Chapter 8 - Rasa Sakit yang Terpendam

2.9K 374 28
                                    


Kring Kring Kring

Sebuah jam weker led terus berdering di sebuah ruangan yang didominasi warna blue aqua. Jungkook baru saja keluar dari salah-satu bilik pintu di sudut ruangan. Kakinya basah hingga betis, dibiarkan terus melangkah di atas karpet beludru bewarna senada—menuju nakas di samping ranjang dan segera menekan tombol off terhadap benda balok berbahan alumunium itu. Jam menunjukkan pukul 07.00 am. Rupanya ia bangun lebih awal dari biasanya.

Tubuhnya mendekati jendela besar berbingkai, segera menyibak tirai dan pendaran mentari pagi langsung menyapa netranya. Ia menarik handuk pada bahu kanan, menggunakannya untuk mengusak sisa-sisa air di atas rambutnya. Aroma segar khas sampoo menguar.

Enaknya minggu pagi ini melakukan apa ya?

Entalah. Biasanya Jungkook lebih suka tidur ketimbang melakukan aktivitas di hari libur. Tapi sepertinya sungguh sayang bila hari semenyegarkan ini hanya dimanfaatkan untuk bermalas-malasan.

Berjalan-jalan di taman sambil menikmati udara segar sepertinya bukanlah ide buruk. Ayolah, Jungkook memang suka menyindiri dan mengurung dirinya. Namun bukan berarti ia tak berhak melakukan kegiatan yang biasa orang normal lakukan pada umumnya, 'kan?

Baiklah, Jungkook akan bersiap-siap. Kala ia hendak mengambil hodie yang tergantung di balik pintu, perhatiannya dialihkan oleh sebuah buku note kecil-tebal. Benda itu tak sengaja terjatuh dari kantongnya lalu memungutnya.

Itu adalah buku catatan milik Jimin.

.

.

Jungkook merutuki dirinya. Matanya mengintip di balik kaca mobil—memperhatian sebuah toko cupcakes kecil di seberang jalan. Ia menghela napas panjang. Bodoh! Untuk apa ia kemari? Bagaimana kalau Jimin memergokinya dan melontarkan berbagai macam pertanyaan?

Maksudku, memang tak salah jika Jungkook ada disini. Toh tujuannya hanya mengembalikan catatan milik Jimin yang sempat dipinjamnya. Tapi waktu masih terlalu pagi. Kedai-kedai lain masih tertutup rapat, begitupun toko Jimin sendiri.

Dan lucunya sekarang ia merasa kecewa.

Tunggu dulu, apa baru saja Jungkook mengatakan bahwa dirinya merasa kecewa karena itu berarti ia tidak jadi bertemu Jimin? Ia mengela napas lagi. Tanpa sengaja ia mencengkram sebuah buku yang sedari tadi dibawanya.


"Abeoji, sakit! Kumohon henditkan, agh-"

Bugh

Bugh

"agh- k-kum-mohon ah-aku tak akan mengulanginya"

bugh

Mata Jungkook memincing. Baru saja ia mengendarai mobilnya di belokan jalan, ia sudah disuguhi oleh pemandangan tak mengenakan.

"Apa kau mau terus mengamen bersama musisi jalanan itu menggunakan benda ini, eo? Kau bukannya menghasilkan uang, tapi uang itu malah kau berikan kepada panti asuhan! Kau memang tak berguna, anak sialan!"

bugh

Ia terpaku. Setiap adegan demi adegan berputar apik di otaknya. Pukulan, tendangan, jambakan, dan erangan kesakitan.

bugh

Tanpa sadar gigi Jungkook bergemeretak, menggeram tertahan. Air mata lantas terjatuh melalui pelupuk kelopaknya.

"Arrrghhh" Erangan meluncur dari bibirnya. Jungkook mencengkram rambutnya dengan sebelah tangan, menariknya keras. Jemarinya yang lain terkepal kuat di atas stir mobil, menyebabkan ban mobil itu berdencit tak terarah kemudian berhenti di pinggir jalan.

My World Is Like You (KookMin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang