Chapter 4 : Penawaran Tak Terduga

3.2K 378 25
                                    


"Kenapa kau malah membawaku kemari? makanan disini mahal."

"Hey Jimin, sudah setahun lebih kau bersekolah disini tapi kau belum menyicipi makanan disini sekalipun. Kau tenang saja, aku yang akan mentraktirmu"

Jimin berdecak, "Bagi orang berkecukupan sepertimu ini memang tidak seberapa. Tapi bagiku, ini sama saja dengan membuang uang untuk hal yang tak penting. Daripada mentraktirku, lebih baik kau simpan uangmu untuk hal yang lebih berguna"

Sayangnya mereka sedang berdebat di ambang pintu, membuat beberapa siswa yang tengah berlalu-lalang  memandang mereka dengan tatapan terganggu.

"Anggap saja ini perayaan kita atas lomba pekan lalu, arra?" Ia pun segera manarik tangan Jimin sampai mereka masuk ke ruangan itu.

Jimin memilih menyerah.

"Jimin-ssi? ah, kebetulan saja kau disini" sapa Chaeyeong, salah satu teman sekelas Jimin. "Tadi kau dicari Lee songsaengnim. Kau disuruh ke ruang guru"

"Untuk apa?" Tanya Jimin heran.

"Aku tidak tahu tapi sepertinya itu penting"

"Oke, aku akan kesana sekarang" ucap Jimin kemudian setelah mengucapkan terimakasih sebelumnya. "Jeonghan. Sepertinya kau makan sendirian saja kali ini. Maaf aku tidak bisa menemanimu"

"Ya-ya ya... kemana kau?" yang dipanggil rupanya sudah melesat pergi meninggalkannya seorang diri.

"Ah sialan sekali anak itu. setidaknya ia harus makan dulu. Ya Chaeyeong, gara-gara kau temanku jadi mengabaikan waktu makannya!"

Sayangnya gadis yang dipanggilnya itu ternyata sudah melenggang pergi juga, membuatnya seperti orang bodoh yang berbicara sendirian.

 "Sialan" katanya akhirnya.

Aroma berbagai macam makanan khas jepang beradu di dalam sebuah ruangan minimalis beraksen cokelat pastel. Hiasan dinding bamboo yang sudah diplitur turut menghiasi beberapa bagian sudut ruangan. Lukisan-lukisan ikan koi yang tengah berenang, lukisan bertuliskan huruf kanji, juga lukisan pohon bunga sakura yang ditempel pada tembok pun ikut mempercantik juga memberi kesan nuansa jepang yang cukup kental.

Terlihat para siswa mengenakan seragam maroon sebagai atasan jas, kemeja putih yang dihiasi dasi dongker bergaris-garis putih, kemudian dilengkapi celana bewarna abu-abu sebagai setelannya. Kini mereka tengah membawa sebuah nampan sembari mengitari meja panjang nan besar yang di atasnya sudah diletakkan berbagai sajian menu masakan jepang. Sungguh menggiurkan untuk dicicipi.

Beberapa sudah duduk manis menikmati hidangan pilihan mereka dengan penuh nikmat dan ketenangan. Tapi yang namanya kantin, mustahil bukan bila tak ada keributan barang secuil pun?

"Ya, Jin-ah biarkan aku mencicipi sasimi mu, eo? Kau sudah cukup makan banyak hari ini!"

Dengan cepat Seok Jin mengangkat nampannya tinggi-tinggi. "Ya, Min Yoongi apa dua mangkuk ramen itu masih belum dapat memenuhi isi lambungmu, huh? Kupastikan kau bukannya akan mengikuti jam pelajaran melainkan mendekam di toilet seharian!"

"Tapi aku masih lapar!" rengek Yoongi.

Benar kan?

Di sudut sebelah selatan lagi-lagi menjadi pusat perhatian. Oh alasannya sederhana saja. Segerombolan pemuda tampan itu agaknya sedang meributkan hal yang penting. Tapi siapa yang berani menegur? Mereka adalah kumpulan para senior kelas tiga yang bisa dikatakan memiliki ketenaran dan kekuasaan di sekolah ini.

Kalau para gadis sih senang-senang saja memperhatikan tingkah konyol mereka. Tapi kalau para lelaki yang berstatus straight? Mereka tentu risih setengah mati!

My World Is Like You (KookMin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang