"Di tempat biasa." Fahmi menatap perempuan yang sudah genap tiga tahun sekelas dengannya itu lalu ia mengangkat dagunya sedikit sebelum bicara, "nonton aja, Nay."

"Hah?"

"Nonton," ulang Irvan. "Kan Reza juga latihan tuh!"

Naya tersenyum lagi, kemudian ia mengangguk pelan, "pengennya sih. Tapi gue tuh–"

"Gabung yak? Meja lain penuh!" Suara bariton milik seorang siswa langsung membuat Naya mengadahkan kepala. Berbeda dengan Fahmi dan Irvan yang sudah melihat dari jauh kedatangan orang itu.

"Kelas lo baru keluar, Sep?" tanya Fahmi seraya membiarkan Septian mengambil posisi duduk di samping kanan Naya.

"Iya nih," Yang ditanya mengangguk. "Biasa, Bu Endang. Khotbah dulu."

"Kamu jangan di sini duduknya," kata Naya memberitahu bahwa bangku yang saat ini diduduki oleh Septian sudah di pesan oleh Dita sebelum anak perempuan itu pergi memesan.

"Kenapa emangnya?" Septian menatap perempuan yang baru ia dekati beberapa bulan terakhir itu dengan tampang polos.

"Ini bangkunya udah dipesen Dita."

"Halah, yaudah sih, nanti biar dia nyari bangku lain," kata Septian santai. Dan Naya mau tidak mau mengangguk setuju. Naya tidak terlalu menyimak apa yang dibicarakan tiga lelaki di mejanya setelah itu. Karena jika menyimakpun, Naya akan sulit memahami. Maka perempuan itu menyibukkan diri dengan ponselnya.

Begitu jari telunjuknya menekan tombol power, layar benda persegi itu menyala dan Naya bisa meliha nama Reza muncul disana.

Reza Cabul: Lo dimana?

Reza Cabul: Kok gue ke kelas lo, tapi lo nya nggak ada?

Naya menggaruk pipinya yang gatal sebentar sebelum menggeser layar, memasukkan passcode, dan membalas pesan Reza.

Naya Audiva: Kantin

Naya Audiva: Sini nyusul

Reza Cabul: Mager

Reza Cabul: Gue mau sholat dzuhur

Naya Audiva: Yaudah.

Reza Cabul: Oke😘

Reza Cabul: Eh salah emot

Reza Cabul: Oke💩

Naya tanpa sadar tersenyum geli hanya karena kesalahan emoji yang baru saja dikirim oleh Reza. Perempuan itu lalu mematikan ponselnya dan mulai menopang wajahnya dengan tangan, "kenapa lo? Cengar-cengir."

Teguran dari Irvan membuat Fahmi dan Septian yang sedang sibuk mendiskusikan soal pertandingan bola kemarin malam langsung menatap pada Naya, "nggak apa-apa."

Setelah mendengar jawaban absurd dari Naya, Septian giliran merogoh saku celana dan mengeluarkan ponselnya dari sana. Tidak terlalu lama. Setelah memandang layar yang menyala selama lima detik, Septian memasukkan benda itu lagi ke tempat semula.

"SEPTIAN AWAS IH! ITU TEMPAT DUDUK GUE JUGA!" kata Dita kesal begitu ia sampai dengan baki berisi makanan pesanan teman-temannya. Tepat setelah Septian kembali meletakkan tangannya di atas meja.

"Udah lo narik kursi lain, kek!" kata Septian enggan mengalah.

"Ogah!" Dita menurunkan bakinya di atas meja dengan bantuan Naya. "Awas lo, minggir!" usirnya kemudian dengan tangan yang masih sibuk membagi gelas minuman sesuai pemesannya.

Septian berdecak, kemudian ia menghela napas, "aku ke kelas duluan, ya?" kata Septian pada Naya yang duduk di sebelahnya.

"Nggak jadi makan?" tanya perempuan itu. Yang lelaki menggeleng. "Yaudah."

StardustWhere stories live. Discover now