8. Angga Sakit

629 42 0
                                    

Dua hal mengapa aku lebih suka melihat mu dalam keadaan tertidur, yang pertama karena aku suka mendengar nafas mu yang teratur dan tenang dan yang kedua suara degupan jantung ku yang berdetak lebih cepat dari biasa nya.

-Athaya Adriana (Stolen Heart)

"Logan aja Kar."

"Beauty and the beast aja sih Ta."

"Logan aja."

"Beauty and the beast aja."

"Itung kancing deh," usulan Sekar pun di setujui oleh Athaya.

Kedua perempuan itu sama-sama menghitung kancing seragam Sekar di mulai dari Logan.
Sekar berteriak setelah menghitung kancing, beauty and the beast lah yang terpilih.

Athaya mengangguk pasrah lalu membeli dua tiket beauty and the beast di theater dua yang akan di mulai lima menit lagi. Sementara Sekar sedang membeli satu popcorn caramel ukuran large dan dua minum coca-cola.

"Langsung masuk aja Ta," ujar Sekar kemudian memberi satu minuman yang tadi ia beli ke Athaya.

Athaya dan Sekar langsung menemukan kursi mereka yang ada di bagian H, tidak terlalu di depan dan tidak terlalu di atas. Athaya kemudian mengeluarkan ponsel nya sambil menunggu film di mulai.

"Liat deh Kar," unjuk nya kepada Sekar.

"Anjir! Uwek!" Sekar pun langsung memuntahkan popcorn yang ada di mulut nya. "Anjing lo Ta!" Maki nya kemudian.

Athaya tertawa, tadi ia memperlihatkan Sekar bagaimana perempuan yang memakan banyak kodok yang sudah di rebus. Tangan kanan nya kemudian men-scroll kembali explore instagram nya. Maklum lah Athaya itu jomblo, main hp juga kerjaan nya cuma scroll timeline line atau instagram.

Lima menit kemudian lampu bisokop dimatikan dan muncul film yang di nanti-nanti oleh Sekar. Athaya ikut menyaksikan film tersebut, tapi tidak seheboh Sekar.

Setengah jam berjalan, lagu dari Blink 182 - California mengisi suara di dalam bioskop. Athaya dengan cepat mengangkat panggilan tersebut.

Eres-eresan basreng is calling...

"Tata," suara serak laki-laki di sebrang telpon langsung menyapa Athaya.

"Iya, kenapa?" Jawab Athaya, masih dengan cara berbisik.

"Lo dimana?"

"Kan tadi gue bilang mau nonton sama Sekar! Gimana si lo!" Suara Athaya menaik satu tingkat, membuat penonton yang kebanyakan anak SMP itu menoleh ke arah Athaya dalam waktu bersamaan.

"Maaf ya," ujar Athaya kemudian.

"Jangan telfonan Ga, gue ganggu."

"Oh oke deh, nanti gue line aja."

"Iya."

-----

Angga membuka psp nya yang sudah lama tidak ia gunakan.
Crash, permainan itu menjadi pilihan Angga untuk yang kesekian kali.

Ia tertawa beberapa kali melihat tangan nya yang kurang cekatan untuk berlari mengambil koin. Pada saat umur Angga sepuluh tahun, laki-laki itu pernah bermain game ini sampai larut malam bersama Athaya. Dan ia juga tidak pernah melupakan bagaimana Athaya yang selalu bisa melewati highscore nya.

Angga beberapa kali mengelap cairan yang keluar begitu saja dari hidung nya. Seperti air terjun. "Cair banget si ni ingus."

Beberapa kali juga Angga menggigil kedinginan karena pendingin ruangan yang ada di kamar nya, namun ia tidak mau untuk mematikan pendingin ruangan tersebut karena ia takut kegerahan.

Sudah dua jam sejak Angga menelpon Athaya tadi. Sebenar nya Angga tau Athaya ingin pergi menonton bioskop dengan Sekar karena sepulang sekolah tadi perempuan itu memilih menaik taksi bersama dengan Sekar.

