Waktu terus berjalan saat ini sudah memasuki hari ke-10 mereka berada dirumah sakit menunggu kepulihan clau yang sudah berangsur baik dan kandungannya pun yang sudah sangat membaik tapi tetap dokter menyarakan clau untuk istirahat yang banyak sehingga dad mengambil ancang-ancang untuk mengirimkan surat cuti selama sebulan full

“itu terlalu lama dad” tolak clau dengan usulan dadnya

“malah daddy mau kamu cuti sampai kamu melahirkan atau nggak kamu berhenti saja” jawab dad sembari menyadarkan punggungnya disandara sofa tapi tanpa disadari kalau clau tengah melotot tak percaya dengan apa yang diucapkan oleh dadnya

“clau serius dad” lelah clau yang tidak berniat untuk bercanda dengan dadnya dengan menatap dadnya

“dad juga serius” ujarnya lagi menatap balik clau

“terserah dad saja” mengalah clau yang sangat sulit menentang kemauan daddnya apalagi dia juga berfikir ini demia bayi yang dikandungnya

“ok dan ini suratnya” ucap dad seraya mengeluarkan amplop dari jasnya

“mom liat daddy sudah niat banget untuk clau cuti” ngaduh clau ke momnya yang tengah duduk disamping clau memperhatikan anak dan bapak berdebat kecil

“kamu ini mas ditahan dulu jangan langsung to the point kan anakmu ngambek” mom membela clau dengan menyalahkan suaminya walaupun dengan tersenyum nakal

“itu demi kebaikannya dan calon cucuku , sudah ya sayang dad mau kekantor dulu” putus dad izin dan menciumi kening kedua perempuan yang dia sayangi serta berjalan keluar kamar dengan kewibawaanya yang dia tampakkan.

“hati-hati dad” kata clau dan dadnya hanya melambaikan tangan  seraya terus berjalan keuar dan menghilang dari balik pintu.

  

Saat ini clau diperbolehkan oleh dokter untuk bisa dibawa jalan-jalan namun tetap harus memakai kursi roda, tempat yang paling utama yang dia datangi yaitu ICU dimana restu dirawat dengan izin dokter clau diperbolehkan masuk kedalam ruangan tersebut, dengan perlahan kursi roda clau didorong oleh perawat jaga di ICU , setiap roda kursi ini berputar hati clau terasa sakit seakan tidak sanggub melihat kakaknya terbaring dengan lemah dengan muka yang pucat dan beberapa perban yang masih terpasang dikepala serta gips pada kakinya yang patah ditempat tidur yang dia tau kalau di ICU adalah tempat para pasien gawat dan hanya mudjizat tuhan yang akan menyelamatkan siapa pun didalamnya, setumpuk ketakutan clau akan terjadi hal yang tidak dia ingin tapi dia berusaha optimis agar pemikiran negatifnya itu hilang

   

Mata clau tidak berhenti mengeluarkan airmata dengan apa yang dia lihat didepan matanya, berbagai alat penunjang kehidupan sudah melekat di tubuh kakaknya, dengan perlahan dia menyentuh tangan kakaknya dengan bergetar

“kakak harus kuat , kakak harus kembali ke kami semua” ucap clau lirih  “…kumohon kakak  kembalilah, aku tidak sanggub melihat orang tua kita dan kakak fai menyalahkan dirinya setiap saat, kakak aku kanget kumohon jangan tinggalkan aku, kita belum menghabiskan waktu yang banyak untuk bersenang-senang tapi aku janji kalau kakak cepat sadar aku akan menjadi kaki kanan dan tangan kanannya kakak yang sakit ini karena aku sudah mengambil cuti sebulan kakak, jadi kumohon bangun kakak” tangis clau pecah disaat ucapan terakhirnya dia ucapkan, dia terus memegangi tangan kakaknya dengan airmata terus mengalir sampai clau merasa ada sebuh gerakan kecil diantara jari kakaknya, dia ragu apakah betul itu gerakan dari kakaknya dia menunggu dan gerakan itu benar terulang lagi sampai perlahan kelopak matanya bergerak dengan perlahan

“dokterrrrr” teriak clau yang lupa kalau sekarang berada di ICU , taklama dokter dan perawat datang dengan tergopong-gopong, diluar sana keluarga tengah panik karena melihat dokter berlari kearah restu , clau melirik kearah luar dan memberi kode dengan tanda OK

With LoveeWhere stories live. Discover now