06

791 84 13
                                    

Author pov

Apa yang ada di benak Abi dan Umi tentang Fathan sangat berbeda jauh dengan yang Azzurra rasakan.

Sejak pertemuan pertama itu terjadi, gadis itu dalam benaknya telah merasa jika Fathan bukanlah pribadi yang baik. Dia santun hanya untuk menutupi apa yang sesungguhnya ada dalam hatinya.

Namun apa yang mampu Zurra lakukan ketika kedua orang tuanya yang teramat sangat dia cintai memilihkan lelaki itu untuk menjadi imam bagi keluarga kecilnya. Dengan sebuah nasehat dan masukan serta wejangan yang menurutny sangat memaksakan. Azzurra benar-benar tak habis pikir. Kenapa mereka bisa sebegitu percaya dengan penglihatan mereka tentang sosok laki-laki itu? Hanya dengan kedok kesantunan dan wajah yang ramah serta sikap hormat, mereka telah di buatnya jatuh hati seketika. Tanpa mereka menanyakan bagaimana tentang perasaan putri semata wayangnya, mereka begitu kekeh dengan pendiriannya. Melihat dalamnya ilmu agama yang dia punyai hanya dengan melihat sisi luarnya. Dan sekali lagi, Azzurra tak punya hak untuk menolak atau menyampaikan isi hatinya. Hanya ada satu pilihan, menikah dengan Fathan atau Abinya akan menjodohkannya dengan seseorang yang baru dan dia adalah sahabat dari sang Abi sendiri. Dan yang membuat Azzurra sedikit mundur, karena usia yang terpaut begitu jauh serta dia adalah duda yang telah beberapa kali menikah namun tak pernah mendapatkan keturunan. Di samping itu telah lima kali menikah semua istrinya bukan di cerai secara agama namun oleh kematian. Hanya karena sang sahabat memiliki pesantren yang sangat masyhur dan memiliki santri ribuan. Juga kekayaan yang tak main-main.

Berusaha untuk membela diri dengan cara menolak haluspun tak ada gunanya karena di lihat dari semua sisi Azuurra sudah lebih dari siap untuk melangkah ke jenjang pernikahan.

Gadis itu hanya sanggup menangis di setiap sholat dan doanya.
Hanya bisa berserah pada sang khalik atas segala hal yang harus dia terima.

" Jika ini kehendakmu ya Rob.. beri kekuatan hamba untuk menjalaninya dan semoga berkah untuk semua.. "

Menetes bening demi bening air mata di pipinya yang halus dan lembut.

Dalam balutan mukena Azzurra terlihat semakin cantik dan bersahaja.

Merah bibirnya yang alami dan yang tak pernah bosan menyebut lafalh Allah semakin terlihat mempesona.

" Zuurra.. "

Dari luar kamar nampak suara uminya mengetuk pintu.
Gadis itu segera bangkit dan mendekati arah suara.

" Iya Umi.. "

Jawabannya sembari membuka pintu kamarnya yang tadi sengaja dia kunci dari dalam.
Di lihatnya sosok wanita baya berhijab yang kecantikannya masih belum pudar yang berdiri di depan pintu kamar.

" Zuurra udah siap untuk di rias ?"

Gadis itu hanya mengangguk kecil.

" Orangnya sudah datang Zuurra.. "

" Iya umi.. suruh aja ke kamar Zuu.. "

Uminya mengangguk lalu berlalu pergi.

Di kamar yang terbuka pintunya gadis itu terduduk lesu.
Perasaannya sangat di liputi resah dan kekecewaan.

Namun apa dayanya karena semua yang akan dia jalani nanti adalah pilihan orang tuanya yang menjamin kebahagiaan Azzurra jika pernikahan itu terjadi.

Tingkat materi kasta martabat dan keimanan Fathan mampu meluluhkan hati abi dan uminya.

Walau jauh.. jauh di lubuk hatinya dia sangat menentang pernikahan itu, toh semua hanya bisa dia suarakan di hati.

Kebahagiaan mereka adalah segala-galanya untuk Azzurra.
Bakti terhadap mereka adalah hal wajib dan gadis itu sangat pasrah jika semua yang di landasi demi kebahagiaan orang tua pasti akan berkah dan membawa bahagia pula baginya.
Meski untuk itu semua adalah hati yang rela dia korbankan.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Malam itu di hari jumat sekitar jam 20.00 wib acara sakral dari sebuah pertunangan antara Azzurra moehid noor dengan Fathan, laki-laki yang menjadi pilihan orang tuanyapun di laksanakan.

Sebuah pemandangan yang penuh kecerian nampak terlihat dari kedua belah calon.
Dengan mengenakan baju panjang berwarna putih tulang dengan kerudung yang telah di hias sederhana dan simple namun tetap terlihat mempesona di setiap mata yang memandang.

Azzurra duduk bersimpuh di samping kedua orang tuanya serta kerabat dekat dan keluarga besar dari calon suaminya.
Nampak sangat sumringah wajah-wajah di ruangan itu.
Tak terkecuali Zurra yang selalu menebar senyum meski hatinya kalut dan sedih.

Dia lebih sering menundukkan wajah cantiknya dan berusaha menutupi apa yang sebenarnya terjadi.
Butir air yang sudah sedemikian genting untuk segera pecah dan meluncur di pipinya sebisa mungkin dia tahan-tahan.

Berkali-kali gadis itu kerjapkan matanya untuk membuat bening air itu tak benar-benar turun.

" Calon istri Fathan benar-benar cantik yah ?"

Salah satu kerabat dari calon mertua Azzurra melontarkan sanjungan.
Azzurra yang mendengar itu hanya mengulum senyum manis.
Sementara Fathan tak sedikitpun melepas pandangannya dari Azzurra yang lebih terkesan tak sopan baginya.

Azzurra segera palingkan wajahnya dengan halus sewaktu tatapan mereka secara tak sengaja bertemu.
Ada rasa muak yang selintas mengusik di benaknya.

Ya Allah.. andai dia tak seperti itu dari sejak pertama pertemuan tentu penilaian Zurra tak akan seburuk itu.. tapi kesan pertama yang telah di tanamkan sungguh bukan hal yang membuat benaknya mantap untuk melabuhkan hati dan menyandarkan jiwa seumur hidupnya.

" Zurra.. ini keponakan Fathan.. dia terlambat ke sini tadi.. "

Umi sedikit menepuk bahu Azzurra yang sedang melamun.
Gadis itu agak terjingkat, lirih.

" Iyaa Umi ?"

Lalu menolehnya ke arah wanita baya yang malam itu begitu keibuan dengan gamis dan kerudung yang beliau kenakan berwarna pastel.

Uminya tersenyum dan mengenalkan seorang gadis yang sepertinya masih jauh ada di bawahnya.

" Ini keponakan Fathan.. "

" Silmi.. "

" Azzurra.. "

" Kakak cantik sekali, pantesan kak Fathan begitu semangat setiap cerita soal kak Zurra.. "

Berbinar-binar tatapan mata Silmi.
Sebuah pijar yang tertangkap begitu indah dan lucu di mata Zurra.

" Silmi bisa aja.. "

Keduanya tersenyum
Kemudian gadis yang bernama Silmi yang telah di perkenalkan uminya sebagai keponakan Fathanpun mengambil tempat duduk di sebelahnya.

Harum yang melintas di hidung Azzurra membuatnya teringat seseorang.

Gadis itu hela nafas penuh-penuh dan membuangnya perlahan dengan tatapan yang tertuju ke bawah.

Kisah Sedih AzzurraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang