17 • I Love You From Thousands Feet

243K 23.9K 4.5K
                                    

Terkadang, gengsi mampu menghancurkan
segala perasaan dan keinginan yang ada.

- Dignitate -

🌹

Alfi menatap lurus ke depan. Jam sudah mengarah ke angka 6.45 dan bis sudah hampir tiba di bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta. Kedua orang yang ada di samping Alfi sama-sama tidur. Keenan menyandarkan kepalanya di jendela, dan Alana bersandar pada bahu Keenan. Mereka terlihat manis, tapi Alfi tidak peduli.

Mengusap wajah, Alfi menghela napas panjang. Dia sedikit merasa ngantuk, tapi daritadi nggak bisa tidur. Mungkin karena teman-temannya yang lain berisik dan heboh. Bahkan sampai ada yang bernyanyi dengan suara nyaring, yang bikin Alfi pengin ngomel-ngomel sepanjang jalan.

Tak lama dari itu, waktu yang ditunggu-tunggu pun tiba. Bis berhenti di lobi utama bandara dan semua penumpang bersiap-siap untuk turun secara teratur. Sayangnya, kebiasaan orang Indonesia adalah tidak sabaran alias grasak-grusuk.

Melihat orang-orang yang berebutan untuk segera turun dari bis, Alfi pun jadi terpancing emosi.

"Lo semua tau aturan nggak sih?!" Seru Alfi tiba-tiba. "Baris! Nggak usah serobot-serobot kayak bocah SD. Malu sama umur!"

"Mampus 'kan, Pak Haji ngamuk," sahut Bevan.

"Apaan sih ribut-ribut?" Alana yang baru terbangun itu langsung menatap Alfi dengan wajah polosnya, khas orang bangun tidur. "Kenapa, Al?"

"Ga usah nanya-nanya. Tidur aja lo di situ sama Keenan," celetuk Alfi, ketus bercampur judes.

"Ih, orang nanya malah diomelin!" Alana menabok dada Alfi.

"Bukannya diomelin! Gue itu bukan ngomel, Bodoh!" Alfi marah-marah lagi.

"Iya tau gue bodoh, tapi nggak usah dikatain juga!" Alana cemberut.

"Au ah." Alfi yang bete itu pun akhirnya bangkit dari kursi dan ikut berbaris untuk turun dari bis. Alana juga bergegas untuk mengikuti Alfi dengan terlebih dahulu membangunkan Keenan yang masih asik mendengkur.

"Udah nyampe?" tanya Keenan, ia celangak-celinguk melihat jumlah orang-orang yang sudah mulai berkurang di dalam bis. Alana menjawab, "Iya, udah sampe di Bandara."

Akhirnya, mereka semua turun dengan teratur tanpa berlomba-lomba dengan cara berdesakan dan dorong-dorongan. Alfi melompat turun dari pintu bis, lalu saat giliran Alana yang ingin turun, anak itu kesulitan lagi.

"Lompat." Alfi berucap sambil melihat Alana yang ketakutan untuk turun.

"Lompat!" seru Alfi.

"Takut!" Alana mencicit.

"Bantuin aja, Al," sahut Keenan yang masih setia berdiri di belakang Alana.

"Nggak." Alfi pun berlalu dari tempat dan mendekat ke seorang petugas yang sibuk mengeluarkan barang-barang siswa dari bagasi bis.

"Bentar, Na," ucap Keenan yang kemudian melompat turun duluan ke bawah. Ia mendekati Alfi dan membiarkan Alana masih berdiri di ambang pintu bis.

"Alfi, liatin itu Alana! Biar tas lo gue ambilin," ujar Keenan sambil mendorong Alfi ke arah pintu bis secara tiba-tiba yang membuat Alfi terkejut.

Tapi, ketika Alfi hendak mendekati Alana, cewek itu malah melompat duluan yang mengakibatkan dirinya hampir menabrak Alfi. Untung saja Alfi dengan cekatan menangkap tubuh Alana yang mungil dan melindungi anak itu agar tidak jatuh ke aspal.

DIGNITATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang