Lima Belas

1.1K 110 58
                                    

Malam Sabtu yang cerah, orang-orang berlalu lalang terlihat dari kaca jendela salah satu tempat makan terkenal di Jakarta. Reyhan dan Assyifa telah selesai memakan makanannya masing-masing. Namun, mereka –lebih tepatnya Reyhan, belum mau meninggalkan tempat ini. Bosan di rumah. Katanya.

Tadi, sehabis pulang dari toko buku, suara perut Assyifa berbunyi. Reyhan tidak mungkin membiarkan cewek yang ia ajak jalan itu pulang dalam keadaan lapar. Jadi, meskipun Assyifa menolak, Reyhan memaksanya untuk singgah di salah satu tempat makan terlebih dahulu sebelum pulang.

Dan di sinilah mereka. Duduk berhadap-hadapan di meja pojok dekat jendela.

"Syif, lo nggak apa-apa nih di sini sama gue dulu?" Suara Reyhan memecahkan keheningan yang sedari tadi tercipta.

Assyifa mengerjap. Kaget akan suara Reyhan yang membuyarkan lamunannya. "Eh, i-iya. Nggak apa-apa kok."

"Oh. Oke kalo gitu." Reyhan mengangguk lalu mengeluarkan sesuatu dari kantong jaketnya.

Assyifa sudah mengerti. Pasti, cowok itu mau merokok.

Ternyata dugaannya salah. Ketika Reyhan mengeluarkan permen, bukan rokok, Assyifa bergumam. "Kirain mau ngerokok."

Reyhan terkekeh. "Kenapa? Lo nggak suka rokok, ya?"

Assyifa meringis. Perasaan ia berbicara dengan suara pelan. Tapi kenapa Reyhan mendengarnya? "Eh, e-enggak kok. Cuma ngeduga aja. Kan biasanya cowok begitu."

Kali ini, Reyhan tersenyum. "Hal yang harus lo tau tentang cowok; nggak semua cowok begitu. Dan sejak gue ketemu lo, gue juga tau nggak selamanya cewek begitu."

"Nggak selamanya cewek begitu gimana maksudnya?"

Reyhan memajukan tubuhnya. "Gini, gue kira selama ini cewek itu ya, begitu. Suka dandan, manja, lemah, tapi pas gue ketemu lo, ternyata nggak begitu. Lo beda dari cewek-cewek yang biasa gue liat."

Entah kenapa, pipi Assyifa terasa panas.

Reyhan tidak main-main dengan ucapannya. Memang benar, Assyifa berbeda dari cewek-cewek di sekitarnya. Cewek itu tidak manja, tidak lemah, dan yang paling penting... apa adanya. Sekarang Reyhan mengerti mengapa Kevin bisa suka dengan Assyifa. Karena, sejak lima menit yang lalu, ia rasa ia melakukannya juga.

"Eh, apaan sih." Assyifa mengalihkan pandangan. "Ta-tapi kok lo nggak ngerokok sih? Emang beneran nggak pernah ngerokok?"

"Waktu itu pernah. Tapi, pas ketauan Tasya, gue berhenti. Abisnya dia marah-marah gitu nggak ngebolehin gue ngerokok."

Natasha lagi. Assyifa jadi penasaran, sebenarnya ada hubungan apa cowok yang sedang membuka bungkus permen ini dengan Natasha?

"Mau, Syif?"

Assyifa menggeleng.

"Rey, boleh nanya nggak?"

Sambil mengunyah permen mint yang ada di mulutnya, Reyhan menjawab. "Tuh, lo udah nanya."

"Eh, iya." Assyifa meringis. "Maksudnya, nanya yang lebih spesifik gitu."

"Nanya aja kali. Gue nggak gigit kok." Reyhan terkekeh.

"Lo sama Tasya, ada hubungan apa, sih?"

"Lo ngeliatnya gimana?"

"Sahabatan?"

"Tuh tau."

"Tapi, banyak yang bilang juga kalian pacaran."

Reyhan berhenti mengunyah permennya. "Siapa yang bilang?"

"Ya, banyak. Anak-anak di sekolah mungkin?"

"Nggak. Gue sama Tasya cuma sahabatan aja. Dari kecil kita udah kenal. Bahkan gue sama dia ganti popok aja barengan. Nggak mungkin lah gue sama dia pacaran."

SidenessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang