CHAPTER 10 - AKU PERCAYA PADAMU

6.5K 380 12
                                    

Buat ini pas lagi dengar lagu, i hate you, i love you (gnash, feat Olivia O'Brien) & K.A.R.D, Don't Recall, lagunya keren loh, coba deh didengarin.

Happy Reading...

----o0o----

Rayen melangkahkan kakinya cepat, memasuki rumah yang kini ia tempati bersama Mesya.

Hari ini ia berusaha keras untuk mengerjakan pekerjaan lebih cepat dari biasanya, hanya karena ingin melihat wajah cantik istrinya.

Cklek

Secara mengedap - endap ia melangkahkan kakinya, secara jelas Rayen bisa mendengar suara tangisan.

Matanya memicing, seakan tidak suka mendengar tangisan yang memilukan itu, Rayen sadar betul tangisan itu berasal dari istrinya.

Dari tempat persembunyiannya, Rayen bisa melihat Mesya dengan keadaan yang benar - benar kacau.

Rambut acak - acakkan, mata yang tampak memerah, serta lingkaran hitam yang berada dibawah kelopak matanya, wajah yang pucat, benar - benar mengenaskan.

Rayen bisa melihat Mesya menghubungi seseorang, ia masih memilih diam, menunggu siapa gerangan yang akan istrinya hubungi, didalam hati ia berharap besar kalau ialah yang dihubungi.

Namun semua seakan sirna ketika Mesya mulai berbicara, sedangkan ponselnya tidak berbunyi sama sekali, menandakan Mesya menghubungi orang lain.

"Melvia, dia kembali Ma, aku harus bagaimana?"

Rayen bisa melihat raut wajah khawatir istrinya, seperti tengah memikul beban yang beratnya berton - ton.

Entah apa, yang dikatakan oleh lawan bicara Mesya saat ini, Rayen hanya bisa mendengar, Melvia, Mama, lalu sesekali istrinya itu menyebut namanya.

"Mesya?" panggil Rayen cepat, ia benar - benar tidak tahan untuk terus bersembunyi.

Mata Mesya terbuka lebar dari biasanya, seketika itu juga ponsel yang berada dalam genggamannya sudah berada diatas lantai.

"Kenapa kamu menangis dan terkejut seperti itu?"

Mesya gelagapan dalam mencari alasan, bibirnya bergetar, bahkan nyaris seluruh anggota tubuhnya tidak bisa berfungsi dengan baik.

"Mas sudah lama kembali?"

Kata - kata itulah yang akhirnya Mesya ucapkan, Rayen mengerutkan dahinya, tanda tidak mengerti akan kata - kata Mesya yang sama sekali tidak merespon pertanyaannya tadi.

"Sebenarnya apa yang kamu tutupi dariku Esya?" tanya Rayen tajam dengan tatapan menuntut jawaban.

Esya menghembuskan nafasnya perlahan, dengan lembut jemarinya bergerak menghapus jejak air mata yang masih menempel dipipinya.

"Aku cuma kangen sama mama aja, kebawa suasana, aku tidak menutupi apa - apa kok dari kamu Mas," jawab Mesya dengan senyuman yang terkesan terpaksa, sama sekali tidak enak dipandang mata.

"Benarkah?" tanya Rayen dengan senyuman yang seakan mencemooh lawan bicaranya saat ini.

"I-ya," balas Mesya gugup, kepalanya tertunduk seakan tidak sanggup untuk hanya sekedar mengangkat kepalanya.

Sepertinya saat ini Mesya tidak akan sanggup lagi untuk menegakkan tubuhnya, apakah ini akhirnya? Saatnya untuk dia menghilang menjadi abu.

Tangan besar milik Rayen menyentuh pelan pundak istrinya, kini ia mengambil duduk tepat disamping Mesya, dalam hitungan detik berikutnya, Mesya sudah berada dalam dekapan hangat Rayen.

"Aku ini suamimu Esya, tidak seharusnya ada yang ditutupi diantara kita, bukankah begitu, aku sangat mempercayaimu,"

Didetik itu juga Mesya tidak dapat mencegah untuk tidak menangis, kata - kata yang dilontarkan Rayen barusan seakan mengejeknya.

'Aku sangat mempercayaimu,' kata - kata itu seakan menghinanya, ia tidak dapat dipercaya, kini ia tengah berbohong, pernikahan yang dilandasi dengan kebohongan yang seharusnya tidak ia lakukan.

Untuk menyesal tidak ada gunanya, semuanya sudah terjadi, hanya satu hal yang bisa Mesya lakukan, menghadapi kenyataan.

"Ayo katakan, sebenarnya ada apa Esya?" tanya Rayen lembut dengan tangan kanannya bergerak mengelus pelan rambut panjang milik Mesya.

"Ma-af Mas, kumohon jangan tanyakan alasan aku menangis atau meminta penjelasan, aku belum bisa memberitahukannya, kumohon mengertilah," jawab Mesya sesugukan didalam pelukan Rayen, kedua tangannya semakin erat memeluk pinggang milik suaminya.

"Baiklah," ucap Rayen pada akhirnya, barulah Mesya bisa menghembuskan nafas lega.

Setidaknya setengah beban yang ia pikul telah sirna, namun yang tidak ia sadari ia malah semakin membuat semuanya semakin rumit.

***

Mata Mesya masih terpejam dengan rapat, sekitar dua jam yang lalu ia baru dapat memejamkan kelopak matanya, sedangkan Rayen masih setia memeluk erat tubuh Mesya didalam dekapannya.

Rayen menggeliat kecil, ia mulai membuka kedua kelopak matanya, yang langsung bertatapan dengan wajah polos istrinya yang terlelap.

"Aku harap kamu akan terus bersamaku," bisik Rayen pelan, lalu dengan lembut ia mengucup singkat kening Mesya.

"Entah apa yang kamu tutupi dariku, tapi yang jelas aku akan menunggu disaat kamu siap menjelaskannya padaku, aku harap kamu tidak akan mengecewankanku Esya," ucap Rayen lirih, lalu ia semakin menarik tubuh Mesya agar merapat ketubuhnya.

Didalam hatinya Rayen berkata. 'Hanya kamu yang mampu membuat jantungku seberdebar ini Esya,'

Bersambung...

Hai - hai ✋✋

Bagaimana? Semoga kalian suka ya.

Aku buatnya ngebut nih, kayaknya dalam hitungan beberapa jam, wah menakjubkan, sebenarnya lagi capek tapi gak tau kenapa gak bisa berhenti mau nulis, padahal seharian ini aku berada disekolah, menghadari acara perpisahan yang cukup melelahkan, doakan aku semoga hasil nilai2 untuk menentukan masa depanku bagus - bagus ya, biar makin semangat nulis 😊
dan cepat dapat kerja, biar bisa bantu My mom 😍😘

Responnya kalau bisa ya pembacaku yang baik 😊

Terima kasih.

Kamis, 27 April 2017.

SWINDLER TERBIT DI HI NOVELWhere stories live. Discover now