Part 27

91 16 5
                                    

" Umi.."
Dengan suara lembutnya perempuan muda itu mencoba membangunkan ibundanya. Perlahan Azzurra membuka pintu kamar sedikit lebar. Membuka daun jendela supaya Sepoi angin pagi bisa masuk ke dalam kamar. Setelah itu langkah kakinya menghampiri wanita baya yang terkulai lemas di tempat tidur. Jari jemari tangannya nampak memegang tasbih. Sepasang matanya menatapi Azzurra sayu.
" Umi udah bangun kann??" Bertanya Azzurra sembari duduk di samping tempat tidurnya. Sosok yang di panggil Umi itu hanya sanggup memberi isyarat dengan sebuah anggukan kepala. Di karenakan beliau sudah tidak mampu untuk berbicara. Hanya menggunakan isyarat yang sanggup di lakukannya.
" Maaf Zuu agak telat bangunin Umi. Tadi sedikit ada kesibukan sama Silmi di dapur Umi.." Dengan cekatan Azzurra kembali membuka horden jendela dan sedikit membuka daun jendelanya lebih lebar lagi karena masih agak tertutup agar angin dari luar bisa benar-benar masuk ke dalam. Karena di rasanya angin tak bisa benar-benar berhembus sejuk sampai ke ruangan kamar.

Udara di pagi hari saat subuh sangat bagus dan menyimpan banyak keberkahan di mana kehadiran Malaikat-Malaikat Allah yang dengan penuh suka cita menebar berkah pagi untuk rumah dan penghuni di dalamnya. Dengan perlahan Azzurra duduk di kursi, tempat biasa dia menemani sang Umi tepat di samping tempat tidurnya dan mulai membaca Qur'an yang dia letakkan dengan baik di atas meja. Satu surah Waqiah yang selalu dia lantunkan saat menemani Uminya yang terbaring di tempat tidur. Dia lakukan itu semata-mata agar Umi bisa mengikutinya membaca. Beliau sudah fasih membaca Qur'an melebihi Azzurra. Namun kondisi beliau yang sekarang tengah terbaring tak berdaya karena sakit strok membuat beliau tak bisa untuk melafalkan dengan jelas. Karena untuk berbicara pun beliau sudah sangat sudah sekali. Dengan hal yang Azzurra lakukan untuk mengobati kerinduan dan kesedihan Uminya yang tak mampu lagi mengaji seperti dirinya saat dulu beliau masih sehat. Dan di setiap malam Azzurra selalu membaca tiga surah yang dulu pernah di wejangkan oleh kakeknya agar jangan pernah putus untuk membacanya. Surah Al Mulk surah Waqiah dan surah Yaasin. Uminya nampak begitu terharu dan selalu berkaca-kaca setiap mendengarkan lantunan ayat yang Azzurra baca dengan sedikit keras hingga Uminya bisa mendengar dengan jelas.

Nampak sang ibunda terus memandangi wajah putri satu-satunya yang nampak terhanyut dalam mengajinya.  Dalam benaknya, begitu ingin wanita baya itu memeluk putrinya itu. Beliau sangat tau semua hal pahit yang harus di alami oleh putrinya semata wayangnya tersebut. Bahkan pernikahan yang sejatinya bukan keinginannya yang terpaksa dia jalani karena egoisme dari suaminya. Namun beliau tak berdaya untuk membela. Hanya bisa meneteskan air mata setiap melihat putrinya diam-diam. Azzurra sangat cantik. Kecantikan yang terbalut dengan sikap santun lemah lembut dan keteguhan imannya. Namun dia harus merasakan kepahitan yang sebenarnya bukan karena kesalahan darinya. Dia hanya melakukan bakti sebagai seorang anak terhadap orang tua. Terutama Abunya. Kyai Umar.

" Umi, Zurra ganti bajunya Umi dulu yahh..tapi bersihin badan dulu.." Wanita baya tersebut hanya mengangguk lemah. Dia biarkan Azzurra melepas bajunya dengan hati-hati. Lalu melepas pempers yang selalu Azzurra pakaikan untuknya agar beliau tak perlu bersusah payah saat ingin buang hajat atau buang air kecil. Dan setiap Uminya hendak melaksanakan sholat lima waktu, dia selalu rutin membersihkan semuanya agar beliau bisa melakukan ibadah shalat dengan sah. Rutinitas itu selalu Azzurra lakukan tanpa bantuan siapapun. Justru dia melarang orang lain melakukannya, karena dia sadar itu tugas dan tanggung jawabnya. Terlebih dia tau bahwa aib itu harus di jaga dari orang lain. Dengan penuh kasih sayang Azurra merawat Uminya. Melap seluruh tubuhnya dengan air hangat. Sampai bersih. Dengan air yang dia beri sedikit sabun mandi cair. Setelah selesai, dia keringkan tubuh Uminya dengan handuk, baru setelahnya dia pakaikan baju bersih. Tempat tidurpun sprainya dia ganti. Tak lupa dengan kain pelapis agar tak tembus di sprainya dia ambil. Karena benda itu hanya dia pakai saat ingin memandikan dan membersihkan seluruh tubuh Uminya dari wajah hingga ujung kaki tanpa ada yang terlewati.

" Umi udah segar sekarang. Udah cantik. Zuu tinggal sebentar buat siapin sarapan untuk Umi. Kalo Umi mau sholat subuh, sekarang udah bolehh.." Senyum tulus Azzurra mengelus-elus punggung tangan Uminya yang mengulas senyum samar. Namun sepasang mata sayunya nampak begitu berbinar-binar. Seolah beliau ingin mengucapkan rasa terima kasihnya yang begitu besar atas pengabdian dan pengorbanan putri cantiknya tersebut. Dengan sayang Azzurra cium pipi Uminya sebelum permisi untuk keluar sebentar. Tak lupa tasbih yang biasa Uminya pegang dia taruh persis di antara kedua tangan beliau yang yang saat itu tengah bersedekap. Setelahnya Azzurra beringsut dari kamar itu dan mengayunkan kakinya menuju ke arah dapur.

Tiba di ruang dapur ternyata sudah ada Silmi di sana. Dia tengah asik ngobrol sama si mba sambil bantu-bantu memasak.

" Bubur untuk Umi udah matang mba??" Bertanya Azzurra sembari mendekat ke arah perempuan tersebut. Si mba nampak sedikit terjingkat. Karena tak menyadari kehadiran Azzurra di ruangan dapur. " Eh si Non.. sudah non. Itu sudah saya siapkan di mangkuk. Lengkap dengan kuah dan sayur.

" Makasih yahh mba.. "
" Kak Zuu mau kemana lagii??"
" Suapin Umi bentar adik.. mau ikutan??"
" Enggak kak. Silmi bantuin si mba aja.."
" Ya udah, kakak ke kamar Umi dulu yahh..?" Dan bergegas Azzurra kembali berjalan menuju ke arah kamar ibundanya untuk memberikan sarapan pagi. Sementara di dapur Silmi masih sibuk dengan si mba untuk memasak sarapan pagi untuk orang rumah.
" Masya Allah mba.. kak Zuu benar-benar wanita sempurna.. Silmi kagum sekali sama dia loh mba.. kalo cowok mungkin udah jatuh hati. Karena melihat wajahnya aja seperti melihat bulan utuh yang bercahaya di malam hari.." Si mba senyum-senyum mendengar kata-kata gadis itu barusan. Lalu diapun menimpali.
" Non Zurra itu banyak sekali yang suka non.. bisa jadi primadona komplek sini.. apalagi dia putri dari kiai Mohied yang sangat terkenal di kota ini. Sudah pasti banyak yang tau tentang non Zurra.. dan orang mengenalnya putri ulama yg sangat cantik santun dan rendah hati. Murah senyum.."
" Heumm.. iyaa aku percaya sekali itu.." Berkata Silmi sedikit bergumam pada diri sendiri.

Kisah Sedih AzzurraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang