Sesampainya di rumah sakit, Nesya masih diam, tak banyak bicara. Selama perjalanan Nesya yang biasanya bawel, kini menjadi lebih banyak diam. Tadi mereka juga sempat ke toko penjual helm di depan sekolah untuk membeli helm. Nesya hanya nurut, dia benar-benar bungkam kali ini.
"Tumben nggak bawel," ujar Vanno saat mereka berjalan menuju ke ruangan Abi.
Nesya hanya diam saja, Vanno tersenyum tipis saat melihat reaksi Nesya setelah dia menciumnya tadi di parkiran sekolah, untung saja tadi parkiran sepi. Vanno menarik lengan Nesya, lalu menggenggam tangan Nesya.
Nesya baru akan membuka mulutnya untuk protes, tapi Vanno lebih dulu menyelanya, "Biar nggak ilang."
"Dasar, Mr. Possessive," cibir Nesya.
"Biarin aja, posesif gini lo juga cinta," sahut Vanno.
Nesya menghela napasnya, dia lebih memilih untuk mengalah. Capek menanggapi semua celotehan Vanno. Kesan Vanno yang dingin, kini sudah tidak ada lagi di depan Nesya.
"Kok diem, biasanya juga ngoceh mulu." Nesya memutar bola matanya malas, Vanno sekarang jadi banyak bicara dan banyak tingkah.
Nesya melepas genggaman tangan Vanno, dan berjalan meninggalkan cowok itu. Vanno berdecak kesal melihat tingkah Nesya, lalu dia mengejar langkah Nesya.
"Kenapa sih?" tanya Vanno saat sudah berdiri di hadapan Nesya dan menghadang langkah gadis itu.
Nesya memanyunkan bibirnya. Dia sebenarnya sedari tadi kesal dengan tingkah Vanno. Nesya yang cemberut dengan memanyunkan bibirnya, terlihat sangat menggemaskan di mata Vanno.
"Itu maksudnya kode minta dicium?" goda Vanno.
Nesya membelalakkan matanya, dan memukul lengan Vanno dengan keras. "Pikirannya ya," kesal Nesya.
Vanno terkikik geli melihat tingkah gadisnya. Nesya tersenyum saat melihat Vanno terkiki, ada rasa aneh yang hinggap di hatinya. Ini kali pertama dia melihat Vanno tertawa.
"Lo bisa ketawa?" tanya Nesya dengan polosnya.
Vanno mengerutkan keningnya. "Maksud lo?"
"Gue baru lihat lo ketawa, gue kira lo nggak bisa ketawa gitu," jawab Nesya.
Vanno tersenyum manis, tangannya mengelus pipi Nesya. Dia tidak salah dengan keputusannya. Dia tidak akan menyesal jika nanti Nesya membencinya, dia tidak menyesal jika dia tidak bisa ada di samping Nesya nantinya. Karena, Vanno pernah dicintai dan mencintai Nesya, berdiri dan menjaga Nesya. Walau nanti Vanno tak bisa ada di samping Nesya, Vanno akan selalu menjaganya dari jauh, karena rasa itu berkembang dan menimbulkan rasa tulus yang tak terbatas.
"Di depan lo, gue bisa mengekspresikan diri gue sendiri," ujar Vanno, lalu dia mencium kening Nesya.
Nesya menggigit bibir bawahnya dengan kuat. Ada sesuatu yang ingin dia tanyakan, tapi dia ragu. Nesya menghembuskan napasnya.
"Van," panggil Nesya.
"Apa?" tanya Vanno.
"Emm, soal malam itu, maksud lo apa? Dan kenapa sekarang lo bilang gini?" tanya Nesya dengan ragu.
Vanno menatap mata Nesya dengan dalam. Ini yang membuatnya sadar, malam itu harusnya biarkan saja mereka bahagia tanpa rasa takut. Walau hanya sebentar, tapi dia dan Nesya setidaknya pernah merasa bahagia bersama.
Vanno menghela napasnya. "Gue saat itu terlalu memikirkan kedepannya, padahal kita nggak tahu gimana kedepannya, kan. Gue baru sadar, yang harus gue lakuin sekarang adalah gimana buat sekarang kita bahagia, tertawa bersama, menciptakan memori yang indah, pada saatnya nanti, gue pasti akan berjuang sendirian, lo akan jauh dari gue, karena nggak selamanya gue ada di samping lo," jelas Vanno yang membuat Nesya bingung.
YOU ARE READING
Heart Hacker [Complete]
Teen FictionSaat sebuah rasa menyapa. Membuat alur yang telah diciptakan hancur seketika. Karena alur Tuhan dengan nama garis takdir telah bermain lebih cepat. Karena kuasa Tuhan tetaplah menjadi pemenang atas segalanya. Pada akhirnya, alur yang dibuat man...
![Heart Hacker [Complete]](https://img.wattpad.com/cover/83041939-64-k135706.jpg)