Sembilan belas~

Start bij het begin
                                    

"Wae?" Tanya Chrysan karena Hongbin meletakkan dagu dipundaknya.

"Aku lelah." ucap Hongbin. "Biarkan aku sebentar." lanjut Hongbin

"Apa besok masih ada jadwal syuting?" Tanya Chrysan.

"Hm." desah Hongbin

Chrysan berputar dan memeluk Hongbin. "Kau terlihat sangat lelah." ucap Chrysan sembari mengusap punggung Hongbin.

"Aku sangat lelah. Tapi setelah melihatmu aku merasa lebih baik." ucap Hongbin

"Kemarin aku melihat dramamu." ucap Chrysan.

"Benarkah?" Hongbin menatap Chrysan.

Chrysan mengangguk. "Tapi, aku lihat kau sangat menikmati adegan ciumanmu." Chrysan mempoutkan bibirnya.

"Kau cemburu?" Hongbin tersenyum

"Tentu saja aku cemburu." Chrysan beranjak dan duduk disofa.

"Tapi, aku hanya mencintai Kim Chrysan. Semua itu tidak ada rasanya." ucap Hongbin kemudian duduk disamping Chrysan.

"Aku tersanjung, tuan Lee." Chrysan tersenyum kemudian menonton TV

Hongbin memutar tubuh Chrysan menghadap ke arahnya. Kemudian menarik dagu gadis itu dan menciumi leher Chrysan.

"Apa kau sangat menyukai leherku?" tanya Chrysan sembari memundurkan badannya.

"Lehermu terasa manis." Hongbin menyunggingkan smirknya dan kembali meraih tengkuk Chrysan.

Chrysan memejamkan matanya merasakan kecupan demi kecupan yang Hongbin berikan.

Gadis itu mulai terbuai ketika Hongbin menyecap bibirnya. Gadis itu memejamkan matanya. Namun, Hongbin melepaskan ciumannya sepihak, membuat ruang hampa pada Chrysan yang masih memejamkan matanya.

Hongbin memegangi kepalanya, Laki-laki itu merasakan nyeri yang cukup kuat hanya karena sekelebat bayangan yang tiba-tiba muncul dikepalanya.

"Kau baik-baik saja?" Chrysan memegangi pundak Hongbin. Butiran keringat dingin mengalir dari pelipis dan kening Hongbin.

Chrysan berlari ke arah dapur, mengambilkan Hongbin air putih dan membawanya pada Hongbin.

"Minumlah." Tangan Chrysan bergetar karena takut. Chrysan tidak pernah melihat Hongbin yang seperti ini.

Hongbin mengangkat wajahnya, mendapati wajah Chrysan yang pucat ketakutan. Hongbin mengusap kepala Chrysan pelan diiringi senyum samar.

"Maaf, Karena membuatmu takut. Aku tidak apa-apa." ucap Hongbin pelan.

"Aku akan menelepon Taekwoon Oppa." Tangan Chrysan masih bergetar.

"Tidak usah, aku sudah membaik." Hongbin menarik tangan Chrysan dan membuat gadis itu mendekat.

"Peluk aku, kau hanya perlu memelukku." ucap Hongbin pelan.

"Katakan padaku jika terjadi sesuatu yang buruk." Chrysan mengusap punggung Hongbin.

Hongbin mengangguk pelan. Di balik punggung Chrysan, Hongbin meneteskan air matanya.

***

Flashback

"Apa yang akan kita lakukan pada anak ini?"

"Kita tidak boleh ketahuan telah memperkosanya."

"Jadi, apa yang harus kita lakukan?"

"Aku akan mengunci ingatannya, aku ingin dia hancur ketika sudah dewasa." Laki-laki itu tersenyum manis.

Laki-laki itu mendekat ke arah Hongbin kecil yang terkulai lemas dilantai. "Hongbin-aa, dengarkan Hyung. Kau akan melupakan semua yang terjadi hari ini. Kau tidak akan ingat sama sekali. Kau akan membenci wanita yang menyentuhmu, kau akan menganggap dirimu menyukai laki-laki ketika beranjak dewasa. Buatlah dirimu seperti itu." Laki-laki itu tersenyum sadis.

"Terkunci." Hongbin kecil tertidur setelah kalimat itu.

***

To be Continue..

SomedayWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu