00:09

49 8 108
                                    

Batin menyadarkanmu bahwa kita adalah reinkarnasi.
00:00
SASTRA

(Masih p.o.v Sastra)

Saat aku kembali ke jalan untuk mengembalikan Pemutar Musikmu, aku justru mendapati kendaraan yang kecelakaan malam itu. Mobil yang kau naiki terjungkir balik dan menabrak pembatas jalan. Itu adalah dini hari, aku menggendongmu 'Phrase' ke dalam pelukanku.

Di dalam hatiku; seorang Callahan menatapmu seperti malaikat pelindung.

Aku menyelamatkan nyawamu saat itu, dan membawamu ke salah satu Rumah Sakit di Jogja.

Aku menjengukmu dua kali saat aku meminta waktu kepada Suster agar tak ada informasi bahwa aku menyelamatkan nyawa dan ingin menjengukmu.

Ku berikan mawar merah pada malam hari kau kritis-
terbaring di atas ranjang putih, diantara dinding dinding dingin bertabur luka para jiwa.

Matamu masih saja tertutup.

Pagi hari setelah itu, aku sempat menjengukmu. Meminta waktu kepada Suster.
Aku membawa Pemutar Musik, berencana ingin memutar lagu agar kau bangun dan mendapati diriku yang dulu.

Aku sudah menggenggam daun pintu, hanya tinggal mengayunkannya lalu aku dapat bertemu denganmu.
Disaat aku baru saja ingin masuk ke dalam ruangan bersamamu, aku mendapat telepon jika saudara lelakimu akan datang ke ruangan tempat kau terbaring.

Kesempatan jenguk itu sudah habis, aku segera menjauh dari ruangan rawat inap dan berjalan tergesa-gesa. Tidak jadi bertemu denganmu, sedikit kekecewaan namun tak apa.

Aku hanya menginginkanmu sehat.

Aku memasang hoodie untuk menutupi wajahku dari manusia normal yang nantinya mengetahui keberadaanku, aku sama sekali tidak menginginkan itu.

Satu-satunya manusia yang ingin ku tau untuk mengerti keberadaanku hanyalah Frasa.

'Blak!'

Angan-angan mengenangmu membuatku tak melihat jalan pada lorong rumah sakit, membuatku menabrak seseorang berperawakan besar. Lelaki itu memarahiku, aku menyembunyikan wajahku dan menunduk untuk mengambil Pemutar Musik Frasa yang jatuh.

Aku tetap diam- memalingkan wajah dan memantapkan langkahku menjauh.

Aku dapat mendengar dengan jelas sekali, jika lelaki itu bersumpah serapah di belakangku.

Saat aku mengintip dibalik hoodie, ternyata lelaki itu berjalan memasuki ruang inap Frasa.

Yah,
lelaki itu adalah Kakak Frasa.
Sedikit tak menyangka, Kakak Frasa tetap saja galak kapanpun dia bereinkarnasi.

Perlukah aku meminta maaf untuk itu?
Jika aku lakukan, mungkin aku takkan bisa bertemu denganmu, Frasa.

Kakakmu takkan mengijinkanku, atas perbuatanku dulu terhadapmu.

Perbuatanku-- yang dulu meninggalkanmu. Jika ku tau itu akan terjadi, aku sudah memantapkan jiwaku untuk menjauh dari medan perang dan meminangmu di atas danau.

Tapi mengapa aku harus ragu bertemu kakakmu yang tak mengingat kesalahanku di masa lampau.

Percuma saja, Sastra. Batinku berkata.

A Broken Gun And A RoseKde žijí příběhy. Začni objevovat