Bab 11

437 31 0
                                    

" Calli, Bangun !!! " Claire berseru riang dari luar kamar. Tidak ada sahutan dari dalam pertanda penghuni kamar masih terlelap dalam tidurnya. Tanpa mengetuk pintu, Claire menyerbu masuk ke dalam kamar gadis itu.

Claire melirik Calli yang sedang tidur terlelap dengan posisi punggung di atas, selimut menutupi sebagian tubuhnya yang memakai piyama biru bergaris, kepalanya menyamping ke ke arah jendela yang masih tertutup tirai putih bermotif samar bunga daisy.

Dengan santai Claire berjalan melewati tempat tidur berkanopi yang di letakan ditengah ruangan itu, mendekati jendela dan menyibakkannya dengan sekali sentakan. Seketika kamar itu menjadi terang benderang oleh sinar matahari pagi. Callisandra mengerang lirih, lalu menolehkan kepala sehingga wajahnya tidak menghadap ke arah jendela yang menyilaukan dan tentu saja kembali tidur.

" Ya, Ampun. Kau sulit sekali dibangunkan. " Claire berjalan ke sisi ranjang dan menarik selimut dari atas tubuh gadis itu.  Calli menarik lagi selimut menutupi tubuhnya sampai dagu dengan keras kepala melanjutkan tidurnya. Gadis itu benci bangun di pagi hari saat libur. Menurut gadis yang gila kerja pada hari biasa, waktu akhir pekan ia manfaatkan dengan bermalasan di atas tempat tidur.

Claire sepertinya tidak akan menyerah membuatnya terjaga, karena gadis itu kembali menarik selimutnya, " Ya, Tuhan. Kau mengganggu kenikmatan orang yang sedang tidur. Sudahkah ku katakan kepadamu bahwa aku menyesal kau tinggal disini ? " Calli menendang kesal selimut yang berada di ujung kakinya. Kedua matanya masih berat untuk membuka. Claire hanya tertawa menanggapi gerutuan yang tidak serius itu.

" Kenapa kau mengganguku sepagi ini ? Aku ingin tetap di tempat tidur sampai siang. " Callisandra berkata dengan nada malas. Matanya masih terpejam, sepertinya ada beton yang diletakan di masing - masing matanya. Sehingga sangat sulit untuk terbuka.

" Tentu saja untuk berolah raga. " Claire mengumumkan dan bangkit berdiri dari sisi ranjang. Membuka lemari Calli, mengeluarkan kaos dan jaket putih, meraih celana olah raga berwarna hitam dari laci paling bawah dan berpindah ke rak sepatu dan mengeluarkan sepatu olah raga berwarna hitam putih.

" Aku benci olah raga jika itu dilakukan di pagi hari. " gerutu Calli dari ranjangnya, gadis itu menggosok matanya untuk mengusir rasa kantuk dan duduk.

" Ayolah, Calli cepat bangut. Jade sudah menunggu kita di lapangan basket dekat sini. " Claire kembali berjalan menghampiri ranjang. Meletakan pakaian yang tadi ia keluarkan dari lemari ke atas ranjang, sepatu ia letakan di atas permadani disisi ranjang. Calli melototi melihat pakaian itu dengan rasa jijik yang menggelikan karena Claire kembali tertawa memperhatikan ekspresi gadis itu.

" Aku benci kalian berdua. " yang dimaksud Calli adalah Claire dan Jade, tapi gadis itu dengan patuh bangun dari tempat tidur. Berjalan dengan gontai menuju kamar mandi untuk mencuci muka dan menggosok gigi.

" Aku akan menunggumu di bawah. " Claire berseru semangat tidak tersinggung dengan pernyataan tidak serius Calli, gadis itu sudah ke luar dari kamar Calli. Calli hanya menggeleng pasrah atas kemauan keras teman barunya itu.

***

Jalananan ramai oleh banyak orang yang memutuskan berolah raga di akhir pekan, berlari melewati trotoar yang disisinya toko - toko yang masih tutup. Calli menatap heran dengan ekspresi antusiasme semua orang yang berolah raga di hari sepagi itu. Sepertinya hanya Calli yang tidak menunjukan semangat karena gadis itu berlari pelan sedangkan Claire sudah berlari cepat di depannya.

Angin menerpa rambut Callisandra yang diikat satu. Mengayun ke kanan dan kiri, mengikuti gerakan tubuhnya yang berlari kecil, tidak sesemangat Claire yang sudah berlari jauh di depan. Mereka akan bermain basket di lapangan dekat apartement Callisandra. Jaraknya tidak sampai tiga puluh menit dengan berjalan kaki. Jade sudah menunggu di lapangan basket. Claire berteriak menyemangati ketika jarak Callisandra masih jauh di belakang. Gadis itu mengabaikan teriakan ceria Claire yang hampir sampai di lapangan beberapa ratus meter di depan sana.

Seal Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang