07 • Hari Sial Alana

322K 26.2K 2.3K
                                    

Alana terbaring di brangkar UKS dengan posisi miring sambil mengusap-usap bokongnya. Ia beberapa kali meringis kesakitan. Apalagi sekarang dengkulnya makin terasa perih. Bisa Alana simpulkan pagi ini adalah pagi yang penuh dengan kesialan untuknya.

Pertama, Alana bangun kesiangan hingga mengakibatkan ia datang terlambat ke sekolah. Kedua, ia tersungkur di lapangan karena menginjak tali sepatunya yang lepas. Ketiga, tubuhnya dijatuhkan Alfi dari gendongan ke lantai. Sakit sekali.

Tapi, Alana masih merasa bahagia karena telah digendong Alfi. Aroma tubuh Alfi begitu wangi, pokoknya maskulin banget. Bikin siapapun betah berlama-lama di dekatnya. Sayangnya, Alfi terlalu galak dan hobi bikin orang sakit hati sama omongannya. Seandainya Alfi friendly, pasti aura gantengnya makin bertambah.

Tapi gapapa, cowok semacem Alfi itu bikin gemes.

Sementara itu, Alfi bersama anak-anak yang lain tengah asik melakukan aktivitas pembelajaran olahraga. Kali ini, materinya adalah bermain bola basket. Meskipun Alfi tak menyukai basket, ia tetap mau mencapai nilai terbaik dalam permainan itu. Pokoknya, nilai adalah hal terpenting dalam hidupnya setelah orang tua.

"Gea Priscilla!" Pak Satria menyebut nama siswi yang selanjutnya harus memasukan basket ke ring. Orang yang dipanggil itu segera mengambil basket dan berdiri di posisi untuk me-shooting bola.

Gea yang terihat gugup itu langsung melempar bola ke ring dengan asal, dan akhirnya bola itu tidak masuk. Pipi Gea bersemu karena malu, apalagi teman-temannya menyoraki dirinya walau bermaksud bercanda.

Selanjutnya, Pak Satria memanggil nama orang yang berada di bawah nama Gea.

"Genta Denalfian!"

Si pemilik nama langsung memposisikan dirinya di bawah ring dengan basket berada di tangannya. Alfi menatap ring menggunakan tatapan tajamnya, seakan-akan ring itu adalah satu titik yang akan menjadi sasaran penembakan.

"Masuk gak ya ..." celetuk Keenan dengan wajah konyolnya. "Kalo gak masuk, lo kudu traktir gue makan bakso beranak ya, Al!"

Alfi tak mengindahkan ucapan Keenan. Ia fokus pada bola. Setelah ia merasa posisi bola dengan ring sudah pas, ia langsung melompat dan menembak bola ke ring.

"YAH!" Keenan bersorak kecewa, sedangkan yang lainnya bertepuk tangan.

"Ah, gak jadi traktir gue dong!" Keenan berdecak, yang dibalas Alfi dengan senyuman sinis.

"Makanan mulu pikiran lo," celetuk Alfi, "Pikirin tuh nilai rapot."

"Ah, lo mah mikirin nilai mulu!" protes Keenan saat Alfi melenggang dari hadapannya.

* * *

Tak terasa, bel tanda pulang sekolah sudah berkumandang. Semua murid dari masing-masing kelas bergegas meninggalkan tempat untuk balik ke rumah mereka. Meskipun sebagian besar dari mereka akan ngayap atau pergi dulu ke tempat tongkrongan sebagai rutinitas sehari-hari.

Alfi bangkit dari bangku hendak mengemaskan buku-bukunya, tapi gerakannya terhenti saat ia melirik Alana yang daritadi posisinya tak berubah. Cewek itu duduk sambil memeluk perutnya, kepalanya ditidurkan di atas meja dengan posisi miring dan matanya tertutup. Intinya, Alana sedang tidur.

Mulai dari Alana balik ke kelas dari UKS setelah bel tanda istirahat berakhir tadi, cewek itu meringis terus sambil menidurkan kepalanya di atas meja. Sekarang, dia malah tidur. Sepertinya ia masih kesakitan gara-gara tubuhnya menghantam lantai akibat jatuh dari gendongan Alfi. Menyadari itu, Alfi jadi ikutan meringis.

DIGNITATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang