CHAPTER 13 "TEMAN BARU"

102 10 293
                                    

'Seharusnya memang dari awal gue nggak mengenal lo. Thanks udah ajarin gue gimana rasanya mencintai. Gimana rasanya disakiti. Terima kasih.'

Hari ini seperti hari-hari sebelumnya, aman, tentram, tetapi kadang, suasana di luar tidak seimbang dengan suasana hati, contohnya seperti Tasia saat ini, walaupun cuaca sedang lagi bagus-bagusnya, tapi suasanya hati ia sedang tidak ada bagus-bagusnya sama sekali.

Dengan posisi satu tangan yang digunakan untuk menumpu kepalanya yang menghadap ke sebelah kiri, ia sesekali menghembuskan napasnya kasar. Mengapa?

Ia memikirkan pernyataan Ethan di Barley Cafe.

Suatu pernyataan yang simple, memang, tapi bisa membuat siapapun yang mendengarnya akan merasakan perasaan yang berbeda.

"Hoi, kenapa?" tanya Ethan dengan senyuman khasnya. Senyum yang dapat membuat semua orang yang melihat senyuman itu meleleh. Manis.

Tapi tak ada jawaban dari yang ditanya. Yang ditanya pun masih menatap depan dengan kosong.

"Oiii" Ethan sesekali menggerakan tangannya di depan wajah Tasia, tetapi perempuan itu tak kunjung merespon.

Akhirnya Ethan mengikuti posisi Tasia, satu tangan digunakan untuk menumpu kepala yang menghadap ke arah berlawanan untuk bisa berhadapan dengan Tasia.

"Oi, mikirin apa sih?" tanyanya sambil menaikkan kedua alisnya.

Tasia terkejut bukan kepalang, sebab, yang dipikirkan tiba-tiba muncul di hadapannya dengan jarak yang sangat dekat. Bukan tiba-tiba, sih, tapi sudah dari tadi, Tasia nya saja yang nggak nyadar. Untung Tasia sudah sikat gigi, kalau tidak, Ethan bisa kebauan.

"Eh bego, lo, ngagetin gue aja!" teriak Tasia, dia bangun dari posisi nya, lalu menggeplak kepala Ethan.

Yang digeplak pun bangkit dari posisi nya lalu mengusap-ngusap kepalanya "Lagian dari tadi dipanggilin enggak nyaut-nyaut!" Ethan meringis. Sakit juga pukulan Tasia, "Lagi mikirin apa, sih, beb?"

"Beb, beb, Nenek lo, bebek." ucap Tasia, lalu ia berpindah ke tempat pojok kiri dan mendapatkan ke empat temannya sedang ngerumpi indah. Untung saja pelajaran pertama ini kosong gara-gara Bu Wiwiek tidak masuk. Huft.

"Tega lo, Tas!"

"Bodo!" ucapnya lalu menjulurkan lidahnya dan berbalik singkat ke Ethan, lalu melanjutkan perjalanan nya lagi ke tempat ngerumpi indah nya bersama keempat temannya.

Ethan memang tidak memikirkan apapun lagi dengan apa yang sudah ia katakan di Barley Cafe kemarin, dia merupakan tipe orang yang sangat santai, bodo amat, dan sebagainya.

Buktinya saja, ia seperti tidak melakukan apa-apa kemarin.

Ia tidak canggung sama Tasia sama sekali, biasanya akan canggung bukan bila laki-laki sudah menyatakan perasaan kepada perempuan yang ia suka? Tetapi, hal itu tidak berlaku bagi Ethan.

***

Pelajaran jam ke dua sudah dimulai, yang berarti sudah tidak ada pelajaran kosong lagi, Pak Sapri, si guru genit masuk ke dalam kelas XI IPS C, tetapi ia tidak sendiri, melainkan membawa murid laki-laki.

"Siap, beri salam" ucap Ethan tegas.

"Selamat pagi, Pak." ucap murid-murid serentak.

"Selamat pagi anak-anak, kita kedatangan murid baru hari ini,"

"Sergio, silahkan perkenalkan dirimu"

Sergio maju satu langkah lalu memperkenalkan dirinya, "Halo, kenalin, nama gue Sergio Fransisco, kalian bisa manggil gue Sergio atau Gio, let's get along well" ucapnya lalu ia mundur satu langkah lagi.

Can I?حيث تعيش القصص. اكتشف الآن