50 • Ini Bukan Akhir [END]

Mulai dari awal
                                    

"Aku nggak suka kalo cara kamu begini!" Alana masih berusaha membebaskan dirinya dari lingkaran tangan Regan yang membungkus tubuhnya.

"Aku sayang kamu, Alana. Aku cinta mati sama kamu!" Regan membentak.

"Kalo kamu beneran sayang, kamu nggak bakal perlakuin aku kayak begini!" Alana mulai menangis karena rasa takut yang besar telah menghantuinya. "Lepas!!!"

"Nggak!" Regan semakin mengeratkan pelukannya, membuat Alana kesulitan mencari oksigen karna rasanya pengap sekali.

"Aku benci sama kamu. Aku benci sama kamu!" Alana berteriak. Teriakannya itu berhasil membuat Regan seketika terdiam dan perlahan pelukannya mengendur hingga akhirnya Alana berhasil lepas dari lelaki itu. Cewek itu langsung berlari kencang keluar dari kamarnya sendiri dan berlari menuruni anak tangga. Dengan lincahnya Alana berlari cepat keluar dari rumah dan berhenti di pos satpam yang ada di sana.

"Neng, kenapa lari-larian?" Pak Satpam bertanya.

Alana menggeleng. Ia tidak berani untuk berkata yang sejujurnya pada Pak Satpam, takut berujung fitnah karena ia tak memiliki bukti.

"Kok mukanya panik gitu, Neng? Hayo, abis ngapain ...," celetuk Pak Satpam.

Bertepatan dengan itu, Regan datang menghampirinya setelah berlari mengejar Alana. Alana seketika membuang muka ke arah lain, sama sekali tidak mau menatap Regan.

"Alana," panggil Regan.

"Gue nggak mau liat lo. Sana, pergi." Alana menahan tangisnya lagi. Lalu kemudian ia menggertak Regan. "Pergi!!!"

"Tapi --"

"Jangan sentuh gue!" Alana menepis tangan Regan yang hendak memegang lengannya. Ia kini menatap lelaki itu dengan mata tajam dan penuh kebencian. "Mulai sekarang, lupain kalo kita pernah pacaran. Gue nggak bakal mau ketemu sama lo lagi. Ini adalah yang terakhir."

"Kenapa?" Regan yang bolot itu malah bertanya kenapa. "Aku sayang sama kamu, Na."

"Nggak peduli!" Alana melotot. "Sayangnya lo itu bohong! Pergi dari rumah gue sekarang!!!"

Pak Satpam yang mendengar dua anak itu berantem pun berlagak pura-pura tak mendengar. Ia terlihat sibuk menonton tivi yang ada di hadapannya, di dalam pos satpam, biar tidak disangka tengah menguping percakapan Alana dan Regan. Padahal, dua orang itu berujar dengan keras hingga sangat terdengar jelas oleh Pak Satpam.

"Terserah kalo lo nggak mau pergi dari sini. Intinya, gue muak liat muka lo. Gue benci sama lo!" Alana berucap penuh amarah. Ia pun kini berbalik badan untuk kembali memasuki rumahnya. Saat ia sudah masuk ke dalam rumah, segera ia menutup pintu dan menguncinya. Di dalam rumah, tangis Alana seketika keluar begitu deras dan ia berlari ke kamar sambil terus menyeka air matanya.

Rasanya sakit diperlakukan seperti itu oleh seseorang yang begitu kita sayangi. Sama seperti Alana. Ia sebenarnya sangat sayang pada Regan, bahkan ia juga tak mau kehilangan cowok itu. Tapi, perlakuan Regan terhadapnya membuatnya sangat kecewa. Ia merasa dirinya terhina dan tidak berharga.

Sejak saat itu, hubungan Regan dan Alana berakhir tanpa adanya kata putus. Walau begitu, Alana masih suka bergalau-ria tentang Regan, dan Regan pun melakukan hal yang sama. Tapi, Alana tidak akan mau kembali ke pelukan cowok itu lagi. Hingga beberapa bulan kemudian, Regan kembali dan membawa kesalahan yang sama. Namun, pada saat itu Alana telah mengenal seorang lelaki yang perlahan mampu menghapus nama Regan dari hatinya.

DIGNITATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang