09 | Terdengar Manis

8.8K 370 4
                                    

Dinky harus menelan pil pahit kembali. Setelah ayahnya berlaku kasar padanya kini ayahnya mendiamkannya. Sungguh, lebih baik ayahnya menyiksanya daripada harus diam seribu bahasa begitu dingin memperlakukan Dinky.

Sebelum berangkat bekerja dia sempat bertatap muka dengan Irawan tapi ayahnya tersebut enggan hanya untuk menatapnya saja. Ayahnya masih tidak mempercayai ceritanya yang dia pikir tidak masuk akal sekali.

Ternyata yang menjembaknya sungguh sangat pintar karena telah membuat rencana yang begitu sempurna.

Dinky kini tengah berhadapan dengan laptop yang beberapa minggu ini tidak disentuhnya. Dinky harus melanjutkan skripsinya yang sempat terbelangkai karena masalah yang menimpanya. Dia tidak ingin begitu saja menghancurkan masa depan yang telah dirancangnya.

Dinky bukanlah orang yang mudah terpuruk karena sesuatu hal. Dia wanita yang tangguh, walaupun saat pertama kali dia terjatuh dalam kubangan kesedihan dan itu hanya sikap utama seorang manusia saat mendapat sebuah masalah. Tidak harus dia berlarut dalam masalah itu saja sedangkan ribuan masalah sudah menantinya di kemudian hari.

Terbukti saat David meninggalkannya dia tidak pernah meratapi kepergian kekasihnya itu hanya butuh beberapa hari dia akan lupa begitu pun dengan sekarang dia hanya butuh waktu untuk melupakannya dan jangan pernah mengungkitnya kembali. Mungkin karena ini tuhan memberikan cobaan pada nya yang cukup berat, karena tuhan tahu dia sanggup melewatinya.

Drrrt.. Drrrt..

Dinky menatap ke arah ponselnya yang bergetar dan melihat layarnya.

Pinka Calling..

Dinky menggeser layar yang berwarna hijau untuk menyambungkan telpon dari sahabatnya.

"Halo, ada apa Pin?"

"Ada apa kau bilang? Harusnya aku yang bertanya padamu. Lama sekali kau tidak masuk ke kampus juga kau mematikan ponselmu berbulan-bulan" Pinka sudah mengomel disebrang sana membuat Dinky terkikik geli mendengarnya.

Memang setelah dua bulan ini dia mematikan ponselnya, itu sebuah tidak kesengajaan sangking sibuknya Dinky tidak sadar ternyata dia melupakan benda pipih itu yang mati karena habis daya baterai minta di charge.

"My din-din... Woy! Kemana lu??!"

Dinky tersadar jika kini dia sedang berbicara dengan temannya.

"Maaf My pin-pin. Sekarang aku sedang sibuk membenarkan skripsiku, akan aku jelaskan besok"

"Benar yah kau berhutang padaku, besok kau akan masuk kuliah?"

"Iyah, tenang saja besok aku mulai kuliah. Bye.. " ucap Dinky kemudian mematikan sambungan telpon nya.

Dinky tersenyum membayangkan wajah sahabatnya yang kesal pasti akan terlihat lucu sekali. Dia melupakan sesuatu, dia masih memiliki Pinka sahabat terbaiknya. Dan Dinky yakin sahabatnya itu pasti mengerti atas kondisinya.

°°°

Rizky tidak bekerja hari ini karena harus menemani istrinya berbelanja. Biasanya tugasnya ini diambil oleh Dinky melihat kondisi adik iparnya yang tidak memungkinkan akhirnya dialah yang menggantikan posisi Dinky.

"Kamu mau beli apa sayang?" tanya Rizky saat melihat istrinya melangkah ke bagian perlengkapan bayi di supermarket tersebut bukankah bayinya saja masih dalam kandungan dan usianya begitu muda untuk membeli perlengkapan nya sekarang, seperti susu bayi, bubur bayi juga yang lainnya.

"Aku ingin membeli susu untuk ibu hamil" jawab Candy begitu antusias sambil memilih beberapa merk disana.

Rizky mengangguk mengerti ternyata pemikirannya salah.

"Lebih bagus yang mana yah ini atau ini" ucap Candy sambil memberikan pilihan antara susu dalam kardus di tangan kirinya atau tangan kanannya.

Rizky menggelengkan kepala " aku tidak tahu mana yang bagus, ambil saja yang kamu suka" jawab Rizky membuat Candy lebih mengambil kotak kardus yang ada ditangan kirinya, dia lebih suka rasa coklat. Rizky sudah menebaknya pasti istrinya itu memilih susu yang rasa coklat. Candy pernah berkata padanya jika istrinya itu sedari kecil sangat menyukai susu rasa coklat berbeda dengan adiknya, Dinky lebih suka susu tanpa rasa. Adiknya akan muntah jika diberi susu yang berasa.

Dinky. Satu nama itu kemudian terlintas dipikiran Rizky. Bukankah adik iparnya itu sedang hamil juga, pasti dia juga membutuhkan susu tersebut untuk perkembangan janinnya. Rizky menatap punggung Candy yang sudah melangkah beberapa langkah darinya. Rizky menatap pada kotak susu yang berwarna putih tersebut, Rizky tersenyum kemudian meraih kotak susu itu ke dalam troli yang sedang dia dorong. Entah apa yang dia lakukan bahkan kakak Dinky nya saja tidak seperhatiannya, ada sesuatu yang mendorong melakukannya. Rizky harap itu hanya bentuk simpati.

Sudah beberapa jam mereka berkeliling untuk mengisi bahan pokok untuk satu bulannya, walaupun tinggal satu rumah bersama orangtua istrinya Rizky tidak ingin memanfaatkan makan dan minum dari mertuanya karena Candy adalah tanggung jawabnya. Mereka tinggal disana pun hanya untuk melindungi kondisi istrinya yang sedang hamil, karena disana banyak orang yang memperhatikannya tidak sendirian seperti di rumah yang mereka tempati.

Merasa telah membeli semua kebutuhannya Rizky mempersilahkan pada istrinya untuk menunggu di mobil saja dan biar Rizky yang membayar ke kasir. Candy menurut dan tidak beberapa lama disusul kedatangan Rizky membawa beberapa kantong kresek besar dan menyimpannya terlebih dahulu di bagasi. Hingga mereka kembali menempuh perjalanan untuk kembali ke rumahnya yang tidak seberapa jauh dari sana.

°°°

Tok.. Tok..

Rizky mengetuk pintu kamar Dinky, dan berharap adik iparnya tersebut segera membukanya.

Hingga akhirnya pintu itu terbuka dan menampakan seorang perempuan yang memasang muka terkejut karena telah menemukan sosok Rizky di depan pintu kamarnya.

"Kak Rizky? Ada apa? " Tanya Dinky membuat Rizky kikuk harus menjawab apa.

Rizky berusaha sesantai mungkin lalu menyodorkan sekotak susu yang di belinya ke depan Dinky. Perempuan itu menatap ke arah sesuatu yang diberikan oleh Rizky.

"Kau pasti membutuhkan ini untuk perkembangan janinmu"

Dinky menerima kotak susu tersebut " kenapa Kakak peduli?" ketus Dinky membuat Rizky kelabakan dibuatnya.

Kenapa Rizky peduli? Jawaban seperti apa yang pantas menjawab pertanyaan dari Dinky.

"Bagaimana pun itu adalah calon keponakan ku" bagus sekali kini Rizky sempurna menjawab tanpa kesalahan.

Dinky tersenyum, sedikit dipaksakan. Tidak mungkinkan sekarang dia tersenyum begitu lebar seperti apa yang Dinky sangat ingin melakukan nya sekarang. Lagi-lagi Dinky menggeleng atas pemikirannya. Dia harus mengingat bahwa yang di depannya adalah suami dari kakak nya sendiri. Lalu apa masalahnya jika dia tersenyum lebar dengan Rizky yang suami kakaknya. Otak Dinky mulai melenceng sekarang.

Rizky lagi-lagi tersenyum membuat sesuatu dihatinya berdegup tak karuan. Bahkan Dinky ingin sekali membuat kakak iparnya pergi dari hadapannya sekarang juga sebelum iblis dari dirinya keluar kemudian hilang kendali.

"Ka-kalo begitu aku ingin menemui Candy" ucap Rizky terbata kemudian melangkah pergi namun sesuatu menahan lengannya.

"Terimakasih" ucap Dinky kemudian langsung menutup pintu kamarnya meninggalkan Rizky yang masih berdiri terpaku disana.

Entah kenapa ucapan terimakasih dari Dinky terdengar manis di telinganya. Mungkin sangking kurangnya mereka berinteraksi jadi seperti ini.

Hurt [completed] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang