CHAPTER 19 "GETTING WORSE"

104 7 165
                                    

Sekarang para remaja itu sedang berada di ruangan tamu di rumah Tasia, ada yang sedang bermain playstation yang biasa Tasia mainkan, ada yang sedang menikmati wifi gratis di rumah Tasia, ada yang lagi curhat, ada juga yang lagi diem aja. Canggung. Dia gak tau mau ngapain disini.

Contohnya, kayak Derren. Dia bingung mau ngapain disini. Di dalam pikirannya, ia masih berpikir bahwa teman-teman Tasia masih marah padanya. Maka dari itu, ia gak tau harus ngapain. Bakso nya aja belum dia kasih ke Tasia.

"Bro, sini gabung. Gak usah canggung gitu. Kita udah terima lo, kok" Ethan menepuk bahu Derren dua kali, ia mengajak Derren untuk bermain playstation bersama dirinya dan Sergio.

"Hah? Emang dulu lo pada gak nerima Derren? Wah, parah, yah. Emang Derren ada salah apaan?" Tanya Gio berturut-turut. Pasalnya, Gio belum tahu masalah antara Derren dengan mereka.

"Lo gak usah tau, gue males ngejelasinnya" ucap Ethan santai.

'Gue udah diterima sama mereka?' batin Derren. Sebenarnya sekarang Derren merasa senang bisa bergabung dengan mereka, bisa diterima dengan baik oleh mereka. Derren senang.

Derren senang karena akhirnya ia mempunyai teman.

Miris memang, tetapi selama hampir setahun Derren sekolah di SMA Wisma Jaya ini, dia tidak memiliki teman. Ada, sih. Tapi teman itu datang kalau mereka lagi ada maunya saja. Kalau tidak? Jangan harapkan mereka datang kepada Derren.

Tetapi, masih ada sesuatu yang mengganjal perasaan Derren.

Tasia masih belum memaafkannya.

Memang, ia akui, bahwa dulu adalah kesalahannya. Tetapi itu bukan murni kesalahannya bukan? Derren merupakan korban dari sang dalang yang menyebabkan kejadian ini terjadi.

Dan, dalangnya itu adalah Justin.

Derren masih tak menyangka dengan mantan sahabat nya itu. Ia benar-benar tak menyangka bahwa Justin dengan teganya menjebak Derren sehingga Derren berada didalam masalah dengan si kembar itu. Derren benar-benar tak menyangka.

Sebenarnya Derren ingin sekali menjelaskan semua ini ke Tasia sejak lama, tetapi, Tasia tidak memberinya kesempatan. Mungkin Tasia sudah benar-benar membencinya.

Tasia berhak membenci Derren, karena Derren yang membuat dirinya dan Amanda menjadi bertengkar, tidak bertukar pandang, kabar, selama bertahun-tahun. Tetapi Tasia tidak mengetahui siapa yang berhak ia benci selama ini.

Derren hanya meminta kepada Tuhan agar ia diberikan kesempatan agar bisa menjelaskan semua kesalahpahaman ini kepada Tasia.

"Mau! Katanya tadi mau curhat?" tanya Tasia kepada Maureen yang sekarang sedang tiduran di sofa Tasia sambil memainkan ponselnya.

"Murung banget si muka lo, ada apa? Devon ya? Cerita sini" Chelsea menepuk-nepuk pipi Maureen untuk menyuruh dirinya untuk duduk dan bercerita.

"Nanti aja, mager" jawab Maureen singkat. Tak biasanya perempuan riang ini menjadi begitu dingin.

"Cerita atau gue marah." Kimberly menatap Maureen tajam yang membuat Maureen mau tak mau bangun dari posisi pewe nya.

"Gue putus sama Devon" ujar Maureen lemah. Di dalam hatinya saat ini ia masih merasakan sakit yang sangat amat mendalam. Ia tak menyangka bahwa hubungan mereka yang sudah berjalan berbulan-bulan ini kandas di tengah jalan karena masih adanya kecurigaan, ketidak percayaan satu sama lain.

"Hah?! Gila!" Martha yang sedang menyantap phd dan kfc yang ditraktir oleh Tasia pun lantas terkejut bukan kepalang, karena yang ia tahu, hubungan Maureen dan Devon tuh anteng-anteng aja. Makanya aneh bisa putus gitu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 13, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Can I?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang