Ingatan HB

1.4K 140 0
                                    

Udara sejuk sangat terasa masuk ke dalam paru-paru. Pemandangan yang indah dengan susunan pepohonan yang rapi memberikan kesan segar bila dipandang. Suara burung bersahutan terdengar merdu. Gadis itu sedang berdiri memandang ke alam. Di dekatnya tampak berbagai macam bunga warna-warni.

Seorang wanita memakai penutup kepala berwarna putih seperti Indri menghampirinya. Ia menatap wanita itu dengan keheranan. Senyum lembut wanita itu terlihat.

"Mama." ucap gadis itu lirih.

Pelukan hangat membuat gadis itu nyaman. Bau harum yang selalu dirindukannya sejak tiga tahun yang lalu. Butiran bening tumpah disaat itu juga. Wanita itu membelai rambutnya lembut. Mereka duduk di bangku dekat tempat mereka berpelukan.

"Aku rindu pada Mama." Ia membuka suara.

Wanita itu tersenyum kembali, "mama juga rindu sama kamu. Kamu sudah besar, kamu tumbuh dengan cantik."

Gadis itu hanya menatap ibunya dalam.

"Tapi, kenapa kamu tak menutup aurat, Hye Bi?"

Gadis itu menunduk, ia menggelengkan kepala kemudian.

"Sebagai seorang wanita muslimah. Ketika seorang wanita sudah baligh, harus wajib menutup aurat. Sepupu kamu juga menutup aurat. Ibu ingin kamu menutup aurat, tetapi karena Allah Swt. Hye Bi?"

"Iya Ma. Aku juga ingin, tapi aku belum siap, Ma."

"Ketika mulut berkata hati belum siap, kapan kita memperbaiki diri jika tidak dari sekarang? Hye Bi, menutup aurat itu merupakan kewajiban. Tidak hanya itu, menutup aurat itu setelah baligh bukan setelah baik. Kalau memang Hye Bi ingin menutup aurat, langsung action. Hye Bi paham?"

"Paham, Ma. Mama, siapa sepupu Hye Bi yang sudah menutup aurat seperti Mama?"

"Namanya Kim Indri Fatimah, dia adalah putri paman kamu, sayang. Kim Zulkifli Hasan."

"Apa?"
***

Sudah tiga hari Hye Bi tak kunjung sadar dari komanya. Banyak teman-teman yang menjenguknya termasuk kedua dayang yang selalu mengikutinya. Indri juga sering kesana, membuat Ina dan Lastya keheranan.

"Menjenguk orang sakit itu merupakan salah satu kewajiban seorang muslim juga." ucap Indri ketika ditanya Ina dan Lastya.

Kini Indri tengah berada di ruangan Hye Bi dirawat. Ayahnya kini sedang di ruangan dokter. Ia membuka Al-Qur'an setelah selesai shalat Maghrib. Karena malam Jum'at, ia membaca surah Al-Kahfi. Suara nya yang merdu membaca Qalam Allah itu membuat hati menjadi tenang.

"Ayah..." panggil Hye Bi lirih, matanya masih tertutup.

Indri yang telah selesai membaca Al-Qur'an, menekan tombol yang berada di dekat ranjang Hye Bi.

"Dokter, Hye Bi sadar. Dokter, Hye Bi sadar."

Perlahan mata Hye Bi terbuka, kilauan cahaya memenuhi matanya. Langit-langit ruangan berwarna putih tertangkap oleh matanya. Seorang pria berjas putih mulai memeriksa keadaannya, kepalanya masih terasa sedikit pusing. Pria itu keluar dan meninggalkannya di sana sendirian.

"Bagaimana Dok?" tanya Pak Kim.

"Syukurlah, Hye Bi dapat melewati masa komanya. Seperti yang saya katakan tadi, Pak. Ingatannya kemungkinan besar akan kembali. Sekarang dia hanya butuh istirahat saja." jelas dokter.

"Apa saya bisa masuk, Dok?"

"Bisa, Pak. Kalau begitu saya permisi." Dokter itu pergi meninggalkan Pak Kim bersama Indri.

"Ayah." Panggil Indri.

"Apa, Sayang?" ucap Pak Kim lembut, mereka sudah baikan saat Hye Bi masuk rumah sakit dan ibunya juga mengetahui itu.

"Jadi, selama ini Hye Bi itu lupa ingatan? Selama tiga tahun?"

"Iya, Sayang. Kamu ikut ke dalam?"

"Gak, Ayah. Indri diluar saja."

"Ya sudah. Ayah masuk dulu ya."

Indri mengangguk membalas perkataan ayahnya. Ia duduk di bangku dekat kamar Hye Bi, kemudian mengambil ponselnya. Ia menelpon seseorang yang pastinya sangat Hye Bi suka.

"Hye Bi sudah sadar. Lo gak kesini lihatin dia? Gue di depan ruangannya. Sekalian kalo lo mau ngajak Ina sama Lastya." ucap Indri membuat penerima telpon hanya mendengus kasar.

Ia lalu memasang murottal Qur'an. Mengenyahkan sebuah pikiran yang muncul, tetapi Indri tak mengetahui apa itu. Namun, ia merasakan sesuatu yang janggal.
***

"Iya, gue kesana sekarang." Ucap Yoon Gi sambil mendengus kasar.

Ia langsung pergi dan mengajak Ina dan Lastya. Mereka langsung meluncur menggunakan taxi. Disana Indri sedang duduk sambil memejamkan mata. Tangannya memegang ponsel dengan tali headset yang tampak terhubung.

Lastya menepuk bahu Indri pelan. Mata Indri terbuka dan menatap Lastya, Ina dan Yoon Gi. Ia membuka headsetnya.

"Beneran Hye Bi sudah sadar?" Lastya membuka suara.

"Iya." Indri menghindari pandangan terhadap Yoon Gi.

"Di dalam siapa? Lo kenapa duduk disini?"

"Ayahnya Hye Bi ada di dalam. Tadi gue udah ditanya, gue jawab kalo gue diluar aja." jelas Indri.

"Terus, ngapain kita ke sini?" tanya Ina.

"Jenguk Hye Bi. Dia teman kita juga."

"Lo kenapa sih peduli banget sama dia? Aneh banget, apalagi lo seperti udah kenal lama sama ayahnya Hye Bi. Gue bingung banget sama lo, Ri. Padahal Hye Bi itu benci banget sama lo." Ucap Ina mengeluarkan segala isi pikirannya.

Indri tersenyum, "nanti gue jelasin di asrama."

"Yoon Gi, lo masuk gih."

"Iya gue masuk."

"Lo kenapa sih? Waktu Hye Bi pertama masuk rumah sakit lo panik banget. Kenapa sekarang lo cuek-cuek aja? Aneh tau gak."

"Iya-iya. Gue emang khawatir waktu itu. Gue mau masuk dulu." Ucap Yoon Gi kemudian masuk ke dalam ruangan Hye Bi dirawat.
***

Assalamu'alaikum guys, kritik dan saran dibutuhkan banget nih. Voment yak. Love love 🤗.

Wassalam 🙏

Kim Indri [Complete]Where stories live. Discover now