11 | Rapuh

8.2K 367 3
                                    

"Aku pulang" teriak Dinky setelah sampai di depan rumahnya, beruntung sekali setelah menemui Pinka, dengan suka rela gadis itu mengantarkannya pulang. Dinky sangat malu untuk menggunakan fasilitas ayahnya walaupun tidak dilarang oleh ayahnya tetap saja dia masih punya muka.

Dinky membuka pintu rumahnya tepat saat dia menemukan kakaknya yang sudah terduduk lemah di lantai. Dinky berlari menghampiri Candy.

"Kakak apa yang terjadi padamu?" tanya Dinky begitu cemas melihat Candy yang sedang meringis kesakitan.

"Perut kakak terasa begitu sakit" rintih Candy dengan tangan yang memegangi perutnya.

Dinky yang melihatnya pun menjadi kalut. Dia berdiri kemudian berlari ke arah luar rumah untuk meminta pertolongan. Para tetangga yang mendengar teriakan dari Dinky datang bergerombol kemudian membantu Dinky membawa Candy untuk ke rumah sakit.

Selang beberapa detik Sarah yang baru datang melihat rumahnya yang penuh dengan orang yang berkumpul, wanita itu kaget pikiran pun melayang memikirkan hal buruk yang bisa terjadi. Sarah melangkah namun seketika terhenti sejenak melihat beberapa orang mengangkat tubuh Candy yang sudah tak sadarkan diri. Hingga manik matanya melihat Dinky yang sudah berlinangan air mata berada di belakang mereka.

"Sayang ada apa?" tanya Sarah dengan segala rasa kalut berada di hatinya.

Dinky menubrukan tubuhnya dalam rengkuhan Ibunya dan menangis disana.

" Aku takut terjadi hal buruk pada kakak bun" Sarah mengusap punggung Candy dengan lembut.

"tidak akan terjadi hal apapun pada kakak mu"

"Tapi ..." Sarah memotong perkataan Dinky "percaya pada Bunda, lebih baik kita menyusul Candy dan sebelum itu tolong kamu kabari Rizky" Dinky melepas pelukannya kemudian mengangguk pertanda dia akan melakukan apa yang Sarah katakan.

Sarah menyusul rombongan warga yang membawa Candy masuk ke dalam mobil milik nya sedangkan Dinky merogoh ponsel yang ada dalam tas selempangannya. Berkali-kali Dinky menelpon Rizky tapi tetap saja tidak ada jawaban membuat dia semakin kalut.

"Dinky ayo nak kita pergi" panggil Sarah yang sudah berada dalam mobil.

Dinky menggeleng " Bunda duluan saja nanti Dinky menyusul"

Sarah menutup kaca jendela mobil nya dan akhirnya mobil tersebut melaju meninggalkan Dinky yang masih Berusaha mencoba menghubungi kakak iparnya. Merasa tidak akan berhasil perempuan itu memutuskan akan pergi langsung ke kantor Rizky.

"Permisi. Bisa bertemu dengan Rizky Hanan Aerlangga"

"Apa anda sudah membuat janji?"

Dinky menggeleng " saya belum membuat janji tapi saya adalah adik iparnya sekarang aku harus bertemu dengan nya karena ada yang ingin saya sampaikan mengenai istrinya"

Akhirnya resepsionis di meja depan kantor tersebut mengijinkan Dinky masuk dan setelah sampai di ruangan Rizky yang berada di lantai 12 Dinky langsung menggedor pintu yang terbuka begitu lama.

Ceklek..

Pintu tersebut terbuka. Pertama kali yang dia lihat adalah wajah Rizky yang sudah memar dengan luka dimana-mana. Tangan Dinky bergerak sendirinya mengusap luka yang ada di wajah Rizky. Rizky yang melihat pergerakan Dinky kemudian menyentuh tangan Dinky yang terulur ke sudut bibirnya. Ada rasa kehangatan saat Dinky menyentuh nya.

Prok.. Prok..

Tepukan tangan seseorang menggema di ruangan Rizky yang sepi. Orang itu muncul di balik tubuh Rizky membuat Dinky yang melihatnya terkejut. Dengan cepat perempuan itu menarik tangan nya dari genggaman Rizky. Dinky bingung sekarang apa yang harus dia lakukan saat melihat orang yang selama ini pergi meninggalkannya telah kembali.

"David" gumam Dinky kemudian melangkah mendekati David tapi tangan pria itu di rentangkan ke depan sebagai tanda agar Dinky tidak melanjutkan langkahnya untuk bisa mendekatinya.

"Jangan pernah mendekati ku" Sebuah penolakan yang halus namun sangat kentara di hati Dinky. Tak terasa cairan bening itu meluncur bebas di pipinya. Kenapa orang yang di harapkannya kini malah memberi penolakan secara terang-terangan untuknya, kembali terulang setelah ayahnya.

"Apa kau sudah tidak punya malu?" cibir David merendahkan Dinky dengan tajamnya.

"A-pa mak-sud-mu?" tanya Dinky dengan susah payah di tengah-tengah tangisnya.

Bukannya menjawab David hanya melengos pergi mengabaikan Dinky. Rizky melangkah ingin mengejar David dengan kepalan di sisi tubuhnya. Rizky ingin sekali menghajar sahabatnya namun niatnya harus terhalang karena Dinky menahan lengannya.

"Ada hal yang lebih penting dari ini, kak Candy masuk rumah sakit" ucap Dinky membuat Rizky terkejut.

"A-apa?"

Dinky mengangguk " telepon bunda karena aku tidak tahu rumah sakit mana tempat Kak Candy dirawat"

Pria itu berbalik merogoh ponsel nya yang ada di atas meja kerjanya kemudian melangkah pergi dengan terburu meninggalkan Dinky yang masih terdiam disana.

Dinky mengingat sesuatu kemudian pergi ke luar ruangan tempat Rizky bekerja.

°°°

Dinky menyapu pandangannya ke setiap jalan yang tak jauh dari Kantor Rizky. Saat di parkiran Dinky tidak sengaja melihat sebuah mobil yang sangat dikenalnya. Dinky berpikir jika pemiliknya masih berada di sekitaran sini.

"Kemana perginya David" gumamnya. "Ada apa kau mencari ku" ucap seseorang di balik punggung nya.

Dinky berbalik kemudian mendapati seseorang yang dia cari disana. Tanpa aba-aba Dinky menubrukan tubuhnya dengan tubuh David, meresapi hangat nya pelukan David yang pernah hilang dalam dekapannya.

Dinky berusaha menyalurkan beban beratnya pada David, mencurahkan isi hatinya dan mengadu pada David apa yang telah menimpanya semenjak pria itu pergi dari sisinya.

Gadis itu merenggut kecewa ketika kedua bahunya ditarik paksa oleh tangan David sehingga pelukannya terlepas. Dinky sangat bingung kenapa pria yang beberapa bulan kemarin mencintainya berbalik menjadi membencinya, menjadi sosok yang tak mudah di sentuh.

"Aku rasa kita harus mengakhiri hubungan ini" ungkap David sontak membuat Dinky tercengang.

Apa gadis itu tidak salah dengar? Bukankah David pergi untuk meminta restu dari orangtuanya agar mereka bisa meresmikan hubungan nya bukan malah mengakhiri semuanya.

"Jangan bercanda Dav? Kau tahu aku tidak suka candaan mu"

"Bercanda? Apa kau pikir aku sedang bercanda?" tanya David begitu sinis.

Dinky mencoba menelisik kesungguhan di wajah David dan sialnya dia menemukan wajah serius itu. Apa salah nya? Hamil. Satu kata itu kemudian terlintas dari pikirannya.

"Apa David mengetahui tentang kehamilanku?"

"Jangan berpura-pura tidak tahu, kau pikir aku bodoh bisa tertipu oleh mu? Kau berselingkuh dengan kakak ipar mu sendiri, apa kau tidak punya hati bagaimana jika kakak mu mengetahui semua kelakuan busuk kalian!"

Deg..

Cukup sudah Dinky tak sanggup memendung perasaan sedihnya. Gadis itu menangis bukan isakan kecil namun tangisan yang cukup membuktikan bagaimana perasaan nya kali ini.

David meluapkan isi hatinya. Pria itu sangat kecewa sehingga tak dapat mengontrol emosi nya. David menatap nanar pada Dinky yang kini sedang menangis ingin sekali merentangkan tangan kemudian memeluk tubuh Dinky yang begitu rapuh. Namun egonya kali ini yang lebih bertahta di dalam hatinya sehingga hatinya mengeras.

"Aku sangat merindukan mu" lirih Dinky di sela-sela tangisnya. 

Hurt [completed] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang