16. Step One

6.6K 301 7
                                    

Cassie tersenyum lebar melihat Liam yang berada didepannya. Ia segera bergegas masuk tanpa menunggu dipersilahkan. Tidak mempedulikan Alice yang juga berada disana, Cassie segera mengalungkan tangannya di leher Liam. Liam hanya terdiam membeku di tempatnya.

"Aku merindukanmu!" Kata Cassie lalu mengecup bibir Liam. Alice membelakakan matanya. Liam sama sekali tidak menghindari ciuman dari Cassie.

Merasa menjadi orang ketiga, Alice segera meninggalkan Liam dan Cassie kembali ke halaman belakang.

"Kenapa kau tidak menghubungiku terlebih dahulu?" Tanya Liam setelah Cassie melepaskan ciumannya. Liam mengganti posisinya sehingga ia merangkul bahu Cassie. Cassie semakin tersenyum lebar dibuatnya.

"Maafkan aku. Aku lupa." Jelas Cassie. Liam menganggukkan kepalanya mengerti lalu menuntun Cassie masuk kedalam rumahnya.

Setelah mengambil handphone nya yang berada di halaman belakang, Alice kembali berjalan memasuki rumah menuju kamarnya. Namun langkahnya terhenti saat ia baru saja memasuki dapur. Ia belum membuatkan kopi milik Liam.

Tanpa berfikir panjang Alice segera membuatnya. Setelah selesai, Alice menyimpan segelas kopi panas itu diatas bar sarapan yang berada di dapurnya dan beranjak menaiki tangga.

Alice menutup pintu kamarnya dengan perlahan. Ia menghembuskan napasnya berat. Penasaran akan apa yang sedang dilakukan Liam bersama Cassie dilantai bawah.

Dan lagi. Mengapa disaat ia ingin menghabiskan waktu berdua bersama Liam selalu saja ada hal yang mengganggunya?

Cassie pasti akan lama berada disini. Dan tidak mungkin Alice mengurung dirinya seharian didalam kamar bukan?

Alice mengaktifkan handphonenya. Ia mengklik tombol-tombol pada layar handphone nya lalu menempatkan handphone itu di telinganya.

'Hallo?'

'Kenny, apa kau ada di apartement sekarang?' Tanya Alice tothepoint.

'Ya. Mengapa?'

'Aku akan mengunjungi mu.'

'Bukankah kau bilang kau tidak bisa?' Tanya Kendall dengan nada bingung di suaranya.

'Ya, tadinya. Tunggu aku. Tiga puluh menit lagi aku akan sampai di Apartement mu.' Kata Alice lalu memutuskan sambungan teleponnya tanpa menunggu jawaban dari Kendall.

Alice segera bersiap-siap. Ia mengganti baju santai nya dengan dress selutut tanpa lengan berwarna biru muda. Merapikan riasan wajahnya lalu mengambil tas yang menurutnya cocok dengan baju yang ia pakai sekarang. Oh jangan lupakan high heels nya yang mewah namun tidak terlalu tinggi.

Alice berjalan menuruni tangga dengan gugup. Ia melihat ke halaman belakang. Tidak ada Cassie dan Liam disana. Di dapur pun tidak ada. Alice mengerutkan keningnya bingung. Apa mereka dikamarnya Liam? Tapi Alice tidak mendengar suaranya saat mereka lewat jika mereka benar-benar di kamar Liam.

Alice kembali menggerakkan kakinya berjalan ke ruang tengah. Matanya membulat seketika melihat Liam dan Cassie yang sedang bercumbu di sofa besar.

Merasakan kehadiran Alice, Liam segera menjauhkan dirinya dari Cassie. Cassie menatap Alice dengan sinis.

"Dasar pengganggu." Desis Cassie pelan.

"Maafkan aku, Alice." Seru Liam cepat. Cassie mengalihkan pandangannya menatap Liam dengan kesal.

"Untuk apa kau meminta maaf?" Tanya Cassie dengan nada jengkel.

Alice mengambil napasnya dalam.

AgreementTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang