50 • Ini Bukan Akhir [END]

316K 19.3K 20.9K
                                    

"Alana, ini buat kamu."

Sebuket bunga mawar yang dibungkus rapi dengan plastik transparan dan pita merah jambu yang manis itu disodorkan pada Alana. Alana menatap bunga itu dan beralih ke wajah lelaki yang kini berada di hadapannya.

"Maaf, selama ini baru sekarang aku bisa kabulin kemauan kamu." Regan tersenyum hangat. "Kamu suka bunganya?"

Senyuman lebar Alana terukir jelas di wajahnya yang cantik. Segera ia menerima pemberian dari Regan dan mendekap bunga itu dalam pelukannya. Ia pun kembali menatap Regan, kali ini dengan mata yang berbinar. "Makasih. Tapi, ini gede banget ...."

"Alana suka bunga, kan? Makanya aku beli sekalian yang gedenya," ucap Regan.

Lagi-lagi Alana tersenyum dan kali ini ia mengecup kedua pipi Regan yang membuat wajah Regan perlahan bersemu dengan senyuman malu yang terpampang di sana. Karena Alana jarang sekali mengecup pipinya, dan saat Alana melakukan itu, pasti jantungnya Regan akan berdebaran hebat hingga membuat wajahnya memanas.

"Aku sayang kamu," ungkap Regan, "selamat tanggal 2, ya, Sayang. Nggak kerasa kita udah tujuh bulan bareng-bareng. Maaf kalo aku sering bikin kamu kecewa."

Alana mengangguk dan nyengir hingga lesung pipi di dekat matanya terlihat semakin dalam. "Aku juga minta maaf, ya. Semoga kita bisa bareng-bareng terus sampe bulan-bulan berikutnya."

"Amin," balas Regan. Ia kemudian menatap Alana begitu dalam dan serius. Perlahan wajahnya bergerak mendekati wajah Alana, hingga akhirnya satu kecupan mendarat di bibir cewek itu dengan sekilas.

Seketika pipi Alana menyembur rona merah yang terlihat jelas. Ia menunduk malu, lalu menabok pipi Regan karena salah tingkah.

"Kamu, ih!!" Alana memberenggut.

"Astaghfirullah, khilaf ...." Regan menutup mulutnya dan menatap Alana dengan panik. Ini memang bukan yang pertama kalinya Regan mengecup bibir Alana yang selalu tidak dibalas oleh cewek itu. Tapi, Regan akan selalu merasa terkejut bila ia sudah mengecup bibir perempuan yang begitu disayanginya itu.

"Alana," panggil Regan beberapa saat kemudian.

Menoleh, Alana menyahut. "Ya?"

"Aku sayang banget sama kamu. Jangan tinggalin aku, ya? Janji sama aku, kamu bakal terus ada buat aku." Regan segera mengajukan kelingkingnya ke depan wajah Alana. Tak perlu menunggu, Alana langsung mengaitkan kelingkingnya pada kelingking milik Regan.

"Janji," ucap Alana. "Kamu juga janji, nggak bakal berubah. Tetep jadi Regan yang baik buat aku, buat semua orang juga."

Kali ini Regan hanya mengangguk disertai senyumannya yang membuatnya terlihat makin ganteng. Sayangnya, matanya sedikit merah dan wajahnya agak pucat.

Sayangnya, keharmonisan hubungan Alana dan Regan harus berubah menjadi bencana ketika Regan berubah sikapnya hanya dalam jangka waktu satu bulan. Ia tiba-tiba berubah menjadi beringas, suka marah, dan tidak pernah memberi kejutan kecil lagi pada Alana. Padahal, Regan selalu berhasil menahan diri di depan Alana. Tapi, entah mengapa pertahanan itu perlahan runtuh dan menjadikannya bagai monster di mata Alana.

"Kamu kenapa, sih?!" Alana menghardik Regan dengan mata yang sudah berkaca-kaca, alias akan segera menangis. "Kenapa kamu malah jadi kurang ajar gini sama aku?"

"Kamu tau kenapa?" Regan mendekati Alana lagi yang posisinya sudah menabrak tembok kamar. Segera Alana menghindar dengan cara berlari ke sisi lain kamarnya.

"Karna aku nggak mau kehilangan kamu!" Regan menarik tangan Alana dengan kasar, membawanya ke dekapan tubuhnya. Namun, di dalam dekapan itu, Alana meronta-ronta dan berusaha membebaskan dirinya. "Aku nggak mau kamu pergi ninggalin aku. Aku mau kamu jadi milik aku selamanya. Selamanya!"

DIGNITATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang