CHAPTER 1 "PERTEMUAN PERTAMA"

375 16 20
                                    

Ini adalah cerita pertama yang saya berani untuk publikasikan. Terima kasih sudah membaca!

Anastasia POV
Kenalin, nama gue Anastasia Magdalena. Sering dipanggil Tas, Tasia, atau Anas. Gue adalah anak yang hmm, bisa dibilang nggak pinter-pinter amat, lumayan, lah.
Hari ini adalah hari pertama gue masuk sekolah baru gue setelah gue menikmatiㅡ ah, kayaknya bisa dibilang gak menimati juga sihㅡ libur selama 2 bulan. Cukup lama, bukan? Ya, itulah yang membuat kejonesan gue semakin terlihat.

Bapak sama Ibu gue asli Indonesia. Gue adalah murid pindahan dari Medan yang pindah ke daerah Ibu Kota ini. Ya, Jakarta man. Tempat nya orang-orang sosialita dan tempat nya para orang-orang bergengsi. Gue pindah ke sini karena urusan pekerjaan bapak gue. Bisa dibilang bapak gue adalah pengusaha tambang yang 'sukses' di Medan. Dan, kalau sukses nya di  Medan kenapa pindah ke Jakarta? Itu adalah pertanyaan yang sedang gue ajukan ke bapak gue, tetapi dia malah menjawab "Tanya ke Mama aja." dan setelah gue tanya ke ibu gue, ibu gue berkata "Tanya ke Papa aja." gue istigfar berkali-kali setelah itu. Nah, disini gue juga mikir apakah bapak gue pindah ke Jakarta karena dia kasihan dengan kejombloan gue. Apakah dia berencana untuk menjodohkan gue dengan anak-anak pengusaha lainnya? Itulah yang terbesit di pikiran gue.

*****

"Tasia! Bangun! Kamu lihat dong udah jam berapa sekarang ini. Udah jam 06.15, tahu!"
"Hah serius, Mah?!?!!?!"

Gue pun memutuskan untuk bangun dan bersiap untuk pergi sekolahㅡㅡㅡ
ㅡㅡㅡdan sialnya, gue telat.

'Mampus gue.' pikir gue. Masalahnya gue adalah murid baru disini. Murid baru udah telat aja. Hari pertama lagi. Bisa-bisa di cap yang enggak-enggak nih sama guru-guru disini. Sekolah baru gue adalah Sekolah Wisma Jaya, katanya sih sekolah ini kreatif banget.

"Pak bukain gerbangnya, dong."
"Nggak bisa neng. Tunggu guru piketnya ke sini dulu."
"Ngapain guru piketnya kesini, pak?"
"Joget neng."
"Ah serius bapak."
"Ya buat ngehukum lo, lo pada lah yang telat! Masih nanya lagi." kali ini pak satpam itu berbicara dengan nada yang sedikit melengking yang membuat gue sedikit menjauh darinya.
"Orang yang telat cuma saya doang, pak."
"Dibelakang eneng ada lagi kok. Tuh si Devon Pangestu. Dev, dev. Elo emang kerjaannya telat tiap hari ye. Kaga aus apa?" satpam itu bertanya kepada lelaki disebelah gue yang notabene nya adalah Devon Pangestu. Seperti yang dikatakan satpam tadi.

Sumpah, Devon ini memiliki perawakan yang tinggi dan memiliki kulit yang sedikit gelap, tetapi seksi kalau menurut gue. Dan dia juga mempunyai gigi caling yang menurut gue itu membuat dia sangat manis.

"Buka, pak." ucap lelaki itu. Sumpah suaranya berat banget. Jantan banget! Di Medan kok gue gak pernah denger laki-laki di sekolah gue yang suara-nya sejantan Devon? Ternyata ayah gue gak salah pindahin gue ke Jakarta!
"Yaudah. Bapak maafin." akhirnya satpam itu ngebuka gerbang itu.

"BAPAK KOK KALAU SI DEVON DEVON INI LANGSUNG DIBUKAIN SIH SAMA BAPAK? KOK SAYA ENGGAK." ucap gue dengan berani walaupun mental gue ciut.
"Udahlah, nggak usah banyak bawel. Lo ikut gue masuk aja sekarang." ucap lelaki itu sambil menggandeng tangan gue. Tunggu, apakah tangan gue baru saja dipegang oleh seorang lelaki yang bener-bener gue nggak kenal? Tetapi, mengapa rasanya beda gitu ya..
Dia berlari sambil memegang tangan gue. Otomatis gue pun ikut berlari. Dan saat dia sudah mau sampai kelas dia bertanya kepada gue "Kelas lo dimana, dah? Kelas gue disini." dia akhirnya berhenti di depan kelasnya. Kelas XI IPS C.

Mampus. Gue belum tahu dimana kelas gue karena gue adalah murid pindahan. Bagaimana ini YaLord. Pikir gue.
"Sorry nih Dev sebelumnya, gue belum tahu dimana kelas gue karena gue adalah murid baru disini." ucap gue sambil melepaskan tangan Devon.
"Yaudah, lo mau gue anterin gak ke ruang guru? Pasti lo belum tahu dong."
"Nggak usah Dev. Nanti lo ketinggalan pelajaran, jadinya ribet."
"Yahelah. Dipikirin amat. Nggak usah dipikirin ketinggalan pelajaran sebentar doang, mah. Yaudah ayo, lo ikutin gue sekarang." ajaknya sekali lagi. Tapi kali ini tanpa pegangan tangan.

***

"Oh, baiklah. Makasih Pak, Ibu." akhirnya gue pun keluar dari ruang guru dan berjalan ke arah Devon yang sedari tadi sudah menunggu di depan ruang guru.

"Gimana, lo di kelas apa?"
"Oh, gue kayaknya sekelas sama lo, deh. Gue di XI IPS C. Lo juga kan? Katanya sih guru disitu udah nungguin gue. Dikiranya, gue gak bakalan masuk. Udah yuk, Dev. Gue gak enak membuat seseorang untuk menunggu gue." ucap gue dengan PD nya. Gue gak tahu mengapa gue bisa berbicara seperti itu. Ayah, Bunda, maafin aku.

"Ayo. Eh tapi tunggu dulu. Nama lo siapa? Masa gue panggil lo eh, eh aja?" ucap Devon sambil memperlihatkan gigi calingnya.
"Oh iya, sampe lupa kenalan gini. Nama gue Anastasia Magdalena. Gue pindahan dari Medan. Senang bertemu dengan lo. Lo Devon Pangestu kan?" ucap gue sambil menjulurkan tangan kanan gue.
"Iya. Yaudah ayuk cepet ke kelas."

'Gila nih cowo' pikir gue. 'Kepribadian dia cool-cool gimana gitu, yak,' 'Nggak salah memang, Papa pindahin gue kesini.'

"Maaf pak, saya terlambat." ucap gue. Tiba-tiba tubuh gue gemetar karena takut diomelin oleh Bapak guru ini.
"Ya, gapapa. Karena kamu masih baru jadi Bapak maafin. Tapi tolong jangan diulangi lagi. Dan, kamu, Devon, kenapa kamu telat juga?"
"Tadi saya anterin dia ke ruang guru bentar pak buat cari kelasnya. Eh ternyata sekelas, pak" ucap Devon sopan.
"Oh begitu. Devon, kamu boleh duduk,"

"Oke anak-anak. Dia adalah murid baru yang bapak bicarakan 5 menit sebelumnya. Yang bapak kira dia gak datang. Oke, nama dia adalah Anastasia Magdalena. Pindahan dari Medan. Anastasia, silahkan perkenalkan dirimu."
"Halo. Kenalin, nama gue Anastasia Magdalena. Panggil gue Tasia atau Anas aja. Gue pindahan dari Medan. Senang bertemu dengan kalian semua." ucap gue dengan sok asiknya.

Saat itu kelas menjadi ricuh. Ada yang bilang gue cantik, ada yang bilang gue boljug alias boleh juga. Gue bukannya kepedean, tetapi memang itulah yang gue dengar.

"Yaudah Anas. Kamu duduk disebelah Ethan aja. Ethan, jangan galak-galak ama Anas."

'Yah pak kenapa nggak sama saya aja?'
'Pak.. pasangan saya dituker aja sama Tasia.'
'Pak...'
'Pakk ayolah pak...'

"Harap tenang!" ucap guru itu. Galak juga. Pikir gue.

Dan disaat ini pun gue merindukan Medan. Gue merindukan teman-teman gue dan orang yang gue anggap special.

Can I?Where stories live. Discover now