahagian lo, gue harap ini akhir dari deritaan lo.'batin Putri

Nb;gw gak akan cerita detail pas saat lahiranya karna gw ga sanggup ngetiknya gw harus ingat lagi luka lama itu gw gak bisa, jadi kalian bisa bayangkan sendiri saat mau melahirkan tanpa adanya keluarga inti terutaman mama kita, itu sedih banget dan itu yang gw rasian. Di ruang oprasi gw ingat wajah mama gw mengalir air mata gw, tapi gw ga perna benci merka gw sangat manyayangi mereka walapun gw dianggap ga ada😢😢😢

Semoga kalian suka soryy kalau ada typo soalnya ngetiknya tanpa di baca ulang ini ngetik maraton hahah mumpung mood gw lagi baik.

23-12-2017

Sampai ketemu di tahun 2018 mungkin di lanjutnya ga tau kapan haha😂😂😂


Tbc.

 Setia Menantimu (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang