41. What Do You Want?

7K 291 30
                                    

"Apa yang ingin kau bicarakan?" Tanya Alice to-the-point.

Saat ini, Alice dan Liam sedang berdiri berhadapan di rooftop gedung perusahaan McReign Group. Alice mendengus kecil memperbaiki rambutnya yang sedikit berantakan akibat hembusan angin yang sangat kencang.

Liam masih tetap menatap Alice tanpa mengeluarkan suaranya sedikitpun. Alice mengerutkan keningnya bingung melihat Liam yang tidak juga mengeluarkan suara.

"Banyak hal yang harus ku kerjakan dan kau telah membuang-buang waktuku yang sangat berharga, Liam." Seru Alice dengan nada kesal yang tidak bisa disembunyikannya. "Kalau kau tetap tidak berbicara, aku akan pergi." Kata Alice final.

Alice membalikkan badannya dan hendak berjalan pergi menjauhi Liam. "Tidak! Jangan pergi." Seru Liam cepat sembari memegang tangan Alice menahannya untuk pergi.

Alice terdiam mematung ditempatnya. Hatinya terasa berdetak seribu kali lebih cepat karena Liam memegang tangannya. Alice menggeleng pelan. Ia tidak seharusnya memikirkan hal tersebut.

Dengan segera Alice menepis tangan Liam yang memegang tangannya. Alice kembali membalikkan badannya lalu menyilangkan kedua tangannya diatas dada.

"Apa yang ingin kau katakan? Aku tidak punya banyak waktu." Jelas Alice.

"Apa kau sudah mengurus surat perceraian kita?" Tanya Liam menatap Alice. Alice mengalihkan pandangannya ke arah lain menolak untuk bertatapan langsung dengan Liam.

"Itu... hm, a-aku belum mengajukannya. Tapi aku akan segera mengajukannya dan memprosesnya. Kau tidak usah khawatir." Seru Alice dengan sekali hembusan nafas.

"Kenapa kau belum melakukannya?"

"Banyak hal yang harus kuurus dikantor dan aku belum sempat pergi ke pengadilan." Jelas Alice berharap Liam mengerti.

Liam mendengus kecil. "Dimana kau tidur tiga hari belakangan ini? Mengapa kau tidak pulang ke rumah?" Tanya Liam lagi sedikit meninggikan nada suaranya. Alice dapat melihat raut wajah khawatir Liam didepannya.

"Mengapa kau harus tau?" Seru Alice dengan memberanikan diri.

"Aku khawatir." Jawab Liam jujur kembali merendahkan nada suaranya.

"Kau tidak perlu mengkhawatirkan aku, Liam. Aku akan mengurus semuanya besok." Kata Alice memasang senyum palsunya.

Liam terdiam cukup lama mendengar penuturan Alice.

"Kurasa kau sudah mengatakan semua hal yang ingin kau katakan. Aku akan kembali ke ruanganku. Sebaiknya kau segera kembali ke perusahaanmu." Ucap Alice lalu berjalan meninggalkan Liam yang masih terdiam mematung ditempatnya.

Setelah dapat mencerna perkataan Alice padanya, Liam segera melangkahkan kakinya tiga kali lebih cepat dari biasanya lalu diam tepat dihadapan Alice yang sukses membuat Alice menghentikan langkahnya.

Alice menatap Liam dengan kesal. "Apa yang kau lakukan!"

"Jangan proses perceraian kita." Kata Liam yang sontak membuat Alice membulatkan matanya terkejut.

"Apa maksudmu?" Tanya Alice tidak mengerti.

"Aku bilang, jangan proses perceraian sialan itu." Seru Liam sembari mengacak-ngacak rambutnya frustasi.

"Apa kau gila?!"

"Tidak! Aku tidak gila. Kau dengar sendiri, Alice. Jangan proses hal sialan itu." Kata Liam penuh penekanan.

"Apa yang sebenarnya terjadi padamu, Liam!" Teriak Alice. Kepalanya benar-benar terasa pening sekarang. Disaat ia sudah dapat merelakan Liam bersama Cassie, Liam malah menahannya seperti ini. Bukankah seharusnya Liam senang karena jika Alice mengurus perceraian mereka Liam dapat berhubungan dengan bebas bersama Cassie tanpa ada Alice yang mengganggunya?

AgreementTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang