Enam

117 21 16
                                    

"Suatu hari kita akan bertemu lagi."

***

Banana Milk

Apa yang kau ingat tentang kenanganmu? Sesuatu yang indah dan menyenangkan atau sesuatu yang mengerikan yang bahkan tidak ingin kau ingat sama sekali?

Aku memiliki keduanya. Hanya saja semua kenangan indah itu tertutup dengan kenangan mengerikan yang membuatku selalu ingin mengakhiri hidupku.

Bahkan, aku hanya menatap matahari dari balik jendela kamarku. Ketakutanku selalu membuatku cemas dan gugup. Aku takut bertemu orang-orang. Aku tahu bahwa mereka bukan orang-orang yang akan menyakitiku. Tapi, sisi kecil hatiku selalu berkata bahwa mereka semua akan menyakitiku.

Lima belas tahun yang lalu saat usiaku sembilan tahun. Sebuah kejadian buruk menimpaku. Hal itu membuatku menghabiskan waktuku hanya dikamar ini.

Terapi tidak pernah berhasil aku lakukan. Karena dalam diriku terlalu banyak penyesalan dan ketakutan. Seandainya hari itu aku tidak meninggalkannya di gudang itu. Apakah hal buruk itu tidak akan terjadi padanya?

Aku selalu berdoa anak berlesung pipi itu hidup dengan baik. Aku meninggalkannya dan membuatnya merasakan sakit itu.

Semua kata-kata terakhirnya terus terngiang dalam ingatanku. Dia terus memintaku pergi.

"Pergilah, kau harus pergi dari tempat ini."

Aku menyesal meninggalkannya, seharusnya aku tidak meninggalkannya. Seharusnya aku berlari bersamanya.

Dengan mata kepalaku aku melihatnya disakiti. Namun, aku kembali berlari karena ketakutan.

***

"Jadi, Kau akan menerima film itu?" Tanya Hakyeon sesaat setelah mendengar persetujuan dari Hongbin.

"Aku akan mulai terapi hari ini, aku rasa aku harus mengambil film itu Hyung." Hongbin meletakkan handphonenya.

"Kosongkan jadwalku setiap hari kamis Hyung." Pinta Hongbin kemudian beranjak dari duduknya.

"Kau mau kemana?" Tanya Hakyeon

"Aku akan pergi menghirup udara segar." Jawab Hongbin.

"Ini sudah larut malam dan kau harus pulang." Hakyeon berteriak namun Hongbin tidak mendengarkannya.

Waktu sudah menunjukkan pukul 01.00 dini hari, Hongbin memang baru saja menyelesaikan pekerjaannya. Hongbin merentangkan tangannya dan menghirup dalam-dalam udara.

Kapan lagi dia bisa berjalan tenang seperti ini, jalanan yang sepi membuatnya lega. Membuatnya bisa bebas dari fans atau orang-orang yang mengenalinya.

Hongbin berjalan ke sebuah taman bermain yang jelas sangat sepi. Hongbin duduk disebuah ayunan dan kemudian meraih handphonenya yang berada di saku jaket.

Red Bean : Banana, apa kau sudah tidur?

Hongbin mengirimkan pesan kepada Banana milk. Banana milk lima tahun belakangan ini menjadi teman dunia mayanya. Karena sama-sama menderita kelainan membuat Hongbin lebih mudah menceritakan masalah-masalahnya pada Banana milk.

Lima tahun mereka berteman, mereka tidak pernah bertemu sama sekali. Banana milk tidak bisa keluar dari kamarnya. Banana milk menderita phobia sosial. Dia bahkan takut bertemu seseorang. Hal itu lah yang membuat mereka tidak bertemu satu sama lain.

Banana milk : Aku sedang berjalan keluar

Hongbin melolot melihat balasan pesan Banana milk.

Red Bean : Keluar kemana? Kau sudah sembuh?

Banana milk : Aku hanya mencoba keluar dari kamarku, aku sedang berjalan-jalan sebentar. Semoga aku tidak bertemu orang.

Red Bean : Aku baru saja menyelesaikan pekerjaanku dan sekarang sedang menghirup udara malam.

Banan milk : Kau pasti lelah, pulanglah dan beristirahat.

Hongbin tersenyum membaca pesan itu. Dia merasa seperti memiliki seseorang yang memperhatikannya. Hongbin merasa bersyukur.
Lampu blits tiba-tiba bersinar ke arah Hongbin membuat Hongbin mengangkat kepalanya. Hongbin melihat seseorang dengn jumper pink yang menutupi kepalanya mengarahkan handphonenya ke arah Hongbin.

"Siapa kau?" Teriak Hongbin.

Orang berjumper pink itu memundurkan langkahnya.

"Siapa kau? Apa kau sesaeng?" Hongbin kini berjalan ke arah orang itu.

Orang itu terus memundurkan langkahnya. Hongbin bergerak cepat. Hongbin berlari ke arah orang itu.

Orang itu berlari semampunya. Namun, Hongbin berhasil menggenggam pergelangan tangannya.

"Siapa kau?"

"Apa kau mengambil fotoku?"

"Mana handphonemu?"

Orang itu bahkan tidak menjawab pertanyaan Hongbin. Hongbin tidak bisa melihat dengan jelas wajah orang berjumper pink ini karena wajahnya tertutup tudung jumper.

"Le-lepaskan." Pinta orang itu pelan.

"Apa kau sesaeng fans?" Tanya Hongbin. Orang itu menggeleng.

"Mengapa kau mengambil gambarku?" Tanya Hongbin lagi.

Orang itu menggeleng. Orang itu berusaha melepas tangannya. Tangannya sudah bergetar karena ketakutan. Mungkin wajahnya sudah pucat dibalik tudung jumpernya.

Hongbin melepaskan tangannya. "Baiklah, pergi cepat." Ucap Hongbin.

"Cepat pergilah." Seru Hongbin lagi.

Orang itu berjalan mundur pelan lalu membalikkan badannya. Namun, ketika langkah pertamanya. Hongbin lagi-lagi menarik tangan orang itu dan kali ini dengan cepat Hongbin membuka tudung kepala orang itu.

Seorang gadis berambut pendek sedang menunduk dengan wajah pucat. Hongbin mengamati garis-garis wajah gadis yang memejamkan matanya erat.

Sejenak Hongbin lupa, dia sedang menyentuh wanita. Bahkan, rasa jijiknya terhadap wanita hilang begitu saja.

"Aku akan mengingat wajahmu." Ancam Hongbin kemudian berlalu.

Sedangkan gadis itu gemetar ditempatnya.

"A-aku tidak mengambil fotomu." Gadis itu menatapi punggung Hongbin yang berjalan di depannya.

Hongbin berjalan dengan langkah kesal, sesaat kemudian dia menatapi tangannya sendiri.

"Aku menyentuhnya?" Tanya Hongbin pada dirinya sendiri.

Hongbin menoleh ke belakang dan tidak mendapati gadis itu disana. Hongbin menatap layar handphonenya. Sebuah pesan dari Banana milk baru saja masuk.

Banana milk : Aku bertemu seseorang, sungguh itu menakutkan 😢😢

Red Bean : Cepatlah pulang. Kau berhati-hatilah.

Banana milk hanya membaca pesan Hongbin.

***

To be continue..

Hollaa, selamat sore ..
Happy reading dan jangan lupa vote dan komennya 😄😄😐

SomedayWhere stories live. Discover now