00:05

46 11 46
                                    

Pada malam yang membekukan , kegelapan justru menghangatkan.
00:00
FRASA

(Foto di atas itu Sastra /bayangannya mirip Adipati Dolken. )

Aku tak pernah asing denganmu.
Aku masih bergeming.

Laki-laki itu tetap menonjok tembok, memasuki kegelapan lagi. Rambut hitam menutupi wajahnya.

"Kau." dia berhenti. Berhenti seperti yang ku katakan.

"Apa kita pernah bertemu?" Aku berjalan mendekat.

Tubuhnya masih berdiri menghadap tembok. Laki-laki diseberang sana tak menjawabku. Sampai akhirnya menanyakan suatu hal,

"Apa yang kau lakukan disini?"

Waktu terasa jauh untuk ditapakkan.

Aku tak menjawabnya, aku mendekatkan tubuh pada laki - laki itu hingga benar benar berhadapan.

Apa yang kau lakukan katanya. Kata-kata itu menunjukkan bahwa laki-laki itu pernah mengenalku. Terlihat jelas dalam bahasanya.

"Aku mengenalmu."

[]

Tangannya meneteskan darah. Raut kemarahannya hilang saat aku menatapnya di bawah kacamataku. Dari punggungnya, juga lekuk kepalanya aku mengenal sekali kamu.

Siapa kamu?
Matanya nanar juga dipadu sendu. Entah mengapa rasanya nyaman berada di samping manusia asing sepertimu.
Rasanya seperti kita mempunyai masa lalu.

"Aku harus mengobati tanganmu."

Duduk dibawah lampu, dia bertanya akan sesuatu, "Harus?"

Aku tak menjawab.

Laki-laki itu tak menatapku. Matanya kosong. "Luka itu tak terlalu berbahaya, Frasa."

Spontan aku menatapnya, "Kau-"

"Ya, aku tau namamu." Jawabnya.

Aku bertahun-tahun disini, dan sama sekali tak bertemu seseorang seperti dirimu.
Luar biasa.

Aku menggenggam tangannya, berbicara lewat mata. Entah kenapa suasana ini seperti nyata dalam ingatan. De Javu, begitulah sepertinya.

Samar - samar aku mendengar orang melangkah dan mendobrak pintu gudang.

"Frasa!"
Lex berteriak kepadaku.

Genggaman tangan kami terlepas, langkahnya yang mantap menarikku menjauh dari tempat ini. Suaranya terdengar sampai ujung ruangan.

Semua fakta yang kukumpulkan membuktikan kemarahannya.

Kemarahan yang membentuk gumpalan batin di dadanya.

Tak ada kata.

Kutatap manusia itu sekali lagi.
Siapa namamu?
Aku ingin mengucapkan kata-kata itu sebelum Lex membawaku pergi menjauh.

Semuanya terlambat Frasa. Satu kedipan lagi, satu detik lagi, aku sangat yakin kau adalah manusia dalam gambaranku.

[]

Quotes  from Author :
Tertata seperti api yang membakar diri sendiri. - philosophy

Author Note :
To my tergreget reader. :D author minta maaf banget hiatus nya kelamaan (padahal cuma 2 minggu) juga part ini super pendek, waktu itu author lagi sakit :) LOP YU 🖤

jangan jadi silent reader ya :) . give vote buat support authornya juga boleh banget .

Instagram : amoreshn
Love, AM

A Broken Gun And A RoseWhere stories live. Discover now