Bab 20

238 20 1
                                    

Callisandra tiba di kantor dua puluh menit kemudian. Petugas penjaga pintu menatap pakaian berolahraganya dengan keheranan. Callie tidak pernah datang dengan pakaian santai. Ia selalu memakai kemeja putih dan celana panjang pensilnya yang membosankan. Cara berpakaian Callie yang tidak biasa itu juga mengundang perhatian karyawan yang berada satu lantai gedung dengan dirinya . Tapi gadis itu mengabaikan pandangan - pandangan penasaran itu dan masuk kedalam ruang kerjanya. Kate masih belum berada di ruangan sebelah yang berarti rapat belum selesai.

Callie berjalan dan membuka pintu kecil yang berada diantara ruangan Callie dan Kate. Sebuah kamar mandi berukuran sedang namun fungsional khusus menyediakan segala keperluan Callie, bila gadis itu terpaksa harus lembur dan menginap di kantor. Sudah tersedia lengkap peralatan mandi, pakaian bahkan celana dalam ada selaci penuh.

Callie mulai melepas semua pakaiannya dan melemparnya ke dalam keranjang pakaian kotor dan mulai menyalakan shower.
Air seketika membasahi seluruh tubuhnya yang lengket oleh keringat. Membasuhi rambutnya yang panjang.
Pikirannya langsung berkelana kepada kejadian tadi pagi. Ia tidak menyangka telah dipermainkan oleh Ale. Pria itu ternyata telah berumah tangga. Callie hendak melarikan diri dengan alasan pergi ke kantor yang memang benar walaupun ia tidak mengikuti rapatnya. Ketika Ale memperkenalkan dirinya sebagai teman kepada keluarga kecilnya. Ale tanpa terduga mengejarnya hanya untuk menjelaskan. Ia terlalu sakit hati untuk tinggal dan mengobrol dengan mereka.

Ale terlihat merasa bersalah ketika menjelaskan bahwa dirinya diambang perceraian dengan istrinya sebelum ia berlibur ke pulau karibia. Mereka bertengkar besar oleh sesuatu hal dan pergi berlibur untuk menenangkan diri.

Rasa sakit hati Callie cukup terobati ketika Ale dengan jujur memang cukup menyukai Callie walapun rasa cintanya tetap untuk Sophie—ini hanya tebakan Callie— dan berharap mereka dapat berteman di masa depan. Pria itu juga mengatakan bahwa liburannya menyenangkan karena dihabiskan bersama dengan Callie. Gadis itu hanya mampu membalasnya dengan anggukkan dan ucapan terima kasih dengan suara lirih dan bergetar menahan tangis. Lalu Callie pergi dari tempat itu.

Callie memutar kran dan air dari shower pun berhenti mengalir. Meraih handuk putih dari keranjang bersih untuk mengeringkan tubuhnya yang basah. Membuka pintu kaca partisi dan melangkah keluar untuk mencari pakaian bersih di dalam lemari.

Samar - samar ia dapat mendengar suara - suara di luar kamar mandi kantornya. Seseorang atau lebih dari satu orang ada di dalam kantornya. Ia terlalu fokus mendengar dan hampir berteriak terkejut ketika tiba - tiba mendengar ketukan pintu kamar mandi dari luar. Kate memanggil namanya beberapa kali. Callie akhirnya menghela napas lega dan meminta Kate untuk menunggu karena ia sedang berpakaian.

Callie keluar dari kamar mandi sambil mengeringkan rambut dengan handuk dan mendapati Kate sedang meletakkan cangkir di atas meja Callie dan seseorang sudah duduk di belakang meja gadis itu.

Alain dan Kate langsung mendongak menyadari kehadiran Callie. Kate segera kembali dan duduk di belakang mejanya sendiri meninggalkan perasaan canggung Callie yang ketahuan mangkir dari rapat.

Alain bersikap santai dan menyesap kopinya dengan perlahan seolah ruangan itu adalah milik pria itu dan fakta bahwa ruangan itu memang milik Alain membuat Callie melupakan rasa malunya dan kemarahannya bangkit kembali.

" Apa yang kau lakukan disini ? " Callie melepas handuk dari kepalanya. Tidak perduli lagi bahwa rambutnya yang panjang akan menempel dan membasahi kemeja putihnya. Lain kali saja ia mencari hair dryer . Sekarang tugasnya adalah mengusir Alain dari kantornya.

" Justru, aku yang ingin bertanya kepadamu. Mengapa kamu tidak hadir di rapat hari ini ? " Alain menegakkan tubuhnya dan berdiri, berjalan meninggalkan meja dan menghampiri gadis itu.

Seal Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang