CHAPTER 2 - MENGIKATMU

10.1K 545 5
                                    

Sorry kalau banyak typo bertebaran.

Vote dan comennya jangan lupa, oke.

Happy Reading

"Sayang?" panggil Rayen dengan manjanya.

Mesya tersenyum tetapi tidak dengan hatinya yang terus berontak, ini salah Mesya, berhentilah sebelum kau hancur berkeping - keping.

"Hm," gumam Mesya pelan menangapi ucapan Rayen.

"Gimana kalau hari ini kita jalan - jalan," ucap Rayen dengan senyum mengembang.

Mesya tersenyum, namun tidak dengan hatinya, walaupun ia terus berucap ini salah, namun ia tetap tidak bisa melakukan apa - apa.

"Mau kemana?" tanya Mesya dengan mencoba menarik seulas senyuman.

"Kalau ke mall kamu mau? Atau Biasanya dulu kita jalan - jalan kemana Esya, biar kita kesana, bagaimana?" tanya Rayen dengan tampang tidak berdosanya.

Mesya meringis didalam hati, apa yang harus ia katakan, tidak tau atau semacamnya, tidak mungkin, hal itu dapat membuat Rayen curiga. Yang dapat ia lakukan hanya satu, melanjutkan kebohongan.

"Tidak ada tempat yang spesial, semuanya sama saja," balas Mesya dengan seulas senyumannya.

Rayen mengerutkan dahinya, terkesan aneh, pacaran selama 4 tahun, tetapi tidak memiliki tempat yang spesial.

"Terdengar aneh, apa benar begitu?" tanya Rayen dengan pertanyaan yang begitu menohok hati kecil Mesya.

Mesya menampilkan wajah murung, hatinya saat ini benar - benar terluka. Rayen yang menyadari perubahan mimik wajah kekasihnya, langsung melangkah mendekat dan merengkuh tubuh mungil Mesya kedalam pelukannya.

"Aku minta maaf karena tidak mengingat apapun, tenanglah aku akan berusah mengingat hal - hal yang sudah kita lalui, percayalah," ucap Rayen tegas, seketika itu juga tubuh Mesya menegang.

Ingatan Rayen kembali itu sama saja hari kehancurannya tiba.

Rayen melepaskan pelukannya pada tubuh Mesya dengan sangat lembut.

"Kita ke mall aja untuk hari ini, oke," ucap Rayen sumringah dengan senyum yang tidak henti - henti terukir diwajah tampannya.

"Hm," gumam Mesya pelan menanggapi ucapan Rayen barusan.

***

"Bagaimana kalau kita menonton film," saran Rayen ketika mereka sudah berada di mall.

"Mau nonton Film apa?" tanya Mesya dengan menatap manik mata Rayen cukup dalam.

Rayen diam sejenak, menghayati waktu yang terkesan berjalan lambat ketika kedua mata mereka beradu pandang.

"Hm," dehaman Mesya membuat mereka berlaku tidak jelas, Mesya yang mengusap - gusap tangannya, padahal mall tempat mereka sekarang berada tidak terlalu dingin, sedangkan Rayen menggaruk tenguknya yang tidak gatal sama sekali.

Tangan Rayen bergerak cepat menggenggam tangan Mesya untuk mengikuti langkahnya.

"Kita mau kemana?" tanya Mesya dengan dahi berkerut.

"Bagaimana kalau kita mencari cicin untukmu," ucap Rayen santai, namun berbanding terbalik dengan Mesya yang tiba - tiba menghentikan gerak kakinya.

Rayen ikut berhenti, lalu kedua bola matanya menatap Zia bingung.

"Kenapa?" tanya Rayen dengan nada khawatir yang terdengar jelas, kalah melihat wajah Mesya yang tiba - tiba memucat.

Tangan kiri Mesya bergerak memijat pelipisnya secara perlahan, rasanya begitu berat, hingga untuk menghirup udara saja terasa sulit.

"Kamu sakit?" tanya Rayen lagi dengan membantu memijat tenguk Mesya pelan.

Tatapan Mesya kini berkaca - kaca, lagi - lagi hatinya memberontak, ini salah Mesya, berhentilah. Namun ia tidak bisa melakukan itu semua, wajah Reni melintas begitu saja didalam bola matanya.

Ingin rasanya kini ia menangis, dan berkata yang sejujurnya kepada Rayen, pria yang ia cintai namun tidak mencintainya.

Mesya memejamkan matanya perlahan, dan menghirup udara sebanyak - banyaknya.

"Kamu sakit? Kalau sakit, lebih baik kita pulang saja, kumohon jawablah Esya, kamu membuatku khawatir," ucap Rayen lirih dengan menggenggam tangan kanan Mesya semakin erat.

Dengan gerakan cepat Mesya membuka kedua kelopak matanya yang langsung bertatapan dengan mata coklat terang milik Rayen.

"Untuk apa kita beli cincin?" tanya Mesya dengan tatapan yang terlihat penuh keterlukaan.

"Kenapa kamu berbicara seperti itu? Aku tidak suka mendengarnya, apa hubungan yang kita jalani ini tidak serius?" tanya Rayen balik dengan suara yang begitu lembut namun penuh penekanan.

Mesya menggelengkan kepalanya, lalu ia mencoba menarik seulas senyuman.

"Aku hanya bertanya, tidak bermaksud apa - apa, tolong jangan salah paham Mas," balas Mesya yang langsung dapat membuat Rayen menghembuskan nafas lega.

"Jadi untuk apa kita membeli cincin?" tanya Mesya lembut, karena takut menyinggung perasaan Rayen untuk kedua kalinya.

Rayen tersenyum lalu tangan kirinya bergerak membenari anak rambut Mesya yang sedikit berantakan.

"Untuk mengikat kamu," ucap Rayen tegas dengan menatap manik mata Mesya lekat - lekat.

Bersambung...

Sip, akhirnya part ini selesai juga, maaf membuat kalian jadi lama menunggu, maklumin aja ya, aku lagi fokus sama cerita aku yang satu, bentar lagi tamat kok, jadi tenang aja, sebentar lagi aku akan beralih kecerita ini, oke.

Kalau begitu Vote dan Comennya jangan lupa ya, hanya kembali mengingatkan, terima kasih.

Kamis, 6 April 2017.

SWINDLER TERBIT DI HI NOVELWhere stories live. Discover now