Prologue

18.4K 627 36
                                    

"Baiklah, aku menerimanya." Aku menghembuskan napasku berat setelah mengucapkan hal tersebut. Kedua orangtua ku menatapku dengan tidak percaya.

"Kau, benar-benar menerima perjodohan ini Alice?" Ibuku bertanya dengan sedikit terkejut.

Aku mendengus pelan. seandainya aku menolak, kalian tetap memaksa ku kan?

Aku menarik napas dalam sebelum menjawab. "Ya, tentu saja. Aku tidak ingin perusahaan kita hancur begitu aja, mom. Aku satu-satunya penerus perusahaan ini. Dan aku tidak ingin membuat perusahaan kita hancur. Aku yakin, kalian juga tidak mau hal itu terjadi kan?"

"Jadi, kau benar-benar menerima perjodohan ini sayang?" Kini ayahku yang mulai bertanya. Aku menganggukan kepalaku yakin.

"Sudah kubilang bukan? Aku menyetujuinya dad. Aku akan melakukan apapun yang kalian ingin kan."

"Baiklah. Daddy senang mendengarnya. Daddy akan menyampaikan kabar gembira ini pada keluarga Payne. Oh Tuhan, kau penyelamat hidup kami, Alice. Aku menyayangimu!" Dad berujar penuh semangat. Aku tersenyum simpul melihatnya. Ia segera memelukku yang langsung aku balas pelukannya.

"Daddy akan menghubungi keluarga Payne terlebih dahulu." Kata daddy hangat. Ia mengacak rambutku lalu beranjak pergi meninggalkan aku bersama mommy.

Mommy menghampiriku. Ia memegang kedua pundakku dan menatap mataku dalam seakan ia sedang mencari sesuatu disana.

"Ada apa mom?" Aku bertanya lembut.

"Tidak. Kuharap kau tidak membenci kami dengan semua ini, Alice. Maafkan aku karena terpaksa harus menjodohkanmu dengan seseorang yang sama sekali tidak kau cintai." Kata Mommy lembut. Aku bisa melihat segurat rasa bersalah dimatanya. Aku memeluk Mommy dengan kencang.

"Aku tidak mungkin membenci kalian. Kalian keluargaku. Aku menyayangi kalian. I love you, mom."

"I love you too, honey. Tapi, Niall?" Mommy bertanya pelan.

"Hubungan kami sudah berakhir mom. Kumohon, tidak usah membahas Niall" Aku berkata lirih. Aku dapat melihat rasa bersalah yang semakin besar dimata mommy.

Jangan merasa berasalah, mom.

"Maafkan aku."

"Tidak mom. Mommy atau Daddy tidak bersalah. Ini keputusanku" Kataku cepat.

"Aku mencintaimu, honey." Mommy bergumam lalu mencium kedua pipiku. Setelahnya, mommy segera pergi beranjak menyusul daddy yang tengah berbincang di telepon. Sudah dapat kupastikan, dia pasti sedang menelepon Keluarga Payne.

Kau melakukan hal yang benar, Alice. Ini semua demi perusahaan. Ini semua demi keluargamu. Jangan pernah menyesalinya. Dan dengan ini semua kau dapat bertemu dengannya lagi.

Aku terus meyakinkan diriku sendiri dengan kalimat tersebut. Ya, jangan pernah menyesalinya.

Handphone ku berbunyi menandakan ada sebuah pesan masuk. Aku segera membukanya. Oh sial. Ini dari Niall. Kekasihku. Well, mantan kekasihku.

'Kau tidak perlu melakukannya, Alice. Kau tidak perlu menikahinya. Kau tidak mencintainya. Dan apakah kau tau dia sudah memiliki kekasih? Aku mencintaimu. Kembalilah padaku.'

Aku menghapus air mataku yang keluar secara tiba-tiba setelah mendapat pesan dari Niall.

Ya. Aku tau. Aku jelas tau, bahwa lelaki yang akan dijodohkan denganku, Liam. Lelaki itu telah memiliki seorang kekasih. Bahkan hubungan mereka sudah hampir dua tahun.

Aku menghapus pesan dari Niall tanpa membalasnya. Maafkan aku, Niall.

Andai saja perusahaanku tidak hancur. Andai saja orang yang menipu perusahaanku itu tidak pernah ada. Andai saja perusahaanku selalu berada diatas seperti dulu.

Mungkin aku tidak akan seperti ini. Mungkin aku tidak akan menikah dengan seseorang yang tidak ku cintai. Mungkin aku akan tetap bersama Niall, menghabiskan banyak waktu bersama, dan bisa saja kami menikah.

Oh tidak. Berhenti memikirkan hal yang tidak-tidak Alice! Ini sudah keputusanmu dan kau tidak boleh menyesalinya!

Aku terus menasihati diriku sendiri didalam hati. Ya. Tidak boleh menyesalinya. Tidak boleh menyesalinya. Ini sudah keputusanku.

***

Keluarga McReign. Ya, keluargaku dan keluarga Payne kini sedang berkumpul dikediaman keluarga Payne untuk membahas pernikahan aku dan Liam.

Kedua orang tua kami begitu semangat mengatur segala persiapan pernikahan. Aku iseng-iseng melirik kearah Liam. Ia hanya terdiam tidak menunjukkan ekspresi apapun yang membuatku bingung.

Aku tau ia ingin cepat-cepat pergi dari disini. Aku tau hal itu karena aku dapat melihat ia duduk dengan tidak nyaman didepanku. Ia juga selalu memeriksa handphone dan jamtangannya. Mungkin dia ingin menemui kekasihnya?

"Mom, bisakah aku berbicara sebentar bersama Alice?" Liam membuka suaranya. Aku terkejut mendengar apa yang ia katakan.

"Tentu saja sayang" jawab Mrs.Payne lalu tersenyum cerah.

Liam berdiri lalu menatapku. Aku segera berdiri dan mengikutinya berjalan sampai ke halaman belakang.

"Batalkan perjodohan ini. Katakan kau menolaknya." Ujar Liam tiba-tiba setelah sampai dihalaman belakang. Aku membulatkan mataku terkejut.

"Maafkan aku. Aku tidak bisa."

"Mengapa tidak?" Ia menatapku dingin.

"Ini demi perusahaan." aku bergumam pelan namun aku yakin ia bisa mendengarnya. Ia mendengus.

"Kita seperti boneka perusahaan. Apa kau menyadari itu, Alice?" Liam kembali bertanya.

"Tentu saja. Aku menyadari hal itu, Liam. Tapi, aku tidak bisa mengecewakan keluargaku. Tolonglah."

Oh sial. Apakah sekarang aku sedang mengemis?

"Alice-"

"Hanya sampai perusahaanku membaik! Kumohon?" Aku memotong ucapannya. Ia menatapku bingung.

"Maksudmu?"

"Mari kita membuat kontrak tentang pernikahan kita."

"Kau gila?!" Liam menatapku seakan aku adalah orang yang tidak waras. Yang benar saja! Atau aku memang sudah tidak waras?

"Liam, bantulah aku. Kumohon?"

Dan ya, sekarang aku mengakuinya. Untuk pertama kalinya, seorang Alice McReign memohon kepada seseorang.

Liam masih terdiam seakan sedang memikirkan tawaranku.

"Aku tau kau sudah memiliki kekasih. Well, aku pun begitu. Maksudku, aku sudah mencintai seseorang. Namun aku tidak bisa mengecewakan keluargaku juga menghancurkan perusahaanku. Kumohon Liam. Mari kita bekerja sama dalam hal ini."

Liam masih tetap terdiam. Aku mendengus kesal melihatnya.

"Hanya sampai perusahaanku membaik. Kita berperan sebagai suami istri sampai perusahaanku membaik, lalu kita bercerai. Kau tidak perlu memutuskan hubungan dengan kekasihmu. Karena aku tidak keberatan dengan hal itu dan aku tidak akan mengusik hubungan kalian." Aku berkata panjang lebar.

Aku menarik napas panjang lalu melanjutkan. "Setelah menikah, Kita tidak perlu tidur sekamar. Tidak usah mengurusi masalah pribadi kita satu sama lain. Dan tentu, tidak boleh ada cinta."

Liam terdiam sebentar. Lalu mendekat kearahku. Aku menatapnya bingung.

"Baiklah. Aku setuju. Tidak perlu ikut campur mengurusi masalah pribadi dan tidak ada cinta."

"Maksudmu?" Aku bertanya sedikit terkejut.

"Ya. Aku setuju. Kontrak kita. Perjanjian kita."

AgreementTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang