Adek

10K 580 151
                                    

"Astaga ibu,  aku bahkan sudah lupa berapa kali bilang tidak pada ibu" Jimin meremas rambutnya,  mendengus kesal. Sudah seminggu ini ibu-nya menanyakan hal yang sama, yang dijawab dengan jawaban sama juga yaitu "tidak" oleh Jimin. Bagaimana tidak kesal, rasanya kuping Jimin hampir iritasi karena terus-terusan mendengar pertanyaan sama dari Ibunya.

"Yaampun, sebenarnya siapa kau? Kau bukan Jiminie ku yang manis" nyonya Park berucap dramatis "ayo, ayo mengakulah kau bukan Jimin ku kan?" telunjuk nyonya Park menusuk-nusuk bahu Jimin main-main. Jimin merotasikan mata, malas kalau harus berdebat dengan ibunya.

Rasanya Jimin ingin menjatuhkan diri saja ke kandang buaya yang sudah lima tahun tidak diberi makan, setidaknya itu lebih manusiawi daripada harus jadi korban perjodohan bisnis oleh ibunya. Jimin tidak -mungkin tidak- masalah kalau yang dijodohkan dengannya adalah seseorang yang seumuran atau beda satu, dua tahun itu tidak masalah. Tapi ibunya malah dengan konyolnya menjodohkannya dengan anak kelas dua SMA. Jimin jadi gila, ibunya juga gila, bagaimana kalau orang jadi berfikir bahwa Jimin pedofil?  Mau ditaruh dimana wajah tampannya.

Malam ini keluarga Park sudah siap dalam perjalanan menuju rumah calon -perjodohan bisnis konyol- Jodoh Park Jimin dengan anak semata wayang keluarga Kim. Ayah Jimin menyetir mobil dengan khusyuk,  Ibu jimin hanya sibuk senyum lebar-lebar sambil terus merangkul lengan Jimin.

Jimin ingin jadi anak durhaka saja tadinya tapi setelah mendengar Ibunya yang mengatakan bahwa ia sudah menyiapkan pulpen terbaik didunia untuk mencoret nama Park Jimin dari daftar keluarga jika ia menolak membuat Jimin mau tak mau menerima saja toh ibunya bilang jika Jimin akan tunangan dulu tidak akan langsung menikah mengingat calonnya masih dibawah umur.  Bodoh,  sudah tau masih dibawah umur,  kenapa masih mau dijodohkan juga.

Mereka sudah sampai di rumah keluarga Kim, disambut dengan sangat baik . Mereka langsung masuk menuju ruang makan untuk makan malam dan membicarakan perjodohan-konyol-bisnis, ah drama nya sudah dimulai

Jimin sibuk melirik kanan kiri, mencari sosok yang akan dijodohkan dengannya. Jangan sampai dia dijodohkan dengan anak yang berjerawat, gendut, ingusan atau lebih parahnya dia tidak bisa memakai celana dalam sendiri dengan baik.

"Maaf ya, Taehyung sedikit terlambat. Siang tadi dia mengikuti kelas tambahan" ucap tuan Kim seolah mengerti dengan tingkah Jimin yang mencari-cari.

"Tidak apa-apa" ibu Jimin menjawab antusias "Taehyung anak yang Rajin ya?" seru ibu Jimin.

"Ya,  dia selalu bersemangat hahaha"

Ibu dan nyonya Kim terus sibuk dengan pembicaraanya mengenai Taehyung ini dan Taehyung itu. Jimin jadi penasaran dengan Taehyung.

"Bunda,  bunda!" tiba-tiba suara cempreng bocah laki-laki dengan surai kecoklatan yang bergerak-gerak karena setengah berlari.

"Bunda, tolong adek bunda" ucapnya pada nyonya Kim "kancingnya susah sekali" serunya lagi sambil menyodorkan tangannya,  meminta bantuan mengkancing di bagian pergelangan tangan kemeja yang kebesaranya ditubuhnya, manis sekali.

"Manisnya" nyonya Kim menarik pipi bocah itu dengan gemas "sini bunda bantu" memasangkan kancing di bagian tangan bocah itu.

"Ini sulit sekali, adek jadi terlambat" ucap bocah itu sambil mempoutkan bibirnya, Jimin berani bersumpah bahwa siapapun yang melihatnya akan gemas sama seperti Jimin.

"Yatuhan,  manisnya!" ibu Jimin gemas sendiri "ini pasti yang namanya Taehyung ya?"

"Iya tante" Taehyung menjawab dengan senyum yang demi tuhan cantik sekali. Jimin sampai tidak sadar menahan nafas.

"Ini anak tante,  namanya Jimin" ibu Jimin meraih lengan Jimin "calon tunangan Taehyung" jelas ibu Jimin. Ibunya ini terlalu bersemangat, Jimin malu sendiri.

About Jimin & TaehyungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang