XXI

452 43 25
                                    

    Pagi menjelang kala itu, terlihat seorang pemuda masih memejamkan matanya, walau matahari sudah hampir tinggi, namun pemuda itu tak menandakan akan bengun dan tersadar dari alam mimpinya.

"Yuv, andai ada seseorang yang akan datang padamu, lalu akan mwnjadikanmu sebagai kekasih, kamua akan menerimanya kala itu juga, atau berfikir terlebih dahulu?" Tanya seorang pemuda yang tengah duduk di sebuah bangku taman perbukitan yang jauh dari keramaian dan kemacetan serta panasnya Kota metropolitan.

"Tergantung! Siapa yang nyatainnya?" Ujar Gadis di sebelah pemuda tadi.

"Kalo aku, sekarang dengan tiba tiba, nembak kamu, kamu mau terima aku?" tanya pemuda tadi lagi denfan menatap serius ke arah gadis disebelahnya.

"Kakak, lagi becanda kan, Kak Boby?" ujar Gadis itu menatap pemuda di sebelahnya.

"Aku sungguh sungguh, aku cinta sama kamu, Yuv! Dari awal aku lihat kamu saat pertama aku ada di kampus, saat itu juga aku jatuh cinta sama kamu Yuvi! Cindy Dea Yuvia, maukah kamu jadi pacar dari Seorang Boby Cheassar Widjaja?" tanya pemuda itu dengan memegang kedua tangan si gadis dan menatapnya penuh harap.

"Maaf kak, hati aku udah diisi seseorang! Dan itu bukan kak Boby! Jadi aku mohon buang perasaan kakak jauh jauh. Karena percuma, hati aku udah dimiliki orang lain, dan nggak akan pernah bisa di ambil lagi oleh siapapun. Jadi maaf kak aku nggak bisa, aku mohon lupain aku!" ujar Gadis itu lalu pergi dari hadapan sang lelaki dengan langkah cepat.

"Nggak, Gak mungkin... Gak mungkin..  Ini gak mungkin!" lirih penuda itu menatap nanar pada gadis tadi yang meninggalkannya.

"ENGGAAAAAAAAAAKKKKK!" Teriak seorang pemuda sangat keras hingga suaranya menggelelgar di seluruh penjuru ruangan kamarnya. Pemuda yang baru bangun dari tidurnya berteriak amat keras, dia kini tengah terduduk dengan nafas yang tak beraturan, keringat bercucuran, wajah yang memucat, pandangan yang kosong. Hingga seorang wanita paruh baya masuk ke kanarnya.

"Boby, Kamu kenapa teriak teriak nak? Kamu mimpi?" tanya wanita itu khawatir.

"Mimpi... Akh syukurlah hanya mimpi!" gumam Pemuda itu yang ternyata adalah Boby.

"Kamu mimpi apa Sayang?" tanya wanita tadi yang tak lain adalah Intan, Ibu dari Jeje dan Boby.

"Burk mah, Buruk banget, lebih buruk dari wajahnya Jeje!" ujar Boby sekenanya. Dan Jeje yang kebetulan ada di situ langsung mendelik pada Kakak nya itu.

"Berarti kayak muka lu donk Kak?" ujar Jeje meledek Balik.

"Sudah sudah! Yaudah, Mandi cepetan, kita mau kerumah Ayana!" ujar Intan lalu beranjak dari tempat tidur Boby. Boby yang hendak berauara lagi langsung di potong oleh Intan.

"Gak ada penolakan, semua harus ikut!" gertak Intan tegas.

"Iya, Iya! Yaudah aku mandi dulu!" ujar Boby malas lalu masuk ke kamar mandinya.

   Di lain tempat, terlihat Naomi dan Keynal entah apa yang sedang merka lakukan. Keynal tengah duduk diatas batu yang cukup tinggi dan besar, dan Naomi duduk di bawah batu besar itu.

"Key!" panggil Naomi nelihat Keynal yang sedang diatas batu itu.

"Heemm!" gumam Keynal tanpa melihat kearah Naomi.

"Ih... Lihat sini ih! Tatap wajah Kakak!" kesal Naomi lalu berdiri dan menarik kaki Keynal.

"Ih, Kak! Jan di tarik kaki guenya! Tar Jatoh lagi! Gue gak mau lihat muka kakak, tar khilaf gimana?" ujar Keynal lalu turun dari batu itu.

"Gak papa di khilafin kamu ini Key!" goda Naomi mengedipkan matanya.

"Errrr... Wew! Inget Bang Deva Key, Inget... Inget...!" benak Keynal lalu mengalihkan tatapannya.

Music Academy [REVISI]Where stories live. Discover now