19 • Tak Seharusnya Bicara

272K 23.8K 2.3K
                                    

Membohongi perasaan sama dengan
menyiksa diri

- Dignitate -

🌹

Sekarang adalah hari kedua di Bali. Sudah hampir seharian murid-murid SMA Sanjaya melakukan aktivitas mengasyikan secara bebas dan penuh tawa. Termasuk Alana, yang daritadi tidak bisa diam dan tak mengenal lelah.

Alfi dan Keenan yang selalu ada bersama Alana, berasa pengawal Alana yang harus mengikuti kemanapun cewek itu pergi. Contohnya tadi, Alana memaksa untuk bermain paralayang. Alfi tidak mau, Keenan juga sama, tapi Alana mengancam akan bunuh diri kalau mereka tidak mau ikutan. Jadi, Alfi maupun Keenan terpaksa mengabuli keinginan bocah satu itu.

"Jam berapa?" tanya Alana, sambil menyeka peluh yang memenuhi wajahnya. Keningnya sudah mengkilap, matanya mulai lelah, tapi aura cantiknya masih kelihatan.

Keenan melirik jam hitam yang melingkar di tangan kirinya. "Jam enam."

"Kok masih terang, ya?" Alana memiringkan kepalanya ke sisi kanan, menatap langit yang masih terang menderang.

Alana memutar badannya seratus delapanpuluh derajat ke belakang, memendarkan pandangannya ke segala objek nyata yang ada di hadapannya. Semuanya indah dan tentunya hasil karya Tuhan. Alana tak bisa berhenti mensyukuri hidupnya yang akhirnya bisa memijak tanah Bali. Tapi, ada satu hal yang belum bisa Alana rasakan ketika ada di Bali. Yaitu, melihat sunset bersama orang yang begitu ia sayang.

"Gue mau liat sunset," ujar Alana.

"Sunset masih lama, lo nggak liat itu mataharinya masih anteng di atas sana?" Alfi menyahut.

"Biasanya sih jam setengah tujuh mataharinya baru mulai tenggelem," kata Keenan, "lo mau nunggu di sini?"

"Mau!!" Alana berseru senang. Ia kembali memutar badannya ke arah semula lalu menatap Alfi dan Keenan secara bergantian. "Kalian temenin gue nunggu sunset, ya! Masa iya kalian bakal lewatin sunset di Bali? Di Bali, woy! Udah cukup tadi gue kesel banget nggak sempet liat sunrise gara-gara telat bangun. Pokoknya sekarang gue mau liat sunset, bareng kalian."

"Iyain gak nih?" celetuk Alfi sambil melirik Keenan. Keenan mengangguk, "Iyain."

"Ish, kalian!" Alana gemas dan langsung mencubit perut kedua cowok itu barengan. Pekikan tanda kesakitan pun terdengar dan membuat Alana tertawa.

"Ayo kita ke pantai!" seru Alana begitu girang.

* * *

Satu perempuan bersama dua lelaki duduk di atas pasir, tepat di tepi pantai. Tadinya Alana mau menunggu sunset sambil nongkrong di atas dermaga. Tapi, letak dermaga itu masih lumayan jauh dari posisi mereka berada. Maka dari itu, mereka memilih untuk duduk di atas pasir sambil berbincang ringan dan merasakan hembusan angin laut yang menyejukkan.

"Besok pagi kita balik ke Jakarta," ucap Alana sedih, "Rasanya masih pengen lama-lama di Bali ... Ah, nggak mau pulang!"

"Namanya juga study tour, bukan liburan." Alfi berujar ketus. "Kalo mau lama-lama di Bali, ajak sono keluarga lo, liburan sepuasnya sampe berbulan-bulan juga nggak bakal ada yang larang."

"Kapan-kapan kita bertiga liburan, yuk, ke Bali!" Keenan berucap penuh antusias. "Pasti seru, deh. Kita bisa main dan jalan-jalan sepuasnya!"

DIGNITATEWhere stories live. Discover now