A Giant Ferris Wheel #14

Začít od začátku
                                    

Aku tertawa kecil saat membaca surat ini. Aku bahkan, sebenarnya tak tahu harus tertawa atau merasa kesal karena dia terus membangga-banggakan dirinya.

"Cerewet sekali..." gumamku pelan. Aku tersenyum tipis, lalu meletakkan kembali dengan baik kertas surat ini diatas nakas. Aku bangkit dari ranjang dan segera menyiapkan diri.

Terlebih dahulu; mencuci muka.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Aku meringis pelan saat angin dingin khas pagi hari menerpa wajahku, saat aku baru saja melangkahkan kaki keluar dari lobi hotel. Aku memberhentikan langkahku sejenak, dan mengalihkan pandangan ke sekeliling halaman hotel yang sangat luas.

Tidak ada tanda tanda keberadaannya disini.

Aku kembali melangkahkan kakiku menuju air mancur yang berada tak jauh lagi dariku. Saat aku telah berada tepat didepan air mancur, aku masih juga belum menemukan Junkai sedikitpun.

Aku kembali mengedarkan pandanganku ke sekeliling taman kecil milik hotel ini. Aku mendengus sebal, sedangkan angin dingin semakin kencang saat ingin memasuki siang—angin terakhir dalam pagi hari.

Dirinya berbohong denganku atau apa?! Dia ingin mengerjaiku?!

Aku telah berdiri tepat didepan air mancur, aku masih belum bisa menemukannya!

Awas saja jika dia benar benar mengerjaiku, dan sengaja menganggu waktu tidurku.

Ini benar benar membuang waktuku.

Tak berapa lama kemudian, ketika aku tengah menggerutu didalam hatiku, handphoneku tiba tiba berdering. Aku merogoh handphoneku yang kuletakkan didalam saku jaketku, lalu membaca sebuah pesan singkat yang baru saja masuk.

From: JunKai

Jangan memasang raut wajah masam seperti itu. Melangkahkah lima langkah lagi, lalu belok kekiri. Aku menunggumu, dear.”

Aku menghela nafasku kasar. Aku memutarkan bola mataku malas lalu memasukkan kembali handphone ku kedalam saku jaketku.

Apa apaan? Dia tengah mengerjaiku? Dia sedang bermain-main?

Aku terpaksa harus mengikuti arahan Junkai. Aku melangkah sesuai dengan apa yang ia katakan, lalu melangkah berbelok kekiri. Tentu saja, aku masih dalam perasan kesal.

"Kau? Junkai?" panggilku pelan, bahkan nyaris bergumam saat pandangan mataku tak sengaja menangkap bayangan seseorang yang tengah berdiri tak jauh dariku.

Seseorang berpakaian kaos putih polos dan blazer berwarna hitam, dengan celana panjang warna hitam—juga—; yang kini tengah berdiri tepat didekat bangku panjang disebelah pohon sakura.
Junkai membalikkan badannya sehingga menghadap kearahku. Ia tersenyum tipis lalu melambai-lambaikan tangannya kecil—menyapaku.

My Coldest Doctor [TFBOYSWJK]Kde žijí příběhy. Začni objevovat