CHAPTER 9 - PEREMPUAN PICIK

7K 408 12
                                    

Happy Reading..

Bagaimana mungkin, ini semua seperti mimpi bagi Mesya, suara itu, sungguh ia tidak ingin mendengar suara wanita itu, semuanya akan hancur.

Cuaca dingin tidak mampu membuat keringat yang keluar dari pori - pori kecil milik Mesya berhenti.

Satu jam telah berlalu, dimana wanita itu menanyakan kabar suaminya, ada nada khawatir yang terdengar jelas disaat Melvia mengucapkan nama suaminya.

Mengapa begitu cepat, baru 5 bulan ia bisa bersama Rayen, bahkan mereka menikah saja belum mencapai satu bulan, namun masalah sudah datang.

Mesya memijat pelipis matanya perlahan, rasanya sangat berat, namun ia sudah terlalu jauh untuk mundur, atau lebih tepatnya ia sudah terpojok, tidak bisa bergerak kemana - mana.

Seandainya saja waktu bisa diputar kembali,

Seandainya saja Rayen tidak lupa ingatan, tidak ada Melvia, dan Mesya tidak mencintai Rayen, ini tidak akan sesulit ini. Namun apadaya, itu cuma kata seandainya, lalu kenyataannya.

Ia terlalu lelah, kini yang ia pilih, bersiap diri, membuat benteng yang tinggi, agar Rayen tidak mengetahui kebenarannya, yang akan membuat hidupnya hancur berkeping - keping.

Drtt drtt

Mesya mengambil ponselnya malas, lalu mengangkatnya tanpa melihat si penelpon.

"Siapa?" tanya Mesya dengan suara pelan.

"Ini aku," ucap suara itu yang langsung membuat Mesya mengubah posisi duduknya, menjadi tegap.

"Ada apa, Mas? Tumben nelpon, padahal masih pagi," balas Mesya seolah bersikap biasa - biasa saja.

Mesya bisa mendengar kekehan kecil dari suaminya.

"Aku kangen sama istriku, pangen pulang tapi kerjaan belum selesai, makanya aku nelpon kamu," ucap Rayen yang kini tengah tersenyum - senyum tidak jelas, membayangkan wajah istrinya yang tengah memerah menahan malu.

Namun siapa sangka, bukannya wajah yang seperti didalam pikiran Rayen, kini wajah Mesya benar - benar dalam ekspresi buruk.

"Sama," jawab Mesya singkat.

"Cuma itu aja?" tanya Rayen yang mereka kesal dengan jawaban dari istrinya, yang terkesan biasa - biasa saja.

"Haha, jangan marah, nanti gantengnya hilang loh, aku cuma bercanda kok, Mas," balas Mesya dengan sebulir kristal bening meluncur bebas dari kelopak matanya.

"Baiklah, ketika pulang nanti aku akan berikan kamu hukuman, tunggu aku ya sayang," ucap Rayen lembut, tanpa Mesya cegah kini seluruh tubuhnya merinding mendengar penuturan suaminya berusan.

"Ih, suara Mas menyeramkan, buat aku merinding,"

Tanpa bisa Rayen cegah, kini ia tengah tertawa sambil memegang perutnya yang terasa sakit.

"Mas!" seru Mesya yang merasa kesal karena ditertawakan oleh suaminya.

"Maafkan aku, hari ini aku akan berusaha pulang cepat, kamu tunggu aku ya," ucap Rayen tulus yang mampu membuat Mesya tersenyum lalu mengganggukkan kepalanya.

"Aku tidak tahu kalau saat ini kamu sedang mengangguk atau tidak, istiku," ucap Rayen yang seakan tau hal yang dilakukan istrinya saat ini.

Kali ini Mesya yang tidak mampu mencegah untuk tidak tertawa, Rayen hanya mendengus kalah mendengar tawa Mesya yang sangat nyaring menembus gendang telinganya.

"Baiklah, puas - puaslah tertawa istriku, sebentar lagi aku ada rapat, nanti kita sambung lagi ya," ucap Rayen mengakhiri sambungan diantara mereka.

***

Ditempat lain, seorang wanita tengah asik bercengkrama satu bersama dengan kawan wanitanya.

"Jadi, bagaimana kabar Rayen?" tanya wanita yang berada tepat disamping Melvia.

"Tadi aku menelpon sahabatnya, katanya Rayen baik - baik saja, sebenarnya aku sedikit kesal, kenapa Rayen menghilang begitu aja, bahkan dia tidak pernah mengirimkan uang bulanan lagi, aku jadi gak bisa belanja deh, wajar aku kesal kan Isya?" ucap Melvia dengan wajah ditekuk dengan mulutnya yang tengah asik menyeruput minuman jeruk.

"Duh, kamu kan masih ada Indra, bukannya Indra lebih kaya ya, daripada Rayen, udahlah ngapain juga mikirin pria yang gak mikirin kamu, mendingan porotin aja tuh terus si Indra, kan lumayan," ucap wanita bernama Isya itu dengan senyum penuh arti miliknya.

"Iya, aku tau, tapi kalau sama Rayen itu beda, aku masih pake cinta sama butuh uangnya, kalau sama Indra mah aku cuma butuh uangnya aja," ucap Melvia yang langsung diangguki cepat oleh Isya.

"Jadi kamu mau balik ke Indonesia?" tanya Isya yang langsung ditanggapi Melvia dengan gelengan berulang - ulang kali.

"Masih ada Indra disini," ucap Melvia dengan senyum mengembang.

Bersambung...

Hai - hai, maafkan aku karena lama updatenya, kuharap kalian masih menunggu kelanjutannya, semoga kalian suka ya,

Responnya, plis, sebagai pembaca yang baik. Terima kasih.

Rabu, 26 April 2017.

SWINDLER TERBIT DI HI NOVELWhere stories live. Discover now