Di pandang nya kolom chat yang paling atas. Bila nama Angga di kontak Athaya adalah eres-eresan basreng, maka nama Athaya di kontak Angga juga di ganti oleh laki-laki tersebut yaitu Athayam.
Atau kepanjangan dari Athaya Anak Ayam.

Angga P: eh athayam

Hanya itu pesan yang mampu di kirim oleh Angga karena ia takut menganggu perempuan itu. Padahal Angga sangat membutuhkan Athaya sekarang.

----

"ANGGA GUE BAWA AYAM!!" Athaya berteriak, kedua tangan nya sudah membawa nampan yang berisi dua piring nasi.

Athaya mendengus pelan melihat tubuh Angga yang sudah terbungkus selimut tebal. Perempuan itu membuka selimut yang menutupi wajah Angga dan meneriaki nama Angga agar laki-laki itu bangun.

Athaya belum sadar kalau Angga sedang tertidur karena sakit sampai tangan nya yang sengaja memegang kening Angga. "Panas banget."

Makanan yang Athaya bawa ia tinggal terlebih dahulu kemudian turun ke lantai bawah, mencari obat. "Mba, Angga nya sakit, mba gatau?" Tanya nya kepada Mba Wati, pembantu rumah Angga sejak Angga kecil.

"Beneran Non? Mba gatau, tadi lagi masak di bawah," jawab nya panik dengan logat Jawa yang kental. Selain Athaya yang cemas dengan keadaan laki-laki tersebut, Mba Wati juga termasuk. Maklum lah, Mba Wati sudah menganggap Angga sebagai anak nya sendiri karena sejak bayi, wanita berusia enam puluh itu yang membantu merawat Angga.

"Udah Mba lanjut masak aja, aku yang urus Angga," ujar Athaya sembari tersenyum lalu meminta tolong Mba Wati untuk memberi satu gelas air putih.

Saat Athaya kembali ke kamar Angga, laki-laki itu masih tertidur pulas, nafas nya pelan dan teratur.

Athaya kemudian naik ke atas kasur dan berbaring menghadap ke arah Angga. Tangan perempuan itu bermain di hidung Angga yang mancung, dari dulu ia ingun sekali menukar hidung mancung Angga dengan hidung pesek nya. Menatap wajah Angga dalam keadaan tenang membuat hati Athaya berdegup lebih kencang. Dalam keadaan seperti ini, Athaya sadar mengapa teman-teman nya menyukai sahabat nya ini.

Athaya tersenyum kecut saat ia memikirkan keadaan laki-laki di hadapan nya. Angga itu orang yang pandai menyimpan segala hal. Sosok Angga itu sosok yang ceria, banyak orang yang menyangka hal tersebut karena keluarga yang harmonis, padahal mereka semua salah besar.

Angga itu anak broken home. Orangtua nya bercerai saat usia Angga baru sepuluh tahun, hak asuh Angga jatuh kepada Ibu nya yang memilih tetap tinggal di rumah di samping Athaya. Namun baru tiga tahun yang lalu Ibu Angga memilih menikah lagi dan menetap di Bandung, Angga memilih untuk tidak ikut Ibu nya karena nanti ia tahu kalau ia tidak akan di perhatikan. Angga tidak tahu kabar kedua orangtua nya, Angga hanya menerima uang perbulan yang selalu di berikan, dari situ Angga dapat menyimpulkan bahwa kedua orangtua nya masih baik-baik saja dan sudah bahagia dengan keluarga baru mereka.

Angga tidak pernah mendapat pesan seperti ini 'Angga, kamu udah makan?'
'Angga, Mama kangen.'
'Kamu gamau nyusul Papa disini Ga?'
Pesan yang ia dapat hanya lah seperti ini 'Uang nya udah Mama kirim' atau 'Uang nya udah Papa transfer'. Hanya itu, itu pula hanya satu bulan sekali.

Itu lah mengapa sebab nya Angga lebih sering memilih menghabiskan waktu di rumah Athaya. Mendapat kasih sayang dari kedua orangtua perempuan itu.

Stolen HeartWhere stories live. Discover now