part 29

74 15 7
                                    

" Abi enggak akan berani negur aku, karena tau putrinya yang enggak sanggup kasih keturunan untuk suaminya. Alias mandul.!"
" Berapa kali kakak berkata seperti itu.. sakit Zuu mendengarnyaa.." Sepasang mata Azzurra berkaca-kaca. Tak sekali dua kali kalimat itu Fathan lontarkan pada istrinya Azzurra. Tapi mungkin lebih, sudah menyerupai doktrin hingga membuat Azzurra terkadang merasa ketakutan sendiri. Namun dengan jahatnya lelaki itu hanya mengulas senyum. Perangai biadabnya muncul.

" Kenapa kamu selalu permasalahkan itu istriku cantik..??" Tiba-tiba saja Fathan sudah menyorongkan mukanya tepat di hadapan wajah Azzurra yang langsung memerah. Bukan karena tersipu dengan ucapan suaminya barusan, namun karena agak kaget. terlebih lagi perasaan perempuan muda itu telah hilang rasa dan lebih ke engganan yang terlihat. Sekilas dia tangkap sorot mata suaminya yang lebih menyerupai sorot penuh nafsu dan liar.

" Kakak minum lagii..?" Bertanya Zurra dengan ekspresi muka yang mungkin terlihat jengah dan lelah. Tapi lelaki itu tak hening dengan pertanyaan istrinya. Dia lebih asik dengan birahinya. Menciumi leher wanita itu dengan penuh hasrat. Azzurra hanya bisa menahan nafas membiarkan suaminya melakukan apapun yang dia mau. Semua hal tentang sikap dan tabiat Fathan telah membuatnya mati rasa. Namun sebagai istri dia masih sangat sadar akan kewajibannya. Meski dengan berat hati namun dia mencoba untuk ikhlas.

" Sesekali apa beratnya kak Fathan temani Zuu untuk ke dokter kandungan. Agar kita bisa mencari solusi bersama kak.."
" Alahh.. apa gunanya dokter kandungan jika apa yang mereka bilang itu Ndak benar??"
" Tapi Zuu udah ke dokter untuk periksa dan enggak ada masalah pada kandungan Zuu..."
" Jadi kamu mau bilang kalo suami kamu ini yang enggak bisa ngasih anak, gitu??!" Seketika amarah Fathan meledak. Dia sudah tak perduli jika yang sedang dia dekap adalah tubuh istrinya. Dengan kasar dia hempaskan Azzurra ke pintu kamar hingga menimbulkan suara yang cukup keras.

Braakk!!

Azzurra hanya diam dan menahan nafas sesak. Begitu susah untuk meyakinkan lelaki itu jika itu tak sesuai kemauan atau ekspektasinya.

" Zuu enggak bermaksud untuk itu. Tapi kakak sendiri yang mengatakannya.."
" Kamu itu menyebalkan sekali. Udah seperti Abi-mu.!" Sunggutnya kesal sembari berjalan ke arah meja untuk mengambil sebungkus rokok yang tergeletak bersama pematik apinya.
" Kalopun aku mandul, aku punya seribu cara untuk jalan keluarnya. Enggak perlu bantuan kamu pun aku bisa Zuu..! Lihat aja nanti.!" Suara Fathan agak mengancam.

Dengan santai dia sulit sebatang rokok lalu duduk di sebuah kursi yang biasa Azzurra jadikan tempat kerja saat menyelesaikan tugas-tugas kantornya. Kedua kakinya nangkring di atas meja. Tanpa mematikan AC dia nekat melakukan itu hingga Azzurra yang terburu-buru untuk melakukanya dan membuka jendela kamar yang terhubung dengan halaman samping rumah, agar asap rokok bisa keluar lewat celah jendela.

" Kak Fathan, tolong sedikit perduli untuk menjaga hal seperti ini.."
" Baru juga kali ini, kamu udah ribut aja Zuu.."
" Astagfirullah kakak.." Azzurra benar-benar tak habis pikir. Mungkin dia sangat bingung dan tak mengerti, ada manusia sejenis Fathan lahir ke dunia??? Dan yang lebih mengherankan lagi, paras serta gerak gerik sikapnya sangat-sangat bertolak belakang dengan yang sebenarnya dia secara karakter dan sifat serta sikapnya. Perwujudan iblis yang berkedok manusia lebih pantasnya. Dengan sedikit menahan rasa di dada, Azzurra beringsut untuk keluar dari kamar. Jujur keberadaan suaminya hanya melahirkan rasa lelah dan tersiksa di benaknya. Hendak dia pergi menemui Umi yang sehari-harinya hanya terbaring sendiri tanpa siapapun. Namun jika ada Fathan hal itu tak bisa sering-sering dia lakukan.

" Kamu mau kemana?? Giliran suami di rumah kamu tinggal pergi.!"
" Menjenguk Umi sebentar di kamarnya. Mungkin ada sesuatu hal yang beliau butuhkan.."
" Aku mau minta jatah malam ini Zuu.. apa kamu enggak mau atau sengaja mau menghindar..?"
" Zuu hanya sebentar kakak..10menit mungkin enggak ada Zuu mohon..kasihan Umi.."
" Sudah-sudah.Jangan membantah. Istri tak boleh keluar-keluar tanpa ijin suami. Lihat punyaku sudah berdiri sejak dari tadi.." Fathan langsung beranjak mendekat pada istrinya dan menunjukkan sesuatu yang berada di antara kedua pahanya. Mukanya benar-benar menjijikkan. Azzurra sampai mengeratkan giginya menahan amarah yang sangat.

" Pegang Zuu.. udah berdiri kann.. udah siap masuk dan membuat m***e** kamu basahh..." Azzurra pejamkan matanya rapat-rapat. Saat tangan dan jemarinya di paksa oleh Fathan untuk meraba dan meremasnya dia hanya terdiam dengan wajah bersimbah keringat.

" Zuu ke kamar Umii bentar kakk...,"

Memohonnya dengan suara gemetar. Fathan meringis. Menyeringai dengan tangannya yang telah hinggap di dada wanita muda itu dan merabanya penuh kesetanan.

" Kamu enggak butuh p***ni**s ku ini Zuu.. di aduk-aduk di sodok. Ugh..! Ayolah sayang.. apa kamu enggak rindu untuk di tiduri suami kamu ini.. ngerasain merem melek baru tau rasa dan enggak mau berhenti.." Lalu tertawanya terbahak-bahak tanpa rasa dosa.
Azzurra semakin di buat tak betah dan ingin cepat-cepat keluar kamar. Sikap Fathan sangat memuakkan sekali. Dia perlakukan Azzurra seperti wanita-wanita jalang yang sering dia sewa untuk memuaskan birahinya.

" Aku mau kamu Zurraa.. sayanggg.. malam ini aku ingin di buat puas sama kamuu. Layani aku plissss...." Sudah seperti kehilangan kontrol sikap Fathan. Seperti orang yang hilang kesadaran. Azzurra mulai menitikkan air mata, meski di hadapan suaminya dia perlihatkan ketegaran. Ketegaran menghadapi kebrengsekannya. Namun lelaki itupun tak punya waktu untuk menyadari jika semua yang ada pada dirinya telah melukai Azzurra sedemikian rupa. Tak ada hal indah atau sedikit saja yang membuat Zurra ber iba hati dan menaruh simpati terhadap lelaki yang saat itu ada di hadapannya yang telah berubah ujud menjadi lelaki hidung belang yang siap memangsa mangsanya.

Hanya alasan dari sosok mertua perempuannya dan kakak dari suaminya, Fadli yang menjadi pesakitan dan di kurung di dalam kamar sampai bertahun-tahun lamanya itu yang membuat Azzurra masih selalu menahan diri. Hanya itu. Selebihnya yang Azzurra tau adalah sikap semena-mena dari mertua lelaki dan putra kebanggaannya yang kini telah menjadi suaminya yang begitu dia sayangkan dan sering membuatnya berpikir untuk melepas pernikahan itu. Namun bayangan orang tuapun membuat niat itu hanya sebatas niat saja.

Seorang imam yang telah kehilangan imannya dan imam yang tak layak di sebut imam. Karena dia bukan melakukan hal baik untuk menjadikan rumah tangganya samawa. Tapi lebih memperdulikan untuk memimpin dirinya, mendapatkan kesenangan duniawi tanpa perduli apapun.!

Kisah Sedih AzzurraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang