19 - Dering Telepon

7.9K 58 13
                                    


Singgih tanpa sadar memukul setir mobilnya dengan sangat keras sehingga klaksonnya berbunyi nyaring

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Singgih tanpa sadar memukul setir mobilnya dengan sangat keras sehingga klaksonnya berbunyi nyaring. Pengendara motor di depannya sampai terkejut akibat ulah Singgih tersebut. Kesal, orang itu lantas membiarkan Ford EcoSport yang dikendarai Singgih menyalipnya. Singgih begitu malu, ia sampai ingin menutupi wajahnya meskipun orang-orang di luar tidak mampu melihat ke dalam mobilnya.

Aku cinta dia.

Ia teringat kata-kata Frans.

Singgih terkekeh hampa. Begitu mudahnya bagi Frans melontarkan perasaannya kepada orang lain. Tidak ada rasa sungkan ataupun malu tersirat dalam pengucapan kalimat tersebut. Lepas begitu saja. Dari hari pertama, Singgih bisa melihat Frans langsung tertarik pada Camelia. Frans juga peduli sekali pada gadis itu. Setiap kali melihat Frans sedang berdekatan dengan Camelia, perasaan Singgih tidak menentu.

Sekitar satu jam berada di dalam acara grand opening Ransi Resto, Singgih diberi pemandangan yang menakjubkan. Ia melihat Niko-bersama seringai yang menjadi ciri khasnya; datang dengan langkah gontai penuh keangkuhan. Setelan jas dan celana senada yang Niko kenakan memberikan kesan mewah pada dirinya. Ia ingin tampak memukau daripada yang lain.

Awalnya Singgih ingin menghindar, tapi Niko lebih dulu memanggil namanya. Singgih lantas berbalik, menatap Niko dengan dingin. "Wah, gue kira lu ... enggak dateng," ujar Niko dengan mata mengerdip aneh. Singgih hanya diam, ia tidak perlu meladeni orang yang hanya membuatnya melayangkan tinju. "Apa kafe lu tutup?" tanya Niko lagi, nada bicaranya semakin aneh.

Singgih akhirnya menyerah. Ia tidak mau terlihat sombong di depan tamu-tamu yang lain. "Enggak. Kafe gue buka," tukasnya mantap. Ia hendak melangkah pergi dari hadapan Niko, namun telepon seluler di sakunya bergetar. Ia masih memandang Niko sembari mengangkat telepon yang rupanya dari Frans tersebut. "Assalamualaikum. Ya, Frans?"

"Bang! Camelia ... Bang!" erang Frans. Singgih melotot karena suara Frans terdengar seperti orang yang sedang kesakitan. Frans lantas terbatuk-batuk. "Bang!" teriak Frans dan disambung dengan suara batuk yang lebih dahsyat.

"Frans!" Singgih balas berteriak. Beruntung, Niko sudah tidak ada di hadapannya lagi. Singgih lantas melangkah menjauhi kerumunan. "Kenapa? Kamu kenapa, Frans? Kenapa Camelia?!"

"Bang ...."

"Frans, ada apa? Tenangin diri kamu dulu!" Keringat dingin mengucur di dahi Singgih. Perasaannya tidak enak.

Frans menarik napas, menguatkan dirinya. "Camelia ... diculik ...."

****

Napas Camelia tersengal-sengal. Ia dan enam orang lainnya-yang awalnya ia kira perampok-sekarang berada dalam sebuah mobil keluarga berwarna hitam yang lumayan besar. Camelia tidak tahu perjalanan ini akan membawanya ke mana. Ia tidak bisa berpikir kenapa dirinya jadi begini, yang ia tahu adalah seseorang sudah menyurut enam orang ini untuk membawanya. Menculiknya.

Kafe DhuhaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